ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI
PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN
GINJAL dan DIABETES MELLITUS
Pembimbing : Bu Yuli Fitriasih,
S.Si.T
Disusun
Oleh:
Erin Mei Kartika D201001078
Novia Kusuma Dewi D201001085
Suratmi D201001094
AKADEMI KEBIDANAN GRAHA MANDIRI
CILACAP
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, pemilik segala pengetahuan, atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis
diberi kekuatan, kemampuan, kesadaran dan kesehatan untuk menyelesaikan
pembuatan Makalah Asuhan Kebidanan Patologi Penyakit yang Menyertai
Kehamilan Ginjal dan Diabetes Melitus
Adapun maksud dan tujuan dalam penyusunan
makalah ini adalah dalam rangka memenuhi salah satu tugas. Dalam penulisan
makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak yang berupa bimbingan,
pengarahan maupun dukungan moral yang sangat membantu penulis.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan
makalah ini, maka penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Uti Lestari,S.Si.T selaku Direktur Akademi
Kebidanan Graha Mandiri Cilacap.
2. Yuli
Fitriasih,S.Si.T sebagai
dosen asuhan kebidanan patologis
3. Orang tua yang telah memberikan motivasi dan
dukungan.
4. Semua pihak yang terkait dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dami
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua pihak dan
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Cilacap,
09 Maret 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kehamilan
merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis, namun setiap ibu hamil
menghadapi resiko yang bisa mengancam jiwanya, oleh karena itu ibu hamil harus
mendapatkan pelayanan antenatal dari tenaga kesehatan yang professional, yakni seorang
bidan untuk mengantisipasi resiko dan penyulit persalinan.
ANC atau pemeriksaan kehamilan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptialkan kesehatan mental dan fisik ibu hami sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan pemberian ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
ANC atau pemeriksaan kehamilan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptialkan kesehatan mental dan fisik ibu hami sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan pemberian ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Dalam
setiap kehamilan tentu tidak selamanya aman dan sesuai dengan yang diharapkan,
kadang adakalanya ibu hamil tersebut menderita suatu penyakit sehingga
berpebgaruh besar terhadap kehamilan, persalinan, dan bahkan nifasnya.
Sebenarnya tidak ada seorang pun wanita hamil yang menginginkan kehamilannya
disertai dengan penyakit, namun dilapangan ini sering kita temui.
Dan
penyakit penyerta kehamilan ini sering kali menjadi menyumbangkan angka
kematian ibu dan bahkan bayi. Ada beberapa penyakit yang dapat menyertai
kehamilan, da penyakit tersebut tidak main – main terhadap keselamatan ibu dan
bayi.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas maka kami tertarik untuk menjadi masalah ini dalam
makalah ini, adapun rumusan masalah kami dalam makalah ini adalah “Penyakit Yang Menyertai Kehamilan Ginjal dan Dm”.
C. Tujuan
Penulisan
a)
Tujuan Umum : Mengetahui penyakit –
penyakit apa saja yang berbahaya untuk kehamilan.
b)
Tujuan Khusus :
• Diketahuinya defenisi
dan maksud masing – masing penyakit
• Diketahuinya etiologi
masing – masing penyakit
• Diketahuinya
penatalaksanaan terhadap masing – masing penyakit
BAB
II
PEMBAHASAN
Perubahan Anatomik Ginjal dan Saluran Kemih
Dalam
kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan anatomic ginjal dan
saluran kemih yang sering menimbulkan gejala dan kelainan fisik dan hasil
pemeriksaan laboratorium.perubahan natomi terdapat peningkatan pembuluh
darah dan ruangan interstisial pada ginjal. Ginjal akan memanjang kurang lebih
1 cm dan kembali normal setelah melahirkan. Ureter juga mengalami pemanjangan,
melekuk dan kadang berpindah letak ke lateral dan akan kembali normal 8-12
minggu setelah melahirkan.(ilmu kebinanan sarwono prawiroharjo)
Selain itu
juga terjadi hiperlpasia dan hipertrofi otot dinding ureter dan kaliks, dan
berkurangnya tonus otot-otot saluran kemih karena pengaruh kehamilan. Akibat
pembesaran uterus hiperemi organ-organ pelvis dan pengaruh hormonal terjadi
perubahan pada kendung kemih yang dimulai pada kehamilan 4 bulan. Kandung kemih
akan berpindah lebih anterior dan superior. Pembuluh-pembuluh di daerah mukosa
akan membengkak dan melebar. Otot kandung kemih mengalami hipertrofi akibat
pengaruh hormon estrogen. Kapasitas kandung kemih meningkat sampai 1 liter
karena efek relaksasi dari hormon progesterone. (ilmu kebidanan sarwono
prawiroharjo)
Perubahan Fungsional Ginjal dan Saluran Kemih
Kehamilan merupakan
suatu kondisi hiperdinamik, hippervolemik, dengan adaptasi yang tampak pada
semua system organ utama. Perubahan fisiologik penting yang timbul pada ginjal
selama kehamilan, antara lain :
·
Peningkatan aliran plasma renal (Renal Plasma
Flow/RPF)
·
Peningkatan Tingkat Filtrasi Glomerulus (Glomerular
Filtration Rate/GER)
·
Perubahan reabsorbsi glukosa, sodium, asam amino
dan asam urat tubular.
Peningkatan
GFR terjadi selama fase luteal dari siklus menstruasi dan terus meningkat
setelah konsepsi, kemudian mencapai puncak sampai sekitar 50% diatas kadar pada
perempuan yang tidak hamil sampai akhir trimester kedua.
Peningkatan
RPF dimulai sejak trimester kedua yang kemungkinan disebabkan oleh efek
kombinasi curah jantung yang meningkat dan resistensi vasekuler ginjal sebagai
peningkatan produksi prostaglandin ginjal. Semakin tua kehamilan, efek
komprehensif dari pembesaran uterus pada aorta vena kava dapat menurunkan
aliran darah ginjal yang efektif menjadi 20 %. Akibatnya akan terjadi penurunan
kadar kretinin serum dan urea nitrogen darah.
Sebagai
akibat peningkatan GFR juga, konsentrasi asam uret serum menurun selama
kehamilan trimester kedua tetapi akan kembalinormaol seperti keadaan hamil
(40-60 mg/dl) pada trimester ketiga. Beberapa peneliti meyakini bahwa preeklamsia
secara selektif mempengaruhi reabsorbsi tubulus dan menyebabkan peningkatan
asam urat.
Tes Fungsi Ginjal
Nilai laboratorium ginjal normal
pada perempuan hamil
Nilai Laboratorium
|
Perempuan tidak hamil
|
Perempuan hamil
|
BUN, mg/dl
|
6 – 27
|
7,2 - 10,2
|
Klirenis kreatinin,ml/menit
|
100 - 180
|
150 - 200
|
Kretinin serum, mg/dl
|
0,5 -0,8
|
0,3 -0,6
|
Asam urat, mg/dl
|
2,2 – 7,5
|
3,2 – 3,5
|
Protein total, mg/24 jam
|
< 150
|
< 300
|
Perubahan
Fungsi
Segera
sesudah konsepsi, terjadi peningkatan aliran plasma (Renal Plasma flow) dan
tingkat filtrasi gomerolus (Gomerolus Filtration Rate). Sejak kehamilan
trimester II GFR akan meningkat 30-50 %, diatas nilai normal wanita tidak
hamil. Akibatnya akan terjadi penurunan kadar kreatinin serum dan urin nitrogen
darah, normal kreatinin serum adalah 0,5-0,7 mg/100 mll dan urea nitrogen darah
8-12 mg/100 mll.Secara empiris, kehamilan dengan kelainan ginjal kronis merupakan
kehamilan dengan risiko yang sangat tinggi. Karena kehamilan sendiri bisa
menyebabkan kelainan2 pada ginjal seperti infeksi saluran kemih, hipertensi dan
lain sebagainya.
Insufisiensi Ginjal Kronis
Perhatian terhadap wanita hamil dengan penyakit ini menjadi dua kali lipat,
karena satu: efek kehamilan terhadap fungsi ginjal dan dua: efek kelainan
ginjalnya terhadap kehamilan.
Efek
kehamilan terhadap fungsi ginjal
Bisa terjadi penurunan fungsi ginjal.
Secara umum prognosa tergantung derajat dengan gangguan ginjal pada saat
konsepsi, serta adanya kelainan2 penyerta, seperti tekanan darah tinggi dan
bocornya protein (proteinuria). Fungsi ginjal biasanya bertahan dengan kondisi
insufisiensi yang moderat.Insufisiensi ringan jika kadar serum creatinine
<1.5 mg%, sedang jika kadar serum creatinine 1.5-2.4 mg% dan berat jika
kadar serum creatinine >2.5 mg%
Penyebab menurunnya fungsi ginjal, pada
beberapa pasien bahkan tidak diketahui. Adanya hipertensi memberi kontribusi memburuknya
fungsi ginjal. Infeksi saluran kencing juga bisa memperburuk fungsi ginjal.
Proteinuria yang sering terjadi pada wanita hamil bisa mempengaruhi fungsi
ginjal.
Efek
insufisiensi ginjal terhadap kehamilan
Secara umum, janin bisa bertahan hidup sangat
besar yaitu 95%. Namun pada pasien yang menjalani dialisis (cuci darah)angkanya
menjadi 52%. Penderita dengan gangguan ringan bisa mengalami komplikasi berupa
BBLR, persalinan kurang bulan dan lahir mati.
Penanganan
Kunjungan ANC harus lebih sering. Beberapa
penulis menganjurkan kontrol tiap 2 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu dan
seminggu sekali sesudahnya. Kontrol tekanan darah pada kunjungan. Lakukan
test urin terhadap adanya protein serta lakukan skrining akan adanya infeksi
saluran kencing. Erythropoietin dapat diberikan jika penderita mengalami anemia
namun harus hati2 karena bisa memperburuk hipertensi.
Kehamilan pada pasien cuci darah
Penyakit ginjal yang membutuhkan dialisis
biasanya menurunkan kesuburan. Kehamilan bisa terjadi pada 1 % pasien terutama
ditahun awal dialisis. Penyebab infertilitasnya tidak diketahui pasti, diduga
karena berbagai faktor (multifaktorial). 42% wanita yang menjalani dialisis
haidnya masih tetap normal, tetapi tidak berovulasi (anovulatoir). Anemia juga
berperan dan pemakaian erythropoietin didapatkan meningkatkan angka kehamilan.
Secara umum, kehamilan dilarang (kontra
indikasi) pada pasien dialisis. Luaran janin selalunya jelek. Hanya 23-55%
kehamilan yang bayinya bisa hidup. Kebanyakan terjadi abortus pada TM II. Bayi
yang bertahanpun masih memiliki kelainan yaitu 85% lahir kurang bulan
(prematur)dan 28%-nya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)atau SGA (Small For
Gestasional Age). Komplikasi ibu juga ada seperti kematian ibu.
Diagnosis awal kehamilan juga agak sukar
karena kadar HCG penderita dialisis juga tinggi. jika diduga hamil maka lakukan
segera pemeriksaan USG.
Rekomendasi buat penderita dialisis yang hamil
Masukkan pasien dalam daftar
transplantasi. Selama dialisa, lakukan monitor janin dan ibu, hindari terjadinya
hipotensi akibat dialisa. Pemakaian erythropoietin bisa meningkatkan harapan
hidup janin, namun harus hati2 karena bisa menimbulkan hipertensi. Peningkatan
frekuensi dialisa bisa memperbaiki mortalitas dan morboditas (kesakitan).
Penanganan Obstetri
Penyebab kematian dan kesakitan bayi pada
pasien dengan kelainan ginjal adalah persalinan kurang bulan. Masih ada
perdebatan tentang melahirkan bayi secara elektif lebih cepat dari waktunya
sekitar(34-36 minggu) pada pasien dengan insufisiensi ginjal kronis atau yang
sedang menjalani dialisis terutama jika paru janin sudah matang.
PENYAKIT GINJAL DAN SALURAN KEMIH PADA KEHAMILAN
1.
Infeksi Saluran Kemih
Infeksi
saluran kemih adalah infeksi yang paling sering terjadi selama kehamilan
(4-10%).meskipun bakteriuria asimptomatik paling sering dijumpai infeksi
simptomatik bias melibatkan traktus yang lebih bawah yang menyebabkan sistisis,
atau bias melibatkan kaliks,pelvis dan parenkim ginjal, dan menyebabkan
pielonefritis.
Apabila
ditemukan bakteri yang lebih dari 103 per ml ini disebut dengen istilah
bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala disebut bakteriuria
asimptomatik, dan mungkin disertai gejala yang disebut bakteriuria simptomatik.
Walaupun infeksi dapat terjadi karena penyebaran kuman melalui pembuluh darah
atau saluran limfe tetapi yang tersering/terbanyak adalah kuman-kuman naik
keatas melalui uretra,kedalam kandung kemih dan saluran kemih yang lebih atas
(ascenderen infection). Kuman yang tersering dan terbanyak sebagai penyebab
adalah E.coli, disamping kuman-kuman lain seperti E.aerogenes, klebsiella dan
pseudomonas. (ilmu kebidanan sarwono perwirodiharjo).
a.
Bakteriuria
tanpa gejala (asimptomatik)
Frekuensi bacterium tanpa gejala kira-kira 2-10 %, dan dipengaruhi oleh
parietas, sosioekonomi wanita hamil tersebut. Di Amrika Serikat paling tiggi
ditemukan pada wanita Negro. Di RS Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta, frekuensi
bakteriuria tanpa gejaala dalam kehamilan sangat tinggi, yaitu 25%.
Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejaian bakteriuria ini
dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan persalinan premature,
gangguan pertumbuhan janin, dan preeklamsia. Oleh karena itu pada wanita hamil
dengan bakteriuria harus diobati dengan seksama sampai air kemih bebas dari
bakteri yan dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa kali. Pengobatan dapat
dilakukan dengan pemberian obat sulfonamide ampisilin, atau nitrofurantoin.
b.
Bakteriuria
dengan gejala (simptomatik)
c.
Sistisis
Sistitis adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai radang bagian atas
saluran kemih. Sistitis ini cukup dijumpai dalam kehamilan dan nifas. Kuman
penyebab utama adalah E.coli, di samping dapat pula oleh kuman-kuman lain.
Factor predisposisi lain adalah uretra wanita yang pendek, sistokel, adanya
sisa air kemih yang tertinggal, di samping penggunaan kateter yang sering
dipakai dalam usaha mengeluarkan air kemih dalam pemeriksaan ginekologik atau
persalinan. Penggunaan kateter ini akan mendorong kuman-kuman yang ada di
uretra distal untuk masuk ke dalam kandung kemih. Dianjurkan untuk tidak
menggunakan kateter bila tidak perlu betul.
Gejala-gejala sistitis khas sekali, yaitu disuria terutama pada akhir
berkemih, meningkatnya frekuensi bekemih dan kadang-kadang disertai nyeri di
bagian atas simpisis, perasaan ingin berkemih yang tidak dapat ditahan,air
kemih kadang-kadang terasa panas, suhu badan mungkin normal atau meningkat, dan
nyeri di daerah suprasimpisis. Pada pemeriksaan laboratorium, biasanya
ditemukan banyak leukosit dan eritrosit dan kadang-kadang juga ada bakteri.
Kadang-kadang dijumpai hematuria sedangkan proteinuria biasanya tidk ada.
Sistititis dapat diobati dengan sulfonamide, ampicilin, eritromisin. Perlu
diperhatikan obat-obat lain yang baik digunakan untuk pengobatan infeksi
saluran kemih, akan tetapi mempunyai pengaruh tidak bagi janin, ataupun bagi
ibu.
2.
Pielonefritis
Kronika
Pielonefritis
kronika biasanya tidak atau sedikit sekali menunjukkan gejala-gejala penyakit
saluran kemih, dan merupakan predisposisi terjadinya pielonefritis akuta dalam
kehamilan. Penderita mungkin menderita tekanan darah tinggi. Pada keadaan
penyakit lebih berat didapatkan penurunan tingkat filtrasiglumerolus (G.
F. R), dan pada urinalisis urin mungkin normal, mungkin ditemukan protein
kurang dari 2 g per hari, gumpalan sel-sel darah putih.
Prognosis
bagi ibu dan janin tergantung dari luasnya kerusakan jaringan ginjal. Penderita
yang hipertensi dan insufiensi ginjal mempunyai prognosis buruk karena dapat
mengakibatkan kematian janin.
Penderita ini sebaiknya tidak hamil, karena resiko tinggi. Pengobatan
penderita yang menderita pielonefritis kronika ini tidak banyak yang dapat
dilakukan, dan kalau menunjuk kearah pielonifritis akuta, terpi seperti yang
telah diuraikan. Perlu dipertiimbangkan untuk terminasi kehamilan adalah mengakhiri kehamilan dengan sengaja sehingga
tidak sampai ke kelahiran. baik janin dalam keadaan hidup atau mati) pada
penderita yang menderita pielonifritis kronika.
3.
Glomerulonefritis
Akuta
Glomerulonefritis
akuta jarang dijumpai pada wanita hamil. Penyakit ini dapat timbul setiap saat
dalam kehamilan, dan penderita nefritis dapat menjadi hamil. Yang menjadi
penyebab biasanya Streptococcus beta-haemolyticus jenis A. Sering ditemukan
bahwa penderita pada saat yang sama atau bebrapa minggu sebelumnya menderita
infeksi jalan pernapasan, tonsillitis, atau infeksi lain-lain oleh sterptokokkus,
suatu hal yang menyokong teori infeksi fokal.
Gambaran
klinik ditandai oleh timbulnya himaturia dengan tiba-tiba, edema dan
hipertensi pada penderita yang sebelumnya tampak sehat. Kemudian sindroma
ditambah bdengan oliguria sampai anuria, nyeri kepala, dan mundurnya visus
(retinitis albuminika). Diagnosis menjadi sulit apabikla timbul serangan
kejang-kejang dengan atau tanpa koma yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi
serebral, atau oleh uremia, atau apbila timbul ederma paru-paru akut. Apbila
penyakitnya diketahui dalam triwulan III., maka perbedaan dengan pre-eklampsia
dan eklampsia selalu harus dibuat. Pemeriksaan air kencing menghasilkan sebagai
berikut ; sering proteinuria, ditemukan eritrosit dan silinder hialin, silinder
koler dan silinder eritrosit.
Pengobatan
sama dengan diluar kehamilan dengan perhatian khusus, istirahat baring, diet
yang sempurna dan rendah garam, pengendalian hipertensi serta keseimbangan
cairan dan elektrolit. Untuk pemberantasan infeksi cukup diberi pensillin,
streptokokkus peka terhadap penisillin. Apbila ini tidak berhasil, maka harus
dipakai antibiotika yang sesuai dengan hasil tes kepekaan.
Biasanya
penderita sembuh tanpa sisa-sisa penyakit dan fungsi ginjal yang tetap baik.
Kehamilan dapat berlangsung sampai lahirnya anak hiduup, dan apabila diingankan
oleh wanita boleh hamil lagi dikemudian hari. Ada kalanya penyakit menjadi
menahun dengan segala akibatnya. Pada umumnya prognisis bagi ibu cukup baik.
Kematian ibu sangat jarang, dan apbila terjadi biasanya itu disebabkan oleh
dekompensasi kordis, komplikasi serebro-vaskuler, anuria dan uremia.
Kehamilan
tidak banyak mempengaruhi jalan penyakit. Sebaliknya glomerulonoefritiss akuta
mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasil konsepsi; terutama yang disertai
tekanan darah yang sangat tinggi dan insufisiensi ginjal, dapat menyebabkan
abortus, partus prenaturus dan kematian janin.
4.
Glomerulonefritis
Kronika
Wanita
hamil dengan glomerulonefritis kronika sudah menderita penyakit itu beberapa
tahun sebelumnya. Karena itu, pada pemeriksaan kehamilan pertama dapat dijumpai
protenuria sedimen yang tidak normal, dan hipertensi. Apabila gejala-gejala
penyakit baru timbul dalam kehamilan yang sudah lanjut, atau ditambah dengan
pengaruh kehamilan (superimposed pre-eklampsia), maka lebih sulit untuk
membedakannya dari pre-eklampsia murni
Suatu ciri
tetap ialah makin memburuknya fungsi ginjal karena makin lama makin banyak
kerusakan yang diderita oleh glomerulus-glomerulus ginjal, bahkan sampai
tercapai tingkat akhir, yakni apa yang disebut ginjal kisut/ ginjal mengecil.
Penyakit ini dapat menampakkan diri
dalam 4 macam;
1. Hanya terdapat protenuria menetap dengan atau
tanpa kelainan sedimen
2. Dapat menjadi jelas sebagai sindrtoma nefrotik
3. Dalam bentuk mendadak seperti pada
glomerulonefritis akuta, dan
4. Gagal ginjal sebagai penjelmaan pertama.
Keempat-empatnya
dapat menimbulkan gejala-gejala insufiensi ginjal dan penyakit kardiovaskuler
hipertensif.
Selain
proteinuria, kelainan sedimen dan hipertensi, dapat pula dijumpai edema
(terutama dimuka), dan anemia. Pemeriksaan kimiawi darah menunjukkan
kadar urea-nitrogen, kadar asidum urikum, dan kadar kreatinin yang
tinggi. Pengeluran fenusulfonftalein dan kreatinin oleh ginjal lebih lambat.
Pengobatan
tidak memberi hasil yang memuaskan karena penyakitnya bertambah berat.
Peningkatan penyakit, tensi yang sangat tinggi, dan tambahan dengan
pielonefritis akuta harus ditanggulangi dengan seksama. Sebaiknya penderita
glumerulonefritis kronika tidak menjadi hamil. Karena kerusakan ginjal berbeda
beda pada waktu penderita ditemukan hamil, maka sulit untuk menafsirkan
pengaruh kehamilan pada jalan penyakit. Yang tanpa kehamilan tidak mempercepat
proses kerusakan ginjal, walaupun sebaliknya dapat pula terjadi.
Prognosis
pada ibu akhirnya buruk; ada yang segera meninggal, ada yang agak lama,hal itu
tergantung dari luasnya kerusakan ginjal waktu diagnosis dibuat, dan ada atau
tidak adanya faktor-faktor yang mempercepat proses penyakit.
Prognosis
bagi janin dalam kasus tertentu tergantung pada fungsi ginjal dan derajat
hipertensi. Wanita dengan fungsi ginjal yang cukup baik tanpa hipertensi yang
berarti dapat melanjutkan kehamilan sampai cukup bulan walaupun biasanya
bayinya lahir dismatur akibat insufiensi plasenta. Apabila penyakit sudah berat,
apalagi disertai tekanan darah yang sangat tinggi, biasanya kehamilan berakhir
dengan abortus dan partus prematurus, atau janin mati dalam kandungan.
5. Sindroma Nefrotik
Sindroma
nefrotik, yang dahulu dikenal dengan nama nefrosis, ialah suatu kumpulan gejala
yang terdiri atas edema, proteinuria (lebih dari 5 gram sehari),
hipoalbuminemia, dan hiperkolesterolemia. Mungkin sindroma ini diakibatkan oleh
reaksi antigen-antibodi dalam pembulu-pembuluh kapiler glomelurus.
Penyakit-penyakit dapat menyertai sindroma nefrotik ialah glumerulnefritis
kronika (paling sering), lupus eritematotus, diabetes mellitus,amiloidosis,
sifilis dan trombosis vena renalis. Selain itu sidroma ini dapat pula timbul
akibat keracunan logam berat (timah, air raksa), obat-obat anti kejang, serta
racun serangga.
Apabila
kehamilan disertai sindroma nefrotik, maka pengobatan serta prognosis ibu dan
anak tergantung pada faktor penyebabnya dan pada beratnya insufiensi ginjal.
Sedapat
mungkin faktor penyebabnya harus dicari jika perlu, dengan biopsi ginjal.
Penderita harus diobati dengan seksama, pemakaian oba-obat yang menjadi sebab
harus dihentikan. Penderita diberi diet tinggi protein. Infeksi
sedapat-dapatnya dicegah dan yang sudah ada harus diberantas dengan antibotika.
Dapat pula diberi obat-obat kortikostiroid dalam dosis tinggi.
6. Gagal Ginjal Mendadak Dalam
Kehamilan
Gagal
ginjal mendadak (acute renal failure) merupakan komplikasi yang sangat gawat
dalam kehamilan dan nifas, karena dapat menimbulkan kematian, atau kerusakan fungsi
ginjal yang tidak bisa sembuh lagi. Kejadiannya 1 dalam 1300-1500 kehamilan.
Kelainan ini didasario oleh dua
jenis patologi.
1.
Nekrosis tubular akut, apabila sumsum ginjal mengalami kerusakan.
2.
Nekrisis kortikal biletral apabila smpai kedua ginjal yang menderita.
Penderita
yang mengalami sakit gagal ginjal mendadak ini sering dijumpai pada kehamilan
muda 12-18 minggu disebabkan karena pada usia kehamilan tersebut masih termasuk
dalam trimester 1 ( fase ngidam), dan kehamilan telah cukup bulan. Pada
kehamilan muda, sering disebabkan oleh abortus septik yang disebabkan oleh
bakteri Cholostridia welchii atau sterptokokkus. Gambaran klinik yaitu berupa
sepsis, dan adanya tanda-tanda oligluria mendadak dan azothemia serta pembekuan
darah injtravaskuler (DIC= disseminate intravascular coagyulation), sehingga
terjadi nekrosis tubular yang akut. Kerusakan ini dapat sembuh kembali bila
kerusakan tubulus tidak terlalu luas dalam waktu 10-14 hari. Sering kali
dilakukan tindakan histeriktomi untuk mengetasinya, akan tetapi ada peneliti
yang menganjurkan tidak perlu melakukan operasi histerektomi tersebut asal pada
penderita diberikan antibiotika yang adekuat dan intensif serta dilakukan
dialisis terus menerus smapai fungsi ginjal baik. Lain hyalnya dengan nekrosis
kortikal yang bilateral, biasanya dihubungkan dengan solusio plasenta,
pre-eklampsia beraty atau eklampsia, kematian janin dalam kandungan yang lama,
emboli air ketuban yang mnyebabkan terjadi DIC, reaksi transfusi darah atau
pada pendarahan yang bnyak dapat menimbulakan eskemi.
Penderita
dapat meninggal dalam waktu 7-14 hari setelah tinbulnya anuria. Kerusakan
jaringan dapat terjadi dibeberapa tempat yang tersebar atau keseluruh jaringan
ginjal.
Pada masa
nifas sulit dikethui sebabnya, sehingga disebut sindrom ginjal idiopatik
potspartum. Penanggulangan pada keadaan ini, penderita diberi infus, atau
transfusi darah, diperhatikan keseimbangan elektrolit dan caira dan segera
dil;akukan hemodialisis bila ada tanda-tanda uremia. Banyak penderita membutuhkan
hemodialisis secara teratur atau dilakukan transpalantasi ginjal untuk ginjal
yang tetap gagal. Gagal ginjal dalam kehamilan ini dapat dicegah bila
dilakukan:
1.
Penanganan
kehamilan dan persalinan dengan baik
2.
Perdrahan,
syok, dan infeksi segera diatasi atau diobati dengan baik
3.
Pemberian
trnasfusi darah dengan hati-hati
7. Batu Ginjal Dan Saluran Kemih
(Urolitiasis)
Batu
saluran kemih dalam kehamilan tidaklah bisa. Frekuensinya sangat sedikit
0,03-0,07%. Walaupun demikian perlu juga diperhatikan karena urolitiasis ini
dapat mendorong timbulnya infeksi saluran kemih, atau menimbulkan keluhan pada
penderita berupa nyeri mendadak, kadang-kadang berupa kolik, terutama mengenai
penyakit saluran kencing, untuk membantu membuat diagnosis urotilisis.
Diagnosislebih tepat dengan melakukan pemeriksaan intravenus pielografi, akan
tetapi janin harus dilindungi dari efek penyinaran. Dewasa ini dapat pula
dengan USG (ultrasonografi) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Bila
diketahui adanya urolitiasis dalam kehamilan, tetapi pertma adalah analegenika
untuk menghilangkan sakitnya, diberi cairan banyak agar batu dapat kebawah,
karena hampir 80% batu akan dapat turun kebawah, serta antibiotika.
Pada
penderita yang membutuhkan tindakan operasi,sebaiknya operasi dilakukan setelah
post partum. Pada batu buli-buli, bila batu tersebut diperkirakan
menghalangi jalannya persalinan, kehamilan dihalangi dengan seksio
sesarea, dan batu diangkat post prtum dengan seksio alta atau litotrisi.
8. Ginjal Polikistik
Ginjal polikistik merupakan kelainan bawaan (herediter).
Kehamilan umumnya tidak mempengaruhi perkembangan pembentukan kista pada
ginjal, begitu pula sebaliknya. Akan tetapi fungsi ginjal kurang baik, maka
kehamilan akan memperberat atau merusak fungsinya. Sebaliknya wanita yang telah
mempunyai kelainan sebaiknya tidak hamil karena kemungkinan timbul komplikasi
akibat kehamilan selalu tinggi.
9. Tuberkulosis Ginjal
Jarang dijumpai wanita hamil dengan tuberkulosis ginjal,
walaupun dalam literetur disebutkan ada. Kehamilan akan mempengaruhi TBC ginjal
tersrbut bila tidak diobati. TBC pada ginjal dapat hamil terus, asal fungsi
ginjalnya baik. Terapi TBC ginjal sama dengan terapi TBC organ-organ lain.
Untuk membuat dagnosis TBC ginjal diperlukan laboratorium khusus.
BAB III
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus pada kehamilan adalah intoleransi karbohidrat ringan
(toleransi glukosa terganggu) maupun berat (DM), terjadi atau diketahui pertama
kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang sudah
mengidap DM (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini
dan yang benar-benar menderita DM akibat hamil.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat
yang meninjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui.
Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga
kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak
dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin.
Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa
hormon lain : estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatbya resopsi
makanan maka terjadi hiperglikemi yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan
insulin.
2. Diagnosis
Deteksi dini sangat diperlukan agar penderita DM dapat dikelola
sebaik-baiknya. Terutama dilakukan pada ibu dengan factor resiko berupa
beberapa kali keguguran, riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab,
riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan, melahirkan bayi lebih dari 4000
gr, riwayat PE dan polyhidramnion.
Juga terdapat riwayat ibu : umur ibu > 30 tahun, riwayat DM dalam
keluarga, riwayat DM pada kehamilan sebelumnya, obesitas, riwayat BBL > 4500
gr dan infeksi saluran kemih berulang selama hamil.
3. Klasifikasi
a.
Tidak tergantung insulin (TTI) Non Insulin Dependent diabetes mellitus
(NIDDN) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula
darah.
b.
Tergantung insulin (TI) Insulin dependent Diabetes
Melitus yaitu kasus yan memerlukan insulin dalam mengembalikan kadar gula
darah.
4. Pengaruh kehamilan pada diabetes
Glukosuria renal sering
dijumpai dalam kehamilan. Kelainan ini terdapat tidak karena kadar glukosa
darah tinggi, melainkan karena ambang ginjal terhadap glukosa rendah. Karena
itu diabetes dalam kehamilan tidak bisa dinilai dari pemeriksaan reduksi urin pengaruh diabetes pada kehamilan diabetes mempengaruhi timbulnya komplikasi dalam kehamilan sebagai berikut.
5. Pengaruh dalam
kehamilan
Dalam kehamilan diabetes dapat menyebabkan
komplikasi sebagai berikut :
a.
Abortus dan
partus prematurus
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti
dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi
korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih
dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih
dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.
b.
Pre-eklampsia
Pre-eklampsia mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) dengan
menginduksi edema otak dan meningkatkan resistensi otak. Komplikasi meliputi
nyeri kepala, kejang, dan gangguan penglihatan (skotoma) atau perubahan keadaan
mental dan tingkat kesadaran. Komplikasi yang mengancam jiwa ialah eklampsia
atau timbul kejang (Bobak, dkk., 2005).
c.
Hidramnion
Pada awal kehamilan, rongga amnion
terisi oleh cairan yang komposisinya sangat mirip dengan cairan ekstrsel.
Selama paruh pertama kehamilan, pemindahan air dan molekul kecil lainnya
berlangsung tidak saja melalui amnion tetapi juga menembus kulit janin. Selama
trimester kedua, janin mulai berkemih, menelan, dan menghirup cairan amnion
(Abramovich dkk. 1979; Duenhoelter dan Pritchard, 1976). Proses-proses ini
hampir pasti secara bermakana mengatur pengendalian volume cairan. Walaupun
pada kasusu hidramnion epitel emnion sering dianggap sebagai sumberutama cairan
amnion belum pernah ditemukan adanya perubahan histologik pada amnion atau
perubahan kimiawi pada cairan amnion.
Karena dalam keadaan normal janin
menelan cairan amnion, diperkirakan bahwa mekanisme ini adalah salah satu cara
pengaturan volume cairan ketuban. Teori ini dibenarkan dengan kenyataan bahwa
hidramnion hampir selalu terjadi apabila janin yidak dapat menelan, seperti
pada kasus atresia esophagus. Pros ini jelas bukan satu-satunya mekanisme untuk
mencegah hidramnion. Pritchard (1966) dan Abramovich (1970) mengukur hal ini
dan menemukan bahwa pada beberapa kasusu hidramnion berat, janin menelan cairan
amnion dalam jumlah yang cukup banyak.
d.
Kelainan
letak janin
e.
Insufisiensi
plasenta
6. Pengaruh dalam persalinan
Penyulit yang sering dijumpai pada
persalinan ialah :
a.
Inertia
uteri dan atonia uteri
b.
Distosia
bahu karena anak besar
c.
Kelahiran
mati
d.
Lebih
sering pengakhiran partus dengan tindakan
e.
Lebih
mudah terjadi infeksi
f.
Angka
kematian maternal lebih tinggi.
7. Pengaruh
diabetes pada bayi
Diabetes mempunyai pengaruh
tidak baik terhadap hasil konsepsi, dan dapat terjadi penyulit sebagai berikut
:
a.
Kematian
hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abotus
b.
Cacat
bawaan terutama diabetes yang telah diderita lama sekitar 20 tahun atau lebih
c.
Dismaturitas
Usia kehamilan 37 minggu luas plasentanya 11 m2. selanjutnya terjad
penurunan fungsi akibat tidak berkembangnya atau terjadinya kalsifikasi dan
aterosklerosis pembuluh darah. Penurunan kemampuan nutrisi plasenta menimbulkan
perubahan metabolisme menuju anaerobic. Pada keadaan ini terjadi badan keton
dan asidosis, gejala Clifford, pada kulit terjadi substanfet berkurang, otot
makin lemah, dan berwarna mekoneum. Kuku tampak tajam dan kulit keriput. Tali
pusat lembek, mudah tertekan dengan disertai oligohidramnion.
Risiko kehamilan sulit dipastikan dan menjurus pada risiko kematian janin
intauterin. Persalinan dipercepat karena terjadi preeklampsia/ eklampsia, ibu dengan
hipertensi, ibu dengan diabetes mellitus, ada gangguan tumbuh-kembang janin
intrauterine, dan factor kematangan serviks.
d.
Janin
besar (makrosomia)
Dengan plasenta masih baik terjadi tumbuh-kembang janin dengan berat 4500
gram disebut makrosemia. Akibat kondisi ini pada perasalinan ( tindakan operasi
seksio sesarea, trauma persalinan operasi vaginal karena distosia bahu ) dapat
menimbulkan kematian bayi dan trauma jalan lahir ibu.
e.
Kematian
dalam kandungan
f.
Kematian
neonatal
g.
Kelainan
neurologik dan psikologik dikemudian hari.
8. Komplikasi
Maternal : infeksi saluran kemih,
hydramnion, hipertensi kronik, PE, kematian
ibu
Fetal : abortus spontan,
kelainan congenital, insufisiensi plasenta, makrosomia, kematian intra uterin,
Neonatal : prematuritas, kematian
intra uterin, kematian neonatal, trauma lahir, hipoglikemia, hipomegnesemia,
hipokalsemia, hiperbilirubinemia, syndroma gawat nafas, polisitemia.
9. Penatalaksanaan
Prinsipnya adalah mencapai sasaran normoglikemia, yaitu kadar glukosa
darah puasa < 105 mg/dl, 2 jam sesudah makan < 120 mg/dl, dan kadar
HbA1c<6%. Selain itu juga menjaga agar tidak ada episode hipoglikemia, tidak
ada ketonuria, dan pertumbuhan fetus normal. Pantau kadar glukosa darah minimal
2 kali seminggu dan kadar Hb glikosila. Ajarka pasien memantau gula darah
sendiri di rumah dan anjurkan untuk kontrol 2-4 minggu sekali bahkan lebih
sering lagi saat mendekati persalinan. Obat hipoglikemik oral tidak dapat
dipakai saat hamil dan menyusui mengingat efek teratogenitas dan dikeluarkan melalui
ASI, kenaikan BB pada trimester I diusahakan sebesar 1-2,5 kg dan selanjutnya
0,5 kg /minggu, total kenaikan BB sekitar 10-12 kg.
10. Penatalaksanaan Obstetric
Pantau ibu dan janin dengan mengukur TFU, mendengarkan DJJ, dan secara
khusus memakai USG dan KTG. Lakukan penilaian setiap akhir minggu sejak usia
kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia pertumbuhan janin terhambat dan gawat
janin merupakan indikasi SC. Janin sehat dapat dilahirkan pada umur kehamilan
cukup waktu (40-42 minggu) dengan persalinan biasa.
Ibu hamil dengan DM tidak perlu dirawat bila keadaan diabetesnya
terkendali baik, namun harus selalu diperhatikan gerak janin (normalnya >20
kali/12 jam). Bila diperlukan terminasi kehamilan, lakukan amniosentesis dahulu
untuk memastikan kematangan janin (bila UK <38 minggu). Kehamilan dengan DM
yang berkomplikasi harus dirawat sejak UK 34 minggu dan baisanya memerlukan
insulin.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan, penyakit yang menyertai kehamilan ginjal. Penyakit ini memberikan dampak pada kehamilan sehingga
semua penyakit harus bisa ditangani dengan baik sehingga dampak yang ada tidak
besar atau minimal atau bahkan tidak ada dampak yang ditimbulkan pada kehamilan
baik itu pada ibu maupun pada janin.
Selain itu, dalam penangan penyakit-penyakit ini harus
diperhatikan dalam pemberian obat-obatan. Karena dengan pemberian obat-obatan
yang salah dapat memberikan efek terutama kepada sang janin. Sehingga kita
harus mengetahui jenis obat-obatan yang boleh diberikan kepada ibu hamil dan
juga yang tidak boleh diberikan pada ibu hamil. Jangan sampai kita bermaksud
memberikan pengobatan untuk kesembuhan tapi malah menyebabkan efek teratogenik
pada janin.
B.
SARAN
Sebagai saran kami, sebagai penolong persalinan kita
harus bisa mendeteksi secara dini penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan
sehingga dapat meminimalkan atau menghilangkan resiko cacat atau kematian
janin. Kita harus bisa megetahui penanganan yang tepat misalnya
dengan KIE tentang penyakit yang menyertai kehamilan ginjal, tentang
diit yang harus dikonsumsi. Selain itu, kesadaran dari ibu untuk
memeriksakan diri selama hamil sehingga tidak dapat terdeteksi secara
dini.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit
kandungan, dan Keluarga berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta
Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi
Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo : Jakarta
Diakses pada tanggal 8 Maret 2010.
Diakses pada
tanggal 9 Maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar