Selasa, 20 Maret 2012

MTBS dan MTBM

ASUHAN BAYI DAN BALITA
MTBS/ MTBM



Disusun oleh:

Suratmi    ( D201001094 )


AKBID GRAHA MANDIRI CILACAP
SEPTEMBER 2011






BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Bila angka ini dikonversikan secara matematis, maka setidaknya terjadi 400 kematian bayi perhari atau 17 kematian bayi setiap 1 jam di seluruh Indonesia, sedangkan Angka Kematian Balita (AKBAL) sebesar 44/1000 kelahiran hidup yang berarti terjadi 529 kematian/hari atau 22 kematian balita setiap jamnya. Bila kita mencoba menghitung lebih jauh lagi, berarti terjadi lebih dari 15.000 kematian balita setiap bulannya.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, ada beberapa penyakit utama yang menjadi penyebab kematian bayi dan balita. Pada kelompok bayi (0-11 bulan), dua penyakit terbanyak sebagai penyebab kematian bayi adalah penyakit diare sebesar 31,4% dan pneumonia 24%, sedangkan untuk balita, kematian akibat diare sebesar 25,2%, pneumonia 15,5%, Demam Berdarah Dengue (DBD) 6,8% dan campak 5,8%.
Berdasarkan data diatas WHO dan UNICEF terdorong ubtuk mengembangkan suatu strategi yang disebu Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). MTBS merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Dalam pelayanan dengan pendekatan MTBS selain upaya kuratif juga dilakukan sekaligus upaya  promotif dan preventif. MTBS diracang terutama  untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh para medis dengan mengintegrasikan kegiatan manajerial seperti pelatihan, supervisi, komunikasi, monitoring dan evaluasi.




BAB II
KAJIAN TEORI
MTBS/ MTBM

A.    MTBS
1.    Pengertian
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Konsep pendekatan MTBS yang pertama kali diperkenalkan oleh WHO merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.

Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). Upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita.

2.    Strategi MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
a.    Komponen I: Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih).
b.    Komponen II: Memperbaiki sistem kesehatan (utamanya di tingkat kabupaten/kota).
c.    Komponen III: Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat), yang dikenal sebagai 'MTBS berbasis Masyarakat.'

3.    Pelaksana MTBS
Pelaksana pada pelyanan kesehatan dengan pendekatan MTBS adalah tenaga kesehatan di unit rawat jalan tingkat dasar yaitu paramedis atau dokter. MTBS bukan dirancang untuk fasilitas pelayanan rawat inap dan bukan untuk kader.

4.    Kontribusi MTBS dalam menuju Indonesia sehat 2010_2015
a.    Penghematan : Biaya pelatiha, supervise, percetakan, obat dan transport ibu.
b.    Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar
c.    Rasionalisasi pemakaian obat
d.    Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu/ pengasuh anak dalam perawatan di rumah pada balita sakit.
e.    Mengoptimalkan pendayagunaan nakes
f.    Pemeratan clinical essensial package
g.    Meningkatkan rujukan tepat waktu
h.    Memperbaiki perencanaan dan manajemen kesehatan di tingkat Kabupaten
i.    Memenuhi hak-hak anak

5.    Sejarah Penerapan MTBS di Indonesia
Strategi MTBS mulai diperkenalkan di Indonesia oleh WHO pada tahun 1996. Pada tahun 1997 Depkes RI bekerjasama dengan WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan adaptasi modul MTBS WHO. Modul tersebut digunakan dalam pelatihan pada bulan November 1997 dengan pelatih dari SEARO. Sejak itu penerapan MTBS di Indonesia berkembang secara bertahap dan up-date modul MTBS dilakukan secara berkala sesuai perkembangan program kesehatan di Depkes dan ilmu kesehatan anak melalui IDAI.
Hingga akhir tahun 2009, penerapan MTBS telah mencakup 33 provinsi, namun belum seluruh Puskesmas mampu menerapkan karena berbagai sebab: belum adanya tenaga kesehatan di Puskesmasnya yang sudah terlatih MTBS, sudah ada tenaga kesehatan terlatih tetapi sarana dan prasarana belum siap, belum adanya komitmen dari Pimpinan Puskesmas, dll. Menurut data laporan rutin yang dihimpun dari Dinas Kesehatan provinsi seluruh Indonesia melalui Pertemuan Nasional Program Kesehatan Anak tahun 2010, jumlah Puskesmas yang melaksanakan MTBS hingga akhir tahun 2009 sebesar 51,55%. Puskesmas dikatakan sudah menerapkan MTBS bila memenuhi kriteria sudah melaksanakan (melakukan pendekatan memakai MTBS) pada minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di Puskesmas tersebut.

6.    Persiapan Penerapan MTBS di Puskesmas
Persiapan yang perlu dilakukan oleh setiap puskesmas yang akan mulai menerapkan MTBS dalam pelayanan kepada balita sakit, meliputi:
a.    Diseminasi Informasi MTBS Kepada Seluruh Petugas Puskesmas
Dari langkah-langkah yang diterapkan dalam MTBS, jelas bahwa keterkaitan peran dan tanggung jawab antar petugas di puskesmas sangat erat. Oleh karena itu seluruh petugas kesehatan di puskesmas perlu memahami MTBS. Kegiatan diseminasi informasi MTBS kepada seluruh petugas puskesmas dilaksanakan dalam satu pertemuan yang dihadiri oleh seluruh petugas puskesmas yang meliputi perawat, bidan, petugas gizi, petugas imunisasi, petugas obat, pengelola SP2TP, pengelola program P2M, petugas loket dan lain-lain. Diseminasi dilaksanakan oleh petugas yang telah dilatih MTBS, bila perlu dihadiri oleh supervisor dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (MTBS, Modul -7, 2004).
Informasi yang harus disampaikan:
1)    Konsep umum MTBS
2)    Peran dan tanggung jawab petugas puskesmas dalam penerapan MTBS
b.    Penyiapan Logistik
1)    Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menerapkan MTBS adalah:
Penyiapan obat dan alat. Sebelum mulai menerapkan MTBS, harus dilakukan penilaian dan pengamatan terhadap ketersediaan obat di puskesmas. Secara umum, obat-obatan yang digunakan dalam MTBS telah termasuk dalam daftar obat esensial nasional (LPLPO) yang digunakan di puskesmas.

Obat-obat yang diperlukan adalah:
a)    Kotrimoksazol tablet dewasa atau tablet atau sirup
b)    Sirup Amoksilin atau tablet Amoksilin
c)    Kaplet Ampisilin
d)    Kapsul Tetrasiklin
e)    Tablet Klorokuin
f)    Tablet Primakuin
g)    Tablet Sulfaduksin pirimetamin (fansidar)
h)    Tablet kina
i)    Diazepam Suppositoria
j)    Suntikan Gentamisin
k)    Suntikan Penisilin prokain
l)    Suntikan Ampisilin
m)    Suntikan Fenobarbital
n)    Diazepam infeksi (5 mg dan 10 mg)
o)    Tablet Parasetamol atau sirup
p)    Tetrasiklin atau Kloramfenikol salep mata
q)    Gentian violet 1% (sebelum digunakan, harus diencerkn menjadi 0,25% atau 0,5% sesuai kebutuhan)
r)    Sirup besi (Sulfat ferosus) atau tablet besi
s)    Vitamin A 200.000 IU dan 100.000 IU.
t)    Aqua bides untuk pelarut
u)    Oralit 200cc
v)    Cairan infuse : Ringer laktat, Dextrose 5% NaCl
w)    Alkohol 70%
x)    Glycerin
(MTBS, Modul -7, 2004)

Peralatan yang dipergunakan dalam penerapan MTBS adalah:
a)    Timer ispa atau arloji dengan jarum detik
b)    Tensimeter dan manset anak (bila ada)
c)    Gelas, sendok dan teko tempat air matang dan bersih (digunakan dipojok oralit)
d)    Infuse set dengan wing needles no 23 dan no 25
e)    Semprit dan jarum suntik : 1ml ; 2,5 ml ; 10 ml
f)    Timbangan bayi
g)    Thermometer
h)    Kasa/kapas
i)    Pipa lambung
j)    Alat penumbuk obat
k)    Alat penghisap lendir
(MTBS, Modul -7, 2004).

2)    Penyiapan Formulir MTBS dan Kartu Nasihat Ibu
Penyiapan formulir manajemen terpadu balita sakit dan kartu nasihat ibu (KNI) perlu dilakukan untuk memperlancar pelayanan.
Langkah-langkah dalam penyiapan formulir MTBS dan KNI:
Pertama-pertama hitung jumlah kunjungan balita sakit perhari dan hitunglah kunjungan perbulan. Jumlah keseluruhan kunjungan balita sakit merupakan perkiraan kebutuhan formulir MTBS selama satu bulan. Formulir adalah untuk anak umur 2 bulan sampai 5 tahun, sedangkan kebutuhan formulir pencatatan untuk bayi muda, didasarkan pada perkiraan jumlah bayi baru lahir di wilayah kerja puskesmas, karena sasaran ini akan dikunjungi oleh bidan desa melalui kunjungan neonatal.
Untuk percetakan KNI hitunglah sebanyak jumlah kunjungan baru balita sakit dalam sebulan ditambah perkiraan jumlah bayi baru lahir dalam sebulan. Selama tahap awal penerapan MTBS, cetaklah formulir MTBS dan KNI untuk memenuhi kebutuhan 3 bulan pertama. (MTBS, Modul -7, 2004).

3)    Penyesuaian Alur Pelayanan
Salah satu konsekuensi penerapan MTBS di puskesmas adalah waktu pelayanan menjadi lebih lama. Untuk mengurangi waktu tunggu bagi balita sakit. Langkah-langkah tersebut adalah sejak penderita datang hingga mendapatkan pelayanan yang lengkap, meliputi:
a)    Pendaftaran
b)    Pemeriksaan dan konseling
c)    Tindakan yang diperlukan di klinik
d)    Pemberian obat atau
e)    Rujukan bila diperlukan
(MTBS, modul -7, 2004)

7.    Penilain dan Klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun
a.    Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas?
Tanya : berapa lama?
Lihat dan dengar: hitung napas dalam 1 menit, perhatikan adakah tarikan dinding dada kedalam, dengar adanya stridor.
Klasifikasi batuk atau sukar bernafas
Gejala    Klasifikasi    Tindakan
    Ada tanda bahaya umum atau
    Tarikan dinding dada kedalam, atau
    stridor    PNEUMONIA BERAT/ PENYAKIT SANGAT BERAT        Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
    Rujuk segera
    Napas cepat    PNEUMONIA        Beri antibiotic yang sesuai
    Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman.
    Jika batuk > 3 minggu rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
    Nasihat kapan kembali segera
    Kunjungan ulang 2 hari
    Tidak ada tanda-tanda pneumonia berat atau penyakit sangat berat    BATUK:  BUKAN PNEUMONIA        Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman.
    Jika batuk > 3 minggu rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
    Nasihat kapan kembali segera
    Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan

b.    Apakah anak menderita diare
Tanya: sudah berapa lama? Adakah darah dalam tinja?
Lihat dan raba:
    Lihat keadaan umum anak apakah: letargis atau tidak sadar? Gelisah dan rewel/mudah mara?
    Lihat apakah matanya cekung?
    Beri anak minum. Apakah: tidak bisa minum atau  malas minum? Haus minum dengan lahap?
    Cubit kulit perut untuk mengetahui turgot. Apakah kembalinya: sangat lambat lebih dari 2 detik? Lambat?

Klasifikasi
    Gejala        Klasifikasi    Tindakan
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut:
    Letargis / tidak sadar
    Mata cekung
    Tidak bisa minum / malas minum
    Cubitan kulit perut kembali sangat lambat    DIARE DEHIDRASI BERAT        Jika tidak ada klasifikasi berat lain: beri cairan dehidrasi berat (Rencana Terapi C) dan Tablet Zinc.
    Jika anak juga mempunnyai klasifikasi berat lain:
−    Rujuk segera
−    Jika masih bisa munim, berikan asi dan larutan oralit selama perjalanan.
    Jika ada kolera di daerah tersebut beri antibiotic untuk kolera.

Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut:
    Gelisah, rewel/ mudah marah
    Mata cekung
    Haus, minum dengan lahap
    Cubitan kulit perut lebih lambat    DIARE DEHIDRASI RINGAN / SEDANG        Beri cairan dan makanan rencana Terapi B dan Tablet Zinc (10 hari berturut-turut)
    Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain:
−    Rujuk segera
−    Jika masih bisa munim, berikan asi dan larutan oralit selama perjalanan
    Nasihat kapan kembali segera
    Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan
    Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare dehidrasi berat, ringan/sedang    DIARE TANPA DEHIDRASI        Beri cairan dan makanan sesuai Rencana Terapi A dan Tablet Zinc ( 10 hari berturut-turut )
    Nasihat kapan kembali segera
    Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan
    Ada dehidrasi    DIARE PERSISTEN BERAT        Atasi diare sebelum dirujuk, kecuali ada klasifikasi berat lain
    Rujuk
    Tanpa dehidrasi    DIARE PERSISTEN        Nasihat pemberian makanan diare persisten
    Beri Tablet Zinc ( 10 hari berturut-turut )
    Kunjungan ulang 5 hari
    Ada darah dalam tinja    DISENTRI        Beri antibiotic yang sesuai
    Beri Tablet Zinc ( 10 hari berturut-turut )
    Nasihat kapan kembali segera
    Kunjungan ulang 2 hari

c.    Apakah anak demam
Tanyakan :
    Sudah berapa lama anak demam?
    Jika lebih dari 7 hari, apakah demam setiap hari?
    Apakah pernah mendapat obat anti malaria dalam 2 minggu terakhir?
    Apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir?
Lihat dan raba:
    Lihat dan raba adanya kaku kuduk
    Lihat adanya pilek
    Lihat adanya tanda-tanda campak saat ini:
−    Ruam kemerahan dikulit yang menyeluruh
−    Terdapat salah satu gejala berikut: batuk, pilek atau mata merah
Jika anak menderita campak saat ini atau 3 bulan terakhir:
    Lihat adanya luka dimulut. Apakah dalam atau luas?
    Lihat adanya nanah pada mata
    Lihat adanya kekeruhan pada kornea

Klasifikasi demam
Resiko tinggi malaria
Gejala        Klasifikasi    Tindakan
    Ada tanda bahaya umum
    Kaku kuduk    PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM        Jika hasil RDT / mikroskopis positif untuk Falsipanum atau mixed, beri dosis pertama suntikan artometer
    Jika hasil RDT/ mikroskopis negative, tidak perlu diberi anti suntikan malaria
    Beri dosis pertama suntikan antibiotic
    Beri dosis pertama paracetamol jika demam tinggi ≥ 38.5 C
    Cegah agar gula darah tidak turun. Rujuk segera
    Demam (pada anamnesis atau teraba panas atau suhu > 37.5 C)
    RDT positif    MALARIA
        Jika RDT positif Falsipanum atau posotif non falsipanum atau positif mixed, beri anti malaria oral yang sesuai
    Beri dosis pertama paracetamol jika demam tinggi (≥ 38.5 C )
    Nasihat kapan kembali segera
    Kunjungan ulang jika tetap demam setelah minum obat anti malaria 3 hari berturut-turut
    Demam (pada anamnesis atau teraba panas atau suhu > 37.5 C)
    RDT negative     DEMAM: MUNGKIN BUKAN MALARIA        Beri dosis pertama paracetamol jika demam tinggi (≥ 38.5 C )
    Obati penyebab  lain dari demam
    Jika demam tiap hari selama > 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
    Nasihat kapan kembali segera
    Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam


Resiko rendah malaria
Gejala    Klasifikasi    Tindakan
    Ada tanda bahaya umum
    Kaku kuduk    PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM        Jika hasil RDT / mikroskopis positif untuk Falsipanum atau mixed, beri dosis pertama suntikan artometer
    Jika hasil RDT/ mikroskopis negative, tidak perlu diberi anti suntikan malaria
    Beri dosis pertama suntikan antibiotic
    Beri dosis pertama paracetamol jika demam tinggi ≥ 38.5 C
    Cegah agar gula darah tidak turun. Rujuk segera
    Tidak ada pilek
    Tidak ada campak
    Tidak ada penyebab lain dari demam
    RDT positif    MALARIA        Jika RDT positif Falsipanum atau posotif non falsipanum atau positif mixed, beri anti malaria oral yang sesuai
    Beri dosis pertama paracetamol jika demam tinggi (≥ 38.5 C )
    Nasihat kapan kembali segera
    Kunjungan ulang jika tetap demam setelah minum obat anti malaria 3 hari berturut-turut
    Ada pilek
    Ada campak
    Ada penyebab lain dari demam
    RDT negative    DEMAM: MUNGKIN BUKAN MALARIA        Beri dosis pertama paracetamol jika demam tinggi ( ≥ 38.5 C )
    Obati penyebab  lain dari demam
    Jika demam tiap hari selama > 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
    Nasihat kapan kembali segera
    Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam

Tanpa resiko malaria
Gejala    Klasifikasi    Tindakan
    Ada tanda bahaya umum, atau
    Kaku kuduk    PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM        Beri dosis pertama antibiotic yang sesuai
    Cegah agar gula darah tidak turun
    Beri dosis pertama paracetamol jika demam tinggi ( ≥ 38.5 C )
    Rujuk segera
    Tidak ada tanda bahaya umum, atau
    Tidak ada kaku kuduk    DEMAM: BUKAN  MALARIA        Beri dosis pertama paracetamol jika demam tinggi ( ≥ 38.5 C )
    Obati penyebab  lain dari demam
    Jika demam tiap hari selama > 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
    Nasihat kapan kembali segera
    Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam

Klasifikasi campak
Gejala    Klasifikasi    Tindakan
    Ada tanda bahaya umum, atau
    Kekeruhan pada kornea mata, atau
    Luka di mulut yang luas atau dalam    CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI BERAT        Beri 1 dosis pertama vitamin A
    Beri dosis pertama antibiotic yang sesuai
    Jika ada kekeruhan pada kornea atau mata bernanah, bubuhi salep/tetes mata kloramfenikol/ tetrasiklin tanpa kortikosteroid
    Beri dosis pertama paracetamol jika demam (≥ 38.5 C )
    Rujuk segera   
    Mata bernanah, atau
    Luka di mulut    CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI PADA MATA DAN ATAU / MULUT        Beri vitamin A
    Jika mata bernanah, bubuhi salep/tetes mata kloramfenikol/ tetrasiklin tanpa kortikosteroid
    Jika ada luka di mulut ajari cara mengobati dengan gentian violet
    Kunjungan ulang 2 hari
    Tidak ada tanda-tanda diatas    CAMPAK        Beri vitamin A 1 dosis
    Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Gejala    Klasifikasi    Tindakan
    Ada tanda-tanda syok atau gelisah
    Muntah bercampur darah seperti kopi
    Berak berwarna hitam
    Perdarahan dari hidung atau gusi
    Bintik-bintik  perdarahan di kulit (petekie) dan uji torniket positif
    Sering muntah    DEMAM BERDARAH DENGUE
( DBD )        Jika ada syok beri oksigen 2-4 liter/menit dan beri segera cairan intravena sesuai petunjuk
    Jika tidak ada syok tapi sering muntah atau malas minum, beri cairan infus Ringer Laktat/ Ringer Asetat, jumlah cairan rumatan
    Jika tidak ada syok, tidak muntah dan masih  mau minum, beri orakit atau cairan lain sebanyak mungkin dalam perjalanan ke rumah sakit
    Jika demam tinggi (≥ 38.5 C) beri dosis pertama paracetamol. Tidak boleh golongan salsilat dan ibu profen
    Rujuk segera
    Demam mendadak tinggi dan terus menerus, atau
    Nyeri ulu hati atau gelisah, atau
    Bintik-bintik perdarahan dikulit dan uju torniket (-)
    MUNGKIN DBD        Jika demam tinggi (≥ 38.5 C) beri dosis pertama paracetamol. Tidak boleh golongan salsilat dan ibu profen
    Nasihat untuk lebih banyak minum, oralit/ cairan lain
    Nasihat kapan kembali segera
    Kunjungan ulang 1 hari jika tetap demam
    Tidak ada satu pun gejala diatas    DEMAM: MUNGKIN BUKAN DBD        Obati lain penyebab dari demam
    Jika demam tinggi (≥ 38.5 C) beri dosis pertama paracetamol. Tidak boleh golongan salsilat dan ibu profen
    Nasihat kapan kembali segera
    Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam

d.    Apakah anak mempunyai masalah telinga
Tanyakan:
    Apakah telinganya sakit?
    Adakah cairan/nanah keluar dari telinga?
Jika ya, berapa lama
Lihat dan raba
    Lihat, adakah nanah/cairan keluar dari telinga
    Raba, adakah pembengkakan yang hyeri dibelakang telinga

Klasifikasi masalah telinga
Gejala    Klasifikasi    Tindakian
    Pembengkakan yang nyeri dibelakang telinga    MASTOIDITS        Beri dosis pertama antibiotic yang sesuai
    Beri dosis pertama paracetamol untuk  mengatasi nyeri
    Rujuk segera
    Tampak cairan/nanah keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari, atau
    Nyeri telinga    INFEKSI TELINGA AKUT        Beri antibiotic yang sesuai
    Beri paracetamol untuk mengatasi nyeri
    Keringkan telinga dengan bahan penyerap
    Kunujngan ulang 2 hari
    Tampak cairan/nanah keluar dari telinga dan telah terjadi selama 14 hari atau lebih    INFEKSI TELINGA KRONIS        Keringkan telinga dengan kain/kertas penyerap setelah dicuci dengan H ₂O₂  3%
    Beri tetes telinga yang sesuai
    Kunjungan ulang 5 hari
    Tidak ada sakit telinga dan tidak ada nanah keluar dari telinga    TIDAK ADA INFEKSI TELINGA        Tidak perlu tindakan tambahan

e.    Memeriksa status gizi
Lihat dan raba
    Lihat apakah anak tampak kurus atau sangat kurus
    Lihat dan raba adanya pembengkakan di kedua punggung kaki
    Tentukan berat  badan menurut panjang badan atau tinggi badan, apakah:
−    BB/PB (TB) < -3 SD
−    BB/PB (TB) ≥ -3 SD ─ < -2 SD
−    BB/PB (TB) -2 SD ─ +2 SD
Klasifikasi status gizi
Gejala    Klasifikasi    Tindakan
    Badan sangat kurus
    BB/PB (TB) < -3 SD
    Bengkak pada kedua punggung kaki    SANGAT KURUS DAN ATAU EDEMA        Beri air gula
    Hangatkan badan
    Beri dosis pertama vitamin A sesuai umur
    Bila disertai diare, berikan cairan ReSoMal atau modifikasinya
    Bila syok, berikan bolus glukosa 10% iv dan infuse
    Bila ada komplikasi pada mata, beri tetes/salep mata tanpa kortikosteroid
    Rujuk segera. Selama perjalanan jaga kehangatan badan dan bila masih menyusu, teruskan ASI
    Badan kurus, atau
    BB/PB (TB) ≥ -3 SD ─ < -2 SD    KURUS        Lakukan penilaian pemberian makan pada anak
    Bila ada masalah pemberian makan, lakukan konseling gizi dan kunjungan ulang 5 hari
    Bila tidak ada masalah pemberian makan, nasihati sesuai anjuran makan anak sehat maupun sakit dan kunjungan ulang 14 hari
    Nasihati kapan kembali segera
    BB/PB (TB) -2 SD ─ +2 SD, dan
    Ditemukan tanda0tanda kelainan gizi diatas    NORMAL        Jika anak berumur kurang dari 2 tahun, lakukan penilaian pemberian makan dan nasihat sesuai anjuran makan untuk anak sehat maupun sakit
    Bila ada masalah pemberian makan, lakukan konseling gizi dan kunjungan ulang 5 hari
    Bila tidak ada masalah pemberian makan, anjurkan untuk menimbang berat badan secara teratur setiap bulan

f.    Memeriksa anemia
Lihat:
    Lihat tanda pucat pada telapak tangan, apakah: sangat pucat? Agak pucat?
Klasifikasi anemia
Gejala    Klasifikasi    Tindakan
    Telapak tangan sangat pucat    ANEMIA BERAT        Rujuk segera
    Bila masih menyusu, teruskan pemberian ASI
    Telapak tangan agak pucat    ANEMIA        Lakukan penilaian pemberian makan pada anak
    Bila ada masalah  pemberian makan, lakukan konseling gizi dan kunjungan ulang 5 hari
    Beri zat besi
    Beri obat cacing
    Jika daerah Resiko Tinggi malaria: beri antimalaria oral
    Nasihat kapan kembali segera
    Kunjungan ulang 4 minggu
    Tidak ditemukan tanda kepucatan pada telapak tangan    TIDAK ANEMIA        Tidak perlu tindakan

g.    Memeriksa status imunisasi
Jadwal imunisasi    Umur    Jenis vaksin    Tempat
Bayi lahir dirumah    0-7 hari
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan    HB 0
BCG, Polio 1
DPT/HB 1, Polio 2
DPT/HB 2, Polio 3
DPT/HB 3, Polio 4
CAMPAK     Rumah
Posyandu
Posyandu
Posyandu
Posyandu
Posyandu
Bayi lahir di RS/RB/Bidan praktek    0 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan    HB 0,BCG, Polio 1
DPT/HB 1, Polio 2
DPT/HB 2, Polio 3
DPT/HB 3, Polio 4
CAMPAK    RS/RB/Bidan
RS/RB/Bidan/Posyandu
RS/RB/Bidan/Posyandu
RS/RB/Bidan/Posyandu
RS/RB/Bidan/Posyandu

h.    Memeriksa pemberian vitamin A
Jadwal suplementasi : setiap bulan februari dan agustus
    Umur 6 bulan sampai 11 bulan : 100.000 IU ( kapsul biru )
    Umur 12 bulan sampai 59 bulan : 200.000 IU ( kapsul merah )

B.    MTBM
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan bagian dari MTBS yang terdapat penilaian dan klasifikasi bagi Bayi Muda berusia kurang dari 2 bulan.
PENILAIAN
1.    Penilaian dan klasifikasi bayi muda di dalam MTBM terdiri dari:
a.    Menilai dan Mengklasifikasikan Kejang
Tanya: apakah ada riwayat kejang?
Lihat, Dengar, Raba: Adakah tanda/gejala kejang berikut:
•    Tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun?
•    Menangis melengking tiba-tiba?
•    Gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata, atau anggota gerak?
•    Mulut mecucu?
•    Kaku seluruh badan dengan atau tanpa rangsangan?
Klasifikasi kejang
Tanda / Gejala    Klasifikasi    Tindakan / Pengobatan
∞    Ada riwayat kejang,
∞    Ada tanda / gejala kejang:
−    Tremor dengan ataua tanpa kesadaran menurun
−    Menangis melengking tiba-tiba, atau
−    Gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata, atau gerakan, atau
−    Mulut mecucu, atau
−    Kaku seluruh badan dengan atau tanpa rangsangan    Kejang    ∞    Jika bayi kejang:
−    Bebaskan jalan napas dan beri oksigen (jika ada)
−    Tangani kejang dengan obat anti kejang
∞    Jika hanya riwayat kejang atau tremor tanpa kesadaran menurun, tidak perlu diberikan anti kejang.
∞    Cegah agar gula darah tidak turun
∞    Nasihati ibu cara menjaga bayi tetaphangat selama perjalanan.
∞    Jika ditemukan tersangka tetanus neonatorum beri obat anti kejang diazepam dan dosis pertama  antibiotik intramuskular Penisilin Prokain (PP)
∞    Rujuk segera

b.    Memeriksa Dan Mengklasifikasi Gangguan Napas
Lihat dan dengar:
∞    Adakah henti napas (apnea) > 20 detik
∞    Hitung napas dalam 1 menit: Jika napas ≥ 60 kali per menit, ulangi lagi. Apakah bayi napas cepat (≥ 60 kali per menit) atau napas lambat (< 30 kali per menit)?
∞    Lihat apakah bayi tampak biru?
∞    Lihat adakah tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat?
∞    Lihat adakah pernapasan cuping hidung?
∞    Dengar apakah bayi merintih?
Klasifikasi Gangguan Napas
Tanda / gejala    Klasifikasi    Tindakan/Pengobatan
∞    Henti napas (apnea) > 20 detik, atau
∞    Napas cepat ≥ 60 kali per menit, atau
∞    Napas lambat (< 30 kali per menit, atau
∞    Bayi tampak biru, atau
∞    Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
∞    Pernapasan cuping hidung
∞    Bayi merintih    Gangguan napas    ∞    Bebaskan jalan napas dan beri oksigen jika ada
∞    Jika terjadi henti napas (apnea) lakukan resusitasi, sesuia dengan pedoman resusitasi neonatus
∞    Cegah agar gula darh tidak turun
∞    Beri dosis pertama antibiotik intramuskular
∞    Nasihat ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan
∞    Rujuk segera


c.    Memeriksa Dan Mengklasifikasikan Hipotermia
Lihat dan raba:
∞    Ukur suhu aksiler dengan termometer atau raba badan bayi
∞    Apakah tangan, kaki atau badan bayi teraba dingin?
∞    Apakah bayi mengantuk/letargis?
∞    Adakah bagian badan berwarna merah dan mengeras (sklerema)?
∞    Apakah gerakan bayi kurang dari normal?
Klasifikasi Hipotermia
Tanda/Gejala    Klasifikasi    Tindakan/Pengobatan
∞    Suhu badan < 30C
∞    Seluruh badan teraba dingin disertai salah satu tanda berikut:
−    Mengantuk/letargis
−    Ada bagian badan bayi berwarna merah dan mengeras (sklerema)    Hipotermia Berat    ∞    Hangatkan bayi segera jika setelah dilakukan tindakan penghangatan dalam 1 jam suhu tetap tidak naik, rujuk segera.
∞    Cegah agar gula darah tidak turun
∞    Nasihati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selam perjalanan
∞    Rujuk segera
∞    Suhu tubuh 36C- 36,4C
∞    Kaki/tangan teraba dinginyang disertai gerakan bayi kurang dari normal    Hipotermia Sedang    ∞    Hangatkan bayi segera jika setelah dilakukan tindakan penghangatan dalam 2 jam suhu tetap tidak naik, rujuk segera.
∞    Cegah agar gula darah tidak turun
∞    Lakukan asuhan dasar bayi muda
∞    Nasihati ibu hari ini tidak memandikan anak
∞    Kunjunan ulang setelah 2 hari

d.    Memeriksa Kemungkinan  Infeksi Bakteri
Ihat dan raba:
∞    Apakah bayi menagntuk/letargis atau tidak sadar?
∞    Lihat tanda gejala kejang
∞    Lihat tanda gejala gangguan napas
∞    Apakah bayi malas minum/tidak bisa minum atau muntah?
∞    Raba, adakh bagian badan bayi berwarna merah dan mengeras?
∞    Raba, apakah ubn-ubun cembung?
∞    Ukur suhu aksiler dengan termometer atau raba badan bayi. Apakah bayi teraba dingin atau teraba panas?
∞    Lihat, adakah pustul dikulit? Apakah pustul banyak/parah?
∞    Lihat, apakah mata bernanah? Apakah nanah banyak?
∞    Lihat, apakah nanah keluar dari telinga?
∞    Apakah pusar kemerahan atau bernanah? Apakah kemerahan meluas sampai ke kulit peut?
∞    Apakah pusar berbau busuk?
Klasifikasi Kemungkinan Infeksi Bakteri
Tanda/Gejala    Klasifikasi    Tindakakan/Pengobatan
∞    Mengantuk /letargis atau tidak sadar
∞    Ada kejang  disertai salah satu tanda / gejala infeksi lainnya, atau
∞    Ada gangguan napas, atau
∞    Malas minum/ tidak bisa minum dengan atau tanpa muntah
∞    Ada bagian bayi berwarna merah & mengeras, atau
∞    Ubun-ubun cembung, atau
∞    Suhu >37,5C atau badan teraba panas,
∞    Suhu <36C atau badan teraba dingin disertai tanda/gejala infeksi lainnya    Mungkin Infeksi Bakteri Sistemik    ∞    Jika ada kejang, tangani kejang
∞    Jika ada gangguan napas, tangani gangguan napas
∞    Jika ada hipotermia, tangani hipotermia
∞    Cegah agar gula darah tidak turun
∞    Beri dosis pertama antibiotik intramuskular
∞    Nasihat ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan
∞    Rujuk segera
∞    Pustul kulit  banyak / parah, atau
∞    Mata bernanah banyak,
∞    Nanah keluar dari telinha,
∞    Pusar kemerahan meluas sampai kekulit perut atau bernanah    Mungkin Infeksi Bakteri Lokal Berat    ∞    Beri dosis pertama antibiotik intramuskular
∞    Beri antiseptik lokal yang sesuai dengan bagian mengajari ibu cara mengobati infeksi bakteri lokal di rumah
∞    Nasihat ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan
∞    Rujuk segera
∞    Pustul kulit sedikit, atau
∞    Mata bernanah sedikit, atau
∞    Pusar berwarna kemerahan, atau
∞    Pusar berbau busuk    Infeksi Bakteri Lokal    ∞    Beri antibiotik per oral sesuai
∞    Ajari ibu cara mengobati infeksi bakteri lokal dirumah
∞    Lakukan asuhan dasar bayi muda
∞    Nasihati ibu kapan harus kembali segera, setelah 2 hari


e.    Memeriksa Ikterus
Tanyakan:
∞    Apakah bayi kuning? Jika ya, pada umur berapa timbul kuning?
∞    Apakah bayi lahir kurang bulan?
∞    Apakah warna tinja bayi pucat?
Klasifikasi Ikterus
Tanda/Gejala    Klasifikasi    Tindakan/Pengobatan
∞    Timbul kuning pada 2 hari pertama setelah lahir, atau
∞    Kuning ditemukan pada umur 14 hari atau lebih, atau
∞    Kuning pada bayi lahir kurang bulan,
∞    Tinja berwarna pucat, atau
∞    Kuning sampai lutu/siku atau lebih    Ikterus Patalogik    ∞    Cegah agar gula darah tidak turun
∞    Nasihat ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan
∞    Sertakan contoh darah ibu 2,5 ml jika kuning timbul pada 2 hari pertama setelah lahir
∞    Rujuk segera
∞    Timbul kunig pada umur 3-< 14 hari & tidak ada tanda-tanda ikterus patalogik    Ikterus Fisiologik    ∞    Mengajari ibu cara menyinari bayi dengan cahaya matahari pagi
∞    Lakukan asuhan dasar bayi muda
∞    Nasihat ibu kapan harus kembali segera, Kunjungan ulang setelah 7 hari

f.    Memeriksa Gangguan Saluran Cerna
Tanya:    
∞    Apakah bayi muntah?
Jika ya, apakah muntah segera setelah minum?
Muntah berulang?
Muntah warna hijau?
∞    Adakah darah dalam tinja?
∞    Apakah bayi tidak buang air besar dalam 24 jam terakhir    Lihat dan raba:
∞    Apakah bayi gelisah?
∞    Raba apakah perut bayi kembung/tagang?
∞    Raba apakah teraba benjolan diperut selain hati & limpa
∞    Lihat apakah air liur berlebihan
∞    Periksa lubang anus dengan menggunakan rekatal
Adakah lubang anus
Klasifikasi Gangguan Saluran Cerna
Tanda/Gejala    Klasifikasi    Tindakan/Pengobatan
∞    Muntah segera setelah minum
∞    Muntah berulang
∞    Muntah berwarna hijau
∞    Gelisah & perut bayi kembung
∞    Teraba benjolan diperut
∞    Air liur berlebihan
∞    Belum BAB >24 jam
∞    Tidak terdapat lubang anus    Gangguan Saluran Cerna    ∞    Jangan memberikan makanan/minuman apapun per oral
∞    Pasang pipa lambung untuk mencegah aspirasi karena air liur berlebihan dan untuk dekompresi jika perut kembung/tegang
∞    Cegah agar gula  darah tidak turun dengan infus
∞    Nasihati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan
∞    Rujuk segera

g.    Memeriksa masalah dan keluhan lain.

2.    Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir
a.    Perawatan Tali pusat
b.    Melaksanakan ASI Eksklusif
c.    Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1
d.    Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
e.    Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
3.    Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM:
a.    Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI.
b.    Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu perawatan bayi baru lahir
c.    Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan Buku KIA.


TINDAKAN/PENGOBATAN
1.    Tindakan / pengobatan untuk bayi muda yang memerlukan rujukan segera ( tindakan pra rujukan )
Syarat rujukan:
•    Suhu  36 C
•    Denyut jantung   100 per menit
•    Tidak ada tanda dehidrasi berat

Tindakannya adalah sabagai berikut:
a.    Membebaskan jalan napas dan memberi oksigen ( jika ada )
Jika menemukan penderita dalam  keadaan kejang, gangguan napas, mungkin infeksi nakteri sistemetik yang memerlukan tindakan pembebasan jalan napas dan pemberian oksigen, lakukan tindakan sebagai berikut:
1)    Posisikan kepala bayi setengah tengadah, jika perlu bahu diganjal dengan gulungan kain.
2)    Bersihkan jalan napas dengan menggunakan alat penghisap lendir
3)    Jika mungkin, berikan oksigen dengan kateter nasal atau nasal prong dengan kecepatan 2 liter per menit
b.    Menangani kejang dengan obat anti kejang
Jika menemukan bayi dalam keadaan kejang, bersihkan jalan napas dan berikan oksigen ( jika ada ), selanjutnya beri obat anti kejang dan rujuk segera.
Untuk semua klasifikasi yang membutuhkan obat anti kejang:
1)    Obat anti kejang pilihan pertama : Feno barbital
2)    Obat anti kejang pilihan kedua    : Diazepam
Obat anti kejang
Fenobarbital
100 mg/2 ml (dalam ampul 2 ml) Diberikan secara intramuskuler    Diazepam
5 mg/ml (dalam ampul 1 ml) atau 10 mg/2ml (dalam ampul 2 ml), diberikan per rektal
Dosis : 30 mg = 0.6 ml    •    Berat < 2500 gram diberikan 0,25 ml*
•    Berat  2500 gram diberikan 0,5 ml *
*Diberikan dengan menggunakan semprit 1 ml

c.    Mencegah agar gula darah tidak turun
1)    Jika bayi bisa menetek
Ibu diminta tetap meneteki bayinya
2)    Jika bayi tidak bisa menetek tapi masih bisa menelan
Beri ASI peras dengan cangkir kecil atau sendok atau ditetesi dengan pipet. Diberikan kira-kira 50 ml sebelum dirujik. Jika tidak memungkinkan beri susu pengganti atau air gula.
3)    Jika bayi tidak bisa menelan
Beri 50 ml ASI peras, susu pengganti atau air gula melalui pipa lambung kecuali bayi dengan klasifikasi gangguan saluran cerna.
4)    Jika bayi dengan gangguan saluran cerna
Jika memungkinkan segera beri infus dekstrosa 5% sesuai berat dan umur kemudian rujuk segara.
       
Cara membuat air gula:
    Larutkan gula sebanyak 2 sendok-teh (10 gram) ke dalam 1 gelas berisi air matang sebanyak 200ml¸aduk sampai rata.

Cara memberi infus dekstrosa 5%:
    Jika bayi diklasifikasikan sebagai gangguan saluran cerna atau bayi tidak bisa menelan dan di fasilitas tidak tersedia pipa lambung, cegah agar gula darah tidak turun dengan memberi infus dekstrosa 5%
Umur    Jumlah cairan /kgBB/hari
1 ml=20 tetes makro=60 tetes mikro
1-7 hari    80 ml
8-14 hari    150 ml
 15 hari    200 ml

d.    Memberikan antibiotik intramuskular
Beri dosis pertama antibiotik intramuskular untuk bayi dengan klasifikasi kejang tersangka Tetanus Neonatorum*), gangguan napas, mungkin infeksi bakteri sistemik, mungkin infeksi bakteri lokal berta dan rujuk segera kerumah sakit.
Untuk semua klasifikasi yang membutuhkan antibiotik intramuskular:
Antibiotik intramuskular pilihan pertama : Ampisilin
Antibiotik intramuskular pilihan kedua    : Penisilin Prokain
Berat badan
( gram )    Ampisilin
Dosis : 100 mg/kgBB/24 jam    Penisilin Prokain
Dosis : 50.00Unit/kgBB/24 jam
    Tambahkan 1,5 ml Aqua steril ke botol  0,5 g ( 200 mg/ml)    Tambahkan 9 ml aquadest ke dalam botol 3 gram (3.000.000 unit) menjadi 10 ml dengan 300.000 unit/ml
1000 - < 2000    0,5 ml    0,3 ml
2000 - < 3000    0,6 ml    0,4 ml
3000 - < 4000    0,8 ml    0,5 ml
4000 - < 5000    1,0 ml    0,7 ml
Diberikan dengan menggunakan semprit 1 ml
*) Jika ditemukan tersangka Tetanus Neonatorum, langsung beri dosis pertama antibiotik intramuskular penisilin prokain.

e.    Cara menghangatkan tubuh bayi segera
Bayi dengan hipotermia berat, hipotermia sedang, harus segera dihangatkan sebelum dirujuk. Caranya sebagai berikut:
1)    Segera keringkan tubuh bayi yang basah dengan handuk/kain kering. Ganti pakaian, selimut/kain basah dengan yang kering.
2)    Hangatkan tubuh bayi dengan  METODE KANGGURU atau menggunakan cahaya lampu 60 watt dengan jarak minimal 60 cm, sampai suhu normal dan pertahankan  suhu tubuh bayi.
3)    Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat, beri tutup kepala. Jaga bayi tetap hangat. Hindari ruangan yang banyak angin, jauhkan bayi dari jendela atau pintu.
4)    Pada bayi dengan hipotermia berat, jika dalam 1 jam suhu tubuh < 36.5  C, rujuk segera dengan metode kanguru.

Metode kanguru
1)    Bayi telanjang dada (hanya memakai popok, kaus tangan, kaus kaki), diletakkan telungkup di dada ibu dengan posisi tegak atau diagonal. Tubuh bayi menempel/kontak langsung dengan ibu.
2)    Atur posisi kepala, leher dan badan dengan baik untuk menghindari terhalangnya jalan napas. Kepala menoleh kesamping dibawah dagu ibu (ekstensi ringan).
3)    Tangan dan kaki bayi dalam keadaan fleksi seperti posisi ‘katak” kemudian ‘fiksasi” dengan selendang
4)    Supaya hangat, ibu nmengenakan pakaian/blus longgar sehingga bayi berada dalam 1 pakaian dengan ibu. Jika perlu, gunakan selimut.
5)    Selain ibu, ayah dan anggota keluarga lain bisa melakukan metode kanguru.

Menasehati ibu cara manjaga bayi tetap hangat selama perjalanan
1)    Keringkan bayi segera setiap kali bayi basah terkena air atau air kencing dan tinja bayi
2)    Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat, beri tutup kepala
3)    Lakukan tindakan mempertahankan suhu tubuh dengan metode kanguru

2.    Tindakan / pengobatan untuk bayi muda yang memerlukan rujukan segera  tetapi rujukan tidak memungkinkan (hanya diklinik)
Jika rujukan segera tidak memungkinkan pada bayi dengan kejang, gangguan napas, hipotermia berat, mungkin infeksi bakteri sistemik, mungkin infeksi bakteri lokal berat, lakukan tindakan/pengobatan berikut
∞    Jelaskan kepada orang tua keadaan bayi yang sedang sakit berat. Minta persetujuan orang tua (informed consent) untuk tindakan/pengobatan yang akan saudara lakukan.
∞    Jika bayi kejang:
•    Tangani kejang sesuai bagan menangani kejang dengan obat anti kejang secara intramuskular atau per rektal
•    Bila sudah memungkinkan beri obat anti kejang per oral Fenobarbital dengan dosis:
o    Bayi berat < 2500 gram: 10 mg, 3 kali sehari
o    Bayi berat ≥ 2500 gram: 15 mg, 3 kali sehari
∞    Beri antibiotik intramuskular selama 5 hari
∞    Lakukan asuhan dasar bayi muda
∞    Jika telah memungkinkan untuk dirujuk, rujuk segera

Memberi antibiotik intramuskular jika rujukan tidak memungkinkan
Beri dosis antibiotik yang sesuai selama 5 hari
    Pilihan pertama : Ampisilin dan Gestamisin
    Pilihan kedua: Penisilin prokain dan Gestamisin
Berat badan
( gram )    Ampisilin
Dosis : 100 mg/kgBB/24 jam    Penisilin Prokain
Dosis : 50.00Unit/kgBB/24 jam    Gestamisin
Dosis : 2,5 mg/kgBB//12 jam
    Tambahkan 1,5 ml Aqua steril ke botol  0,5 g ( 200 mg/ml)    Tambahkan 9 ml aquadest ke dalam botol 3 gram (3.000.000 unit) menjadi 10 ml dengan 300.000 unit/ml    Vial 2 ml isi 80 mg    Vial 2 ml isi 20 mg*
1000 - < 2000    0,5 ml    0,3 ml    0,1 ml    0,5 ml
2000 - < 3000    0,6 ml    0,4 ml    0,2 ml    0,6 ml
3000 - < 4000    0,8 ml    0,5 ml    0,3 ml    1,0 ml
4000 - < 5000    1,0 ml    0,7 ml    0,4 ml    1,5 ml
* Diberikan hanya dengan menggunakan semprit 1 ml
Keterangan
•    Ampisilin diberikan 2 kali sehari, diulang setiap 12 jam
•    Penisilin Prokain diberikan 1 kali sehari
•    Gentamisin diberikan 2 kali sehari, diulang setiap 12 jam

3.    Tindakan pengobatan untuk bayi muda yang tidak memerlukan rujukan
a.    Memberi antibiotik oral yang sesuai
Beri antibiotik per oral yang sesuai untuk infeksi bakteri lokal:
∞    Pilihan pertama : Amoksilin
∞    Pilihan kedua : Ampisilin
Umur atau
Berat badan    AMOKSILIN/AMPISILIN
Dosis 50 mg/kgBB/hari
Beri tiap 8 jam selama 5 hari (15 bungkus)
    Sirup 125 mg
Setiap 5 ml
(1 sendok obat =
5 ml)    Kaplet 250 mg
1 kaplet dijadikan
5 bungkus    Kaplet 500 mg
1 kaplet dijadikan 10 bungkus
1 minggu s/d 4 minggu ( < 3 kg)    ½ sendok/kali    1 bungkus/kali    1 bungkus/kali
4 minggu s/d 2 bulan (3-4 kg)    ½ sendok/kali    2 bungkus/kali    2 bungkus/kali

b.    Menjaga bayi muda selalu hangat
Lakukan tindakan untuk menjaga bayi muda selalu hangat pada waktu kunjungan rumah atau saat memeriksa bayi muda:
1)    Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi muda
2)    Segera ganti pakaian/kaindan keringkan tubuh bayi setiap kali basah dengan pakaian/kain yang kering.
3)    Baringkan bayi ditempat yang hangat dan jauhkan dari jendela atau pintu. Beri alas kain yang bersih dan kering ditempat untuk pemeriksaan bayi, termasuk timbangan bayi.
4)    Jika tidak ada tanda-tanda hipotermia, mandikan bayi 1 kali sehari (tidak boleh lebih).
5)    Selesai memendikan bayi, segera keringkan tubuh bayi letakkan pakaian yang bersih dan kering, topi bayi, kaus tangan dan kaus kaki. Jika perlu beri selimut bayi.
6)    Minta ibu untuk meletakkan bayi di dada ibu seminimal mungkin dan bayi tidur dengan ibu.
7)    Pada BBLR atau bayi dengan hipotermia sedang lanjutkan bayi dengan metode kanguru atau dengan lampu dengan jarak minimal 60 cm.
   
c.    Memberi ASI saja sesering mungkin
Lakukan tindakan berikut ini pada waktu kunjungan rumah atau saat memeriksa bayi diklinik
1)    Cuci tangan sebelum sesudah memegang bayi muda
2)    Minta ibu untuk memberi ASI saja sesering mungkin sedikitnya 8 kali sehari. Meneteki lebih sering, baik siang maupun malam.
3)    Meneteki dengan payudara kiri dan kanan secara bergantian
4)    Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke payudara lainnya.
5)    Jika bayi telah tidur selama 3 jam, minta ibu untuk membangun bayi dan langsung diteteki.
6)    Ingatkan ibu dan anggota keluarga lainnya untuk membaca kembali hal-hal tentang pemberian ASI  di Kartu Nasihat Ibu atau Buku KIA.
7)    Minta ibu untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami

d.    Mencegah infeksi
Asuhan dasar  bayi muda lainnya yang penting adalah pencegahan infeksi. Lakukan tindakan berikut ini pada waktu kunjungan rumah sakit atau saat memeriksa bayi klinik.
1)    Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
2)    Bersihkan tali pusat jika basah atau kotor, dengan air matang, kemudian keringkan dengan kain yang bersih dan kering. Ingatkan ibu supaya menjaga tali pusat selalu bersih dan kering.
3)    Jaga kebersihan tubuh bayi dengan memandikan bayi setelah suhu stabil. Gunakan sabub dan air bersih hangat, bersihkan seluruh bagian  tubuh bayi dengan hati-hati.
4)    Hindarkan bayi baru lahir kontak dengan orang sakit, karena bayi baru lahir sangat rentan tertular penyakit.
5)    Minta ibu untuk memberikan kolostrum (ASI yang keluar pertama kali) karena mengandung zat kekebalan tubuh.
6)    Anjurkan ibu untuk menyusui bayi sesering mungkin dan diberi ASI saja sampai 6 bulan. Bila bayi tidak bisa menetek beri ASI peras dengan menggunakan sendok. Hindari pemakaian botol dan dot, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran cerna pada bayi muda.

e.    Menyinari bayi dengan cahaya matahari pagi pada bayi kuning
1)    Sinar bayi dengan matahari pagi antara jam 7-8 pagi, selama 2-4 hari.
2)    Atur posisi kepala agar wajah tidak menghadap matahari langsung
3)    Lakukan penyinaran selama 30 menit, 15 menit terlentang dan 15 menit tengkurap.
4)    Usahakan kontak sinar dengan kulit seluas mungkin, oleh karena itu bayi tidak memakai pakaian (telanjang).

f.    Imunisasi
1)    Segera beri imunisasi Hepatitis B1 dengan Uniject sebelum bayi umur 7 hari.
2)    Beri imunisasi BCG ketika bayi umur 1 bulan (kecuali bayi yang lahir di Rumah Sakit, biasanya di imunisasi sebelum pulang kerumah).
3)    Tunda pemberian imunisasi bayi muda 1 hari sampai 2 bulan yang mempunyai klasifikasi merah.

4.    Konseling bagi ibu/keluarga
a.    Mengajari ibu cara mengobati infeksi bakteri lokal di rumah
Ada 2 jenis infeksi bakteri lokal pada bayi muda yang dapat diobati ibu dirumah:
1)    Infeksi kulit atau pusar
2)    Infeksi mata

Langkah-lanhkah yang diperlukan ketika mengajari ibu
1)    Jelaskan cara memberi pengobatan tersebut
2)    Amati cara ibu mempraktekkan di depan saudara
3)    Cek pemahaman ibu sebelum pulang

Cara mengobati infeksi mata
1)    Cuci tangan ibu sebelum mengobati bayi
2)    Bersihkan kedua mata bayi 3 kali sehari menggunakan kapas/kain bersih dengan air hangat.
3)    Beri salep/tetes mata Tetrasiklin 1% pada kedua mata
4)    Oleskan salep/teteskan obat mata pada bagian dalam kelopak mata bawah
5)    Cuci tangan ibu setelah mengobati bayi
6)    Obati sampai kemerahan hilang

Cara mengobati infeksi kulit atau pusar
1)    Cuci tangan ibu sebelum mengobati bayi
2)    Bersihkan nanah dan krusta dengan air matang dan sabun secara hati-hati
3)    Keringkan daerah sekitar luka dengan kain bersih dan kering
4)    Olesi dengan Gentian Violet 0,5% atau Providon Yodium
5)    Cuci tangan ibu setelah mengobati bayi
Cara menyiapkan Gentian Violet 0,5%:
1 bagian Gentian Violet 1% ditambah 1 bagian aquades (Misal: 10 ml Gentian Violet 1% ditambah 10 aquades).

b.    Mengajari ibu cara mengobati luka bercak putih (THRUSH) dimulut
1)    Cuci tangan ibu sebelum mengobati bayi
2)    Bersihkan mulut bayi dengan ujung jari ibu yang terbungkus kain dan telah dicelupkan kelarutan air matang hangat beragam.
3)    Olesi mulut dengan Gentian Violet 0,25% atau diteteskan 1 ml Suspensi Nistatin.
4)    Cuci tangan setelah mengobati bayi
5)    Obati luka atau bercak di mulut 3 kali sehari selama 7 hari

Cara menyiapkan Gentian Violet 0,25% :
1 bagian Gentian Violet 1% ditambah 3 bagian aquades (Misal: 10 ml Gentian Violet 1% ditambah 30 ml aquades)
    Cara menyiapkan Suspensi Nistatin :
2  tablet Nistatin (500.000 unit) disuspensi dalam 10 ml Gliserin. Jika tidak ada ganti Gliserin dengan minyak goreng.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
MTBS Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan konseling (promotif). Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.












DAFTAR PUSTAKA

http://soleh-ku.blogspot.com/2011/04/makalah-manajemen-terpadu-balita-sakit.html
http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2009/02/manajemen-terpadu-balita-sakit-sebagai.html
http://soleh-ku.blogspot.com/2011/04/makalah-manajemen-terpadu-balita-sakit.html
Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008.
Direktorat Bina Kesehatan Anak, Depkes, salah satu materi yang disampaikan pada Pertemuan Nasional Program Kesehatan Anak, 2009, Manajemen Terpadu Balita Sakit.
Posted by islalluddin at 8:50 PM    
http://islalluddin-httpbelajarkesehatan.blogspot.com/2011/04/makalah-mtbs.html








2 komentar:

Unknown mengatakan...

// lebih bermanfaat lagi kLo bisa dicOpy mbak :)

Misteri Catatan Harian mengatakan...

sangat bermanfaat mbak ,, terima kasih ...