BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Angka
kejadian bayi prematur di Indonesia, masih cukup tinggi dan merupakan bagian
terbesar dari kelompok bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).Angka kejadian
BBLR di Indonesia adalah 14-20 % .Bayi prematur termasuk dalam kelompok bayi
risiko tinggi yang memerlukan pemantauan tumbuh kembang secara berkala dan
terus menerus. Banyak masalah yang akan timbul pada bayi prematur, antara lain
gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan seperti palsi serebral, retardasi
mental, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan seperti retinopati
prematuritas, gangguan perilaku serta gangguan belajar, semakin kecil masa
gestasi, makin besar risiko terjadinya gangguan tumbuh kembang.
Untuk mencapai perkembangan yang
optimal, disamping asupan nutrisi yang tepat perlu dilaksanakan intervensi berupa stimulasi dini. Berbagai
program intervensi telah dijalankan pada bayi prematur, untuk memperbaiki interaksi orang tua dan anak serta memperbaiki
perkembangan neurologis. American Academy of Pediatric menyarankan untuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur sampai berusia 7-10 tahun
sehingga bisa mengidentifikasi dini gangguan perkembangan, mengadakan konseling orangtua, identifikasi dan penanganan
masalah medis anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Perkembangan
anak menggambarkan peningkatan kematangan fungsi individu, dan merupakan indikator penting dalam menilai kualitas hidup anak. Oleh karena itu
perkembangan anak harus dipantau secara berkala. Bayi atau anak dengan resiko
tinggi terjadinya penyimpangan perkembangan perlu mendapat prioritas, antara
lain bayi prematur, berat lahir rendah, bayi dengan riwayat asfiksia,
hiperbilirubinemia, infeksi intrapartum, ibu diabetes mellitus, gemelli, dll.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ
yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1997).
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama
dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Donna L Wong
2004)
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelu minggu ke 37, dihitung dari
mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan
memendek. (Nelson. 1998 dan Sacharin, 1996)
Berdasarkan
umur kehamilan, Usher (1975) menggolongkan bayi prematur menjadi:
1.
Bayi yang sangat prematur (extremely premature), masa
gestasi 24-30 minggu .
2.
Bayi prematur sedang (moderately prematur), masa
gestasi 31-36 minggu
3.
Borderline premature, masa gestasi 37-38 minggu
Berdasarkan
berat badannya bayi prematur digolongkan menjadi :
1.
BBLR (Bayi berat lahir rendah), 1500-2500 gram
2.
BBLSR (Bayi berat lahir sangat rendah), 1000-1499 gram
3.
BBLASR (Bayi berat lahir amat sangat rendah), <
1000 gram
Menurut
kurva pertumbuhan janin, terdapat 3 golongan BKB / prematur, yaitu :
1.
BKB SMK (Sesuai dengan masa kehamilan)
2.
BKB KMK (Kecil untuk masa kehamilan)
3.
BKB BMK (Besar untuk masa kehamilan)
Berdasarkan
ciri kematangan fisis menurut Ballard dan kurva Battaglia dan Lubchenko, bayi
ini tergolong pada prematur BBLSR sesuai masa kehamilan.
B. Etiologi
Menurut Manuaba (1998), Beberapa
faktor predisposisi :
1.
Faktor ibu
a.
Gizi saat hamil yang kurang
b.
Riwayat kelahiran premature sebelumnya
c.
Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
d.
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
e.
Factor pekerja yang terlalu berat
f.
Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan
pembuluh darah ( perokok )
2.
Factor kehamilan
a.
Hamil dengan hidramnion
b.
Hamil ganda
c.
Perdarahan antepartum
d.
Komplikasi hamil : pre-eklamsia/eklamsia, ketuban
pecah dini
3.
Factor janin
a.
Cacat bawaan
b.
Infeksi dalam rahim
C. Patofisiologi
Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor
atau minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan
pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok
lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat
abortus pada trimester I lebih dari 2 kali
Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus,
serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau
memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada
trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi
abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas
uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko
mayor atau bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya. (Kapita selekta, 2000 : 274)
D.
Gejala atau Gambaran fisik bayi prematur:
1.
Ukuran kecil
2.
Berat badan lahir rendah (kurang dari 2,5
kg)
3.
Kulitnya tipis, terang dan berwarna pink
(tembus cahaya)
4.
Vena di bawah kulit terlihat (kulitnya
transparan)
5.
Lemak bawah kulitnya sedikit sehingga
kulitnya tampak keriput
6.
Rambut yang jarang
7.
Telinga tipis dan lembek
8.
Tangisannya lemah
9.
Kepala relative besar
10.
Jaringan payudara belum berkembang
11.
Otot lemah dan aktivitas fisiknya sedikit (seorang
bayi prematur cenderung belum memiliki garis tangan atau kaki seperti pada bayi
cukup bulan)
12.
Refleks menghisap dan refleks menelan yang
buruk
13.
Pernafasan yang tidak teratur
14.
Kantung zakar kecil dan lipatannya sedikit
( anak laki – laki )
Labia mayora belum menutupi labia minora ( pada anak perempuan).
E.
Pemeriksaan
Diagnostic
1.
Anamnesis:
a.
Umur ibu
b.
Penyakit persalinan sebelumnya
c.
Jumlah paritas, jarak kelahiran sebelumnya
d.
Kenaikan berat badan selama hamil
e.
Aktivitas
f.
Penyakit yang diderita selama hamil
g.
Obat-obatan yang diminum selama hamil
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Berat lahir kurang 2500 gram
b.
Untuk BBLR kurang bulan:
Tanda
prematuritas:
1)
tulang rawan telinga belum terbentuk
2)
masih terdapat lanugo
3)
refleks-refleks masih lemah
4)
alat kelamin luar : pada perempuan labium mayus belum
menutup labium minus. Pada laki-laki belum terjadi penurunan testis dan kulit
testis rata (rugae testis belum terbentuk)
F.
Komplikasi Umum Pada Bayi Prematur
1. Sindrom Gawat Napas (RDS)
Tanda Klinisnya
: Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi, sianosis, peningkatan usaha nafas,
hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi dan syok
2. Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati
prematuritas (ROP)
Akibat terapi
oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan faring. (Whaley
& Wong, 1995)
3. Duktus Arteriosus Paten (PDA)
4. Necrotizing Enterocolitas (NEC) (Bobak.
2005)
G. Penatalaksanaan
1.
Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin
premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena
kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus
dilakukan didalam incubator
2.
Mejaga suhu
tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah,
mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang
secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d
370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam
suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha
metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur
terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan
harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan
sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
3.
Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir
rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui
“jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C,
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih
kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan
yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap
pernafasan lebih mudah.
4.
Pemberin oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan
masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan
surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan
menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang
panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan
5.
Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah,
mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau
tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat
harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
6.
Pemberian
makanan
Pemberian makanan secara dini
dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin.
ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ),
terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir
rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
H. Penilaian
Perkembangan
Perkembangan
bayi prematur dalam 2 tahun pertama dinilai berdasarkan umur koreksi. Kemajuan perkembangan
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain umur kehamilan, nutrisi, penyakit,
stimulasi dan pemberian kasih sayang.
Alat
yang digunakan dalam pemantauan perkembangan bayi prematur adalah
dengan BINS (Bayley Infant Neurodevelopment Screening).
1. DDST II (Denver Development Screening
Test II). Pada DDST yang dinilai adalah 4 sektor
perkembangan, yaitu perilaku sosial, gerakan motorik halus, gerakan motorik
kasar dan bahasa. Setiap kemampuan dalam kotak persegi panjang horizontal yang
berurutan menurut umur. Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai lulus
(passed = P), tidak lulus (failed = F) atau tidak melakukan (no opprtunity =
N.O). saat ini digunakan DDST II, hasil revisi dari Frakenbrurg y ang merupakan
pengembangan dari DDST dan DDST-R. BINS adalah suatu metode untuk menilai
perkembangan anak yang berusia 3-24 bulan.
2. BINS (Bayley Infant Neurodevelopment
Screening). Pada BINS yang dinilai adalah
fungsi neurologis (N), reseptif (R), ekspresif (E), dan kognitif (K). Resiko untuk
terjadi gang guan perkembangan dilihat dari beberapa nilai yang didapatkan,
anak digolongkan menjadi resiko rendah, rendah dan tinggi.
Bila
hasil skrining menunjukkan hasil yang tidak normal, perlu dilanjurkan dengan
pemeriksaan neurologis. Agar perkembangan bayi menjadi optimal perlu diberikan
intervensi berupa stimulasi dini.
Pemeriksaan Penunjuang lain Yang Harus
Dilakukan
1. Pemeriksaan fungsi penglihatan.
Pada bayi dengan berat lahir < 1700 gr, 50 % menderita ROP, 5 % di antaranya
ROP berat. Semua bayi dengan resiko tinggi harus dilakukan pemeriksaan mata
pada umur 4-6 minggu atau sebelum bayi dipulangkan.
Bila
ditemukan kelainan, diperlukan pemeriksaan berkala tiap 2 minggu, sehingga
progesivitas penyakit dapat sangat diketahui. Bila tidak ditemukan kelainan,
pemeriksaan mata diulangi pada umur 12-24 bulan.
2. Pemeriksaan fungsi pendengaran.
Tuli kongenital lebih sering ditemukan pada bayi beresiko tinggi, termasuk bayi
prematru. Intervensi dini akan memberikan perubahan bermakna pada kesempatan
bicara. Fungsi pendengaran perlu dievaluasi ulang pada umur 12-24 bulan
3. Pemantauan Gangguan lainnya.
Bayi prematur mempunyai kemungkinan empat kali lebih tinggi untuk dirawat
kembali di rumah sakit dalam usia pertama kehidupan. Gangguan yang mungkin
timbul adalah gamgguan hipersensitifitas saluran cerna, resiko penyakit
alergi meningkat, anemia defisiensi besi dan hipertensi.
Bayi
prematur bisa dipulangkan jika sudah mampu minum sendiri, dengan kenaikan berat
badan 10-30 gram per hari dan suhu tubuh
tetap normal di ruangan biasa. Tidak menderita apnea atau bradikardia dan tidak
memerlukan oksigen atau obat-obat intravena. Selanjutnya bayi harus dipantau
secara teratur untuk melihat pertumbuhan dan perkembangannya, serta menemukan
kelainan yang mungkin baru timbul kemudian dan
kalau mungkin mengobati /
mencegah berlanjutnya proses penyakit yang dideritanya.
Pada pasien
ini selama perawatan mendapatkan cairan glukosa parenteral, tidak mendapatkan protein dan lemak parenteral, karena telah
bisa mendapatkan ASI pada hari ke-3 rawatan, dan berangsur-angsur mendapatkan
ASI OD karena toleransi minum yang baik pada hari ke-8. Kebutuhan kalori telah
terpenuhi dengan pemberian ASI, terlihat dengan penambahan berat badan selama
perawatan.
Selama
pemantauan, pasien mendapatkan ASI, walaupun hanya 5 bulan, mendapatkan susu
formula, dan dilanjutkan dengan pemberian makanan tambahan, berupa bubur susu, nasi tim
saring, nasi tim, nasi lunak dan akhirnya makanan keluarga sesuai dengan
usianya. Tidak ada masalah toleransi makanan pada pasien, semua makanan yang
diberikan bisa dihabiskan, ibu memberikan menu yang bervariasi sehingga anak
tetap mau makan.
Secara umum
pemantauan bayi risiko tinggi adalah 4-5 kali dalam satu tahun pertama,
kemudian bisa lebih jarang setelah lewat umur 1 tahun. Sebaiknya setelah umur
12 bulan, kunjungan berikutnya pada umur 18 bulan, karena ada beberapa masalah
yang baru tampak pada awal kegiatan sekolah, seperti gangguan kognitif,
kemudian dua setengah tahun dan umur empat setengah tahun.
Stimulasi bayi
prematur yang harus dilakukan adalah
1. Stimulasi Rangsang Taktil (pijat,
fleksi, ekstensi, posisi)
2. Stimulasi Vestibular kinestetik
(menggoyang, mengayun)
3. Stimulas Pendengaran (menanyi,
musik, rekaman suara ibu, irama jantung ibu)
4. Stimulasi Visual (gerakan, warna,
bentuk)
Stimulasi Dini Yang
Bisa Dilakukan Pada Bayi Prfematur Sesuai Usia perkembangan
Stimulasi sebaiknya dilakukan secara
teratur dan berlkesinambungan dalam janghka panjang. Stimulasi dapat dilakukan
dalam kehidupoan sehari-hari saat menjelang tidur, memandikan,
mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan,
bermain, menonton TV, di dalam kendaraan.
1. Stimulasi
untuk bayi 0 – 3 bulan.
Stimulasi untuk bayi 0 – 3 bulan dapat dilakukan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan,
memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara,
membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan menggerakkan
benda berwarna mencolok (lingkaran atau kotak-kotak hitam-putih), benda-benda
berbunyi, mengulingkan bayi kekanan-kekiri, tengkurap-telentang, dirangsang
untuk meraih dan memegang mainan
2. Stimulasi
untuk bayi 3 – 6 bulan.
Stimulasi untuk bayi umur 3 – 6 bulan dapat dilakukan dengan cara dengan bermain ‘cilukba’, melihat wajah bayi dan
pengasuh di cermin, dirangsang untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.
3. Stimulasi untuk
bayi 3 – 6 bulan.
Stimulasi untuk umur 6 – 9 bulan
dapat dilakukan dengan cara
memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk tangan, membacakan dongeng,
merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan.
4. Stimulasi
untuk bayi 9 – 12 bulan.
Stimulasi untuk umur 9 – 12
bulan dapat dilakukan dengan
cara mengulang-ulang menyebutkan mama-papa, kakak, memasukkan mainan ke dalam
wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, dilatih berdiri, berjalan
dengan berpegangan.
5. Stimulasi
untuk bayi 12 – 18 bulan.
Stimulasi untuk umur 12 – 18
bulan dapat dilakukan dengan
cara latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna, menyusun kubus,
balok-balok, potongan gambar sederhana (puzzle) memasukkan dan mengeluarkan
benda-benda kecil dari wadahnya, bermain dengan boneka, sendok, piring, gelas,
teko, sapu, lap. Latihlah berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, memanjat
tangga, menendang bola, melepas celana, mengerti dan melakukan
perintah-perintah sederhana (mana bola, pegang ini, masukan itu, ambil itu),
menyebutkan nama atau menunjukkan benda-benda.
6. Stimulasi
untuk bayi 18 – 24 bulan.
Stimulasi untuk umur 18 –
24 bulan dapat dilakukan dengan
cara menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian tubuh (mana mata ?
hidung?, telinga?, mulut ? dll), menanyakan gambar atau menyebutkan nama
binatang & benda-benda di sekitar rumah, mengajak bicara tentang kegiatan
sehari-hari (makan, minum mandi, main, minta dll), latihan menggambar
garis-garis, mencuci tangan, memakai celana – baju, bermain melempar bola,
melompat.
7. Stimulasi
untuk bayi 2 – 3 tahun.
Stimulasi umur 2 – 3 tahun dapat dilakukan dengan cara mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata
sifat (besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit dll),
menyebutkan nama-nama teman, menghitung benda-benda, memakai baju, menyikat
gigi, bermain kartu, boneka, masak-masakan, menggambar garis, lingkaran,
manusia, latihan berdiri di satu kaki, buang air kecil / besar di toilet.
8. Setelah
umur 3 tahun selain
mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya, stimulasi juga di arahkan
untuk kesiapan bersekolah antara lain : memegang pensil dengan baik, menulis,
mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana
(buang air kecil / besar di toilet), dan kemandirian (ditinggalkan di sekolah),
berbagi dengan teman dll. Perangsangan dapat dilakukan di rumah (oleh pengasuh
dan keluarga) namun dapat pula di Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak atau
sejenisnya
BAB III
KESIMPULAN
A. Penutup
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama
dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir.
Berbagai
permasalahan yang beresiko mengganggu perkembangan bayi prematur diperlukan
rangsangan yang terus menerus melalui berbagai sistem dan fungsi tubuh agar
keterlambatan dan resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang ada dapat
dioptimalkan. Intervensi yang dilakukan sejak dini, dilakukan secara
berkesinambungan dan berlangsung lebih lama akan memberikan manfaat lebih besar
di bandingkan dengan intervensi yang terlambat atau dilakukan dalam waktu
singkat.
B. Saran
`Penulis
mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita, menambah ilmu
pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca khususnya bagi mahasiswa kebidanan,
namun penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan makalah
selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar