Kamis, 18 Oktober 2012

asuhan nifas


BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang di perlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 – 8 minggu, sedangkan yang terpenting dalam nifas adalah masa involusi dan laktasi. Asuhan pada masa nifas diperlukan karena masa ini merupakan masa kritis baik ibu maupun janin.
Gangguan yang sering muncul pada masa nifas adalah proses laktasi yang umumnya dialami oleh ibu baru ( ibu yang baru mempunyai anak untuk pertama kalinya ) dengan berbagai faktor penyebab kadang terdapat gangguan seperti bendungan ASI. Disinilah tugas seorang bidan untuk membantu ibu mengatasi masalah ini.
Perawatan masa nifas sangat di perlukan untuk mencegah dan mendeteksi adanya komplikasi yang terjadi setelah persalinan ,antara lain perdarahan, infeksi, dan gangguan psikologis. Dengan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengangkat kasus bendungan ASI
B.   RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimanakah pengertian dari bendungan payudara?
2.    Bagaimanakah tanda dan gejalabendungan payudara?
3.    Bagaimanakah anatomi dan fisiologi laktasi ?
4.    Bagaimanakah pencegahan dan penatalaksanaan bendungan payudara?

C.  TUJUAN PENULISAN
1.    Untuk mengetahui penyakit pada ibu nifas tentang bendungan payudara.
2.    Untuk mengetahui penyebab bendungan payudara.
3.    Untuk mengetahui diagnosis bendungan payudara.
4.    Untuk mengetahui penatalaksanaan Obstruksi Biliaris.





.












BAB II
KAJIAN TEORI

A.       PENGERTIAN
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama 6-8 minggu (Saifuddin, 2005).
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau kelainan pada putting susu (Mochtar, 1998).
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams).
Payudara terasa lebih penuh tegang dan nyeri terjadi pada hari ketiga atau hari ke empat pasca persalinan disebakan oleh bendungan vera edan pembuluh dasar bening. Hal ini semua merupakan bahwa tanda asi mulai banyak di sekresi, namun pengeluaran belum lancar.
Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang disekresi akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang. Gelanggang susu menonjol dan putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara akan lebih meningkat, ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan (oserty patologi: 196) Saluran tersumbat = obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada saluran asi (ductus akhferus) secara local sehingga timbul benjolan local (Wiknjosastro, 2006).

B.   ANATOMI FISIOLOGI
1.    Anatomi Payudara
Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi, berglandular pada anterior thorax. Pada perempuan mengandung unsure untuk menskresi susu untuk makan bayi.
a.    Struktur Makroskopis.
http://2.bp.blogspot.com/-yk_9vURTMyM/T743tIisVXI/AAAAAAAAADg/N66LO_3aKxk/s320/picture1.png
1)   Cauda axillaris
Adalah jaringan payudara yang meluas ke axilla.
2)   Areola
Daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berwarna merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebih gelap pada wanita yang berkulit cokelat, dan warna tersebut menjadi gelap pada waktu hamil. Didaerah areola ini terletak kira-kira 20 glandula sebacea. Pada kehamilan areola ini membesar dan disebut tuberculum montgomery.
3)   Papila mammae
Terletak di pusat areola mammae setinggi iga ( costa ) ke-4. papilla mammae merupakam suatu tonjolan dengan panjang kira- kira 6 mm, tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka. Permukaan papilla mammae berlubang- lubang berupa ostium papillare kecil- kecil yang merupakan muara duktus lactifer. Duktus latifer ini di lapisi oleh epitel.
b.    Struktur Mikroskopis
Payudara terutama etrsusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah jaringan lemak dan di tutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini di bagi menjadi kira-kira 18 lobus yang di pisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran- lembaran jaringan febrosa. Struktur didalamnya dikatakan menyerupai segmen buah anggur atau jeruk yang dibelah. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang berisi dan tersusun atas bangun sebagai berikut :
http://2.bp.blogspot.com/-OSTE2Mv87zI/T744_LP6wlI/AAAAAAAAADs/68R9cR50984/s1600/anatomi_payudara.jpg
1)   Alveoli
Yang mengandung sel-sel yang mensekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang mensekresi air susu, disebut acini. Yang mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang disebut sel keranjang (basket cell)atau sel laba-laba (spider cell). Apabila sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu kedalam duktus lactifer.
2)   Tubulus lactifer
Saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli
3)   Ductus lactifer
Saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer
4)   Ampulla
Bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah areola.

2.    Fisiologi Laktasi
Proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi,. Ketika bayi menghisap payudara, hormone oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli melalui saluran susu (ducts milk) menuju reservoir susu yang berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehamilan, dimana tubuh wanita memproduksi hormone yang menstimulasi munculnya ASI dalam system payudara.
Untuk memasyarakatkan pemberian ASI sejak dini dengan tujuan mencegah terjadinya engorgement diperlukan factor-faktor pendukung yang terus-menerus mengupayakan keberhasilan menyusui, yang antara lain bergantung pada peran yang dilakukan oleh: peran petugas kesehatan, peran rumah sakit dan pemerintah, peran fisik dan psikis ibu, factor keluarga, factor masyarakat dan factor bayi.
a.    Produksi Air Susu Ibu
Prolaktin merupakan suatu hormone yang disekresi oleh glandula pituitaria anterior, penting untuk produksi air susu ibu, tetapi walaupun kadar hormone ini di dalam sirkulasi maternal meninngkat selama kehamilan, kerja hormone ini dihambat oleh hormone plasenta. Dengan lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan progesterone berangsur-angsur turun sampai tingkat pada dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin.

b.    Pengeluaran Air Susu ( Sarwono, 2005)
1)   Reflek Produksi
Hisapan bayi pada payudara merangsang produksi hormone prolaktin yang akan menyebabkan sel-sel sekretori dan alveoli untuk memproduksi susu yang akan disiapkan dalam lumen. Pembendungan ASI yang terjadi dalam alveolus akan menyebabkan adanya penekanan pada pembuluh darah, sehingga akan menyebabkan penurunan prolaktin dalam darah sehingga sekresi AI juga berkurang.
Untuk mengetahhui banyaknya produksi ASI, beberapa criteria yang dapat digunakan sebagai patokan jumlah ASI cukup atau tidak adalah : ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui putting, sebelum disusukan peyudara terasa tegang, jika ASI cukup setelah menyusui bayi akan tertidur/tenang selama 3 sampai 4 jam dan bayi akan sering berkemih sekitar 8 kali sehari.
Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari kurang seringnya menyusui atau memerah payudara, bayi tidak bias menghisap secara efektif, dan kurangnya gizi ibu. Sedangkan factor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah frekuensi pemberian susu, berat bayi saat lahir, usia kehamilan saat melahirkan, usia ibu dan paritas, stress dan penyakit akut, merokok, mengonsumsi alcohol dan penggunaan pil kontrasepsi.


2)   Reflek Let Down
Hisapan bayi pada payudara dapat merangsang produksi hormone oksitosin yang akan menyebabkan kontraksi sel yang terdapat dalam lumen, masuk ke dalam sinus lacteal di daerah areola. Reflek let down ini sangat sensitive terhadap factor kejiwaan ibu dan proses produksi dapat terhambat apabila ibu lemah, merasa malu, atau tidak pasti. Produksi ASI akan lancer apabila ibu merasa bangga dan yakin akan kaemampuannya menyusui.
Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down antara lain: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi dan memikirkan untuk munyusui bayi.

C.  ETIOLOGI
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui. (Sarwono, 2009)
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1.    Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.
2.    Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.
3.    Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
4.    Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
5.    Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.



D.  TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala terjadinya bendungan ASI antara lain (Wiknjosastro, 2005):
1.    Mamae panas serta keras pada saat perabaan dan nyeri.
2.    Puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu.
3.    Pengeluaran air susu kadang terhalang oleh duktus laktifer menyempit
4.    Payudara bengkak
5.    Payudara keras
6.    Payudara panas
7.    Nyeri bila ditekan 
8.    Suhu tubuh meningkat
Gejala bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang kadang terasa nyeri serta sering kali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam. (Sarwono, 2009)

E.   PATOFISIOLOGI
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormon (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflex yang menyebabkan kontraksi sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleksi ini timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu (Wiknjosastro, 2005).

F.   PENCEGAHAN
1.    Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan
2.    Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)
3.    Keluarkan asi dengan tangga atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4.    Perawawatan payudara pasca persalinan
5.    Menyusui yang sering
6.    Memakai kantong yang memadai
7.    Hindari tekanan local pada payudara

G.  PERAWATAN PAYUDARA
Perawatan Payudara pada Masa Nifas Menurut Depkes, RI (1993) adalah Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara:
1.    Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.
2.    Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
3.    Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.

H.  PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan bendungan payudara menurut sarwono, 2009 yaitu :
1.    dilakukan dengan pemakaian bra untuk menyangga payudara dan pemberian analgetika,
2.    dianjurkan menyusui segera dan lebih sering,
3.    kompres hangat agar payudara menjadi lebih lembek,
4.    air susu dikeluarkan dengan pompa dan dilakukan pemijatan (masase) serta perawatan payudara.
5.    Jika perlu diberi supresi laktasi untuk sementara (2-3 hari) agar bendungan terkurangi dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.
Keadaan ini pada umumnya akan menurun dalam beberapa hari dan bayi dapat menyusu dengan normal. (Sarwono, 2009)

Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2005) adalah:
1.    Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2.    Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3.    Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4.    Gunakan BH yang menopang
5.    Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.








BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Bendungan ASI adalah pembendungan ASI karena penyempitan duktus laktiferus atau oleh kelenjer-kelenjer yang tidak di kosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu.keluhan nya adalah payudara bengkak,keras,panas,dan nyeri. Sesudah bayi dan plasenta lahir,kadar estrogen dan progesteron turun dalam  2-3 hari.dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya prolaktin waktu hamil,dan sangat di pengaruhi oleh estrogen,tidak di keluarkan lagi,dan terjadi sekresi prolaktin oleh hypopisis.hormon ini menyebabkan  alveolus-alveolus kelenjer mamma terisi dengan air susu,tetapi untuk mengeluarkan nya di butuhkan reflek yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjer-kelenjer tersebut. 

B.   SARAN
Dalam makalah  ini tidak menutup kemungkinan masih terdapat banyak kekurangan baik menyangkut isi maupun penulisan. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini  selanjutnya dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya dalam  menambah wawasan pengetahuan tentang asuhan ibu nifas dengan bendungan payudara.

Tidak ada komentar: