B AB 1
A. LATAR
BELAKANG
Anjurkan keluarga untuk mendampingi ibu selama persalinan
dan kelahiran penting untuk mengikutsertakan suami,orang tua atau siapapun yang
diminta ibu untuk mendampingi,saat iya membutuhkan perhatian dan dukungan. Tentramkanhati ibu selama kala II
persalinan.Berikan bimbingan dan bantuan jika memang diperlukan. Bantu ibu
untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran. Saat pembukaan lengkap jelaskan pada ibu untuk hanya meneran apabila ada dorongan kuat
untuk meneran.Janganmenganjurkan
untuk meneran berkepanjangandan
menahan napas.Anjurkan ibu untuk beristirahat dan berkontraksi.
Anjurkan ibu untuk minum selama kala II
persalinan. Kadang-kadang
kala II persalinan menimbulkan rasa kuatir pada ibu.Berikan rasa aman,semangat dan tentramkanhati ibu selama proses persalinan Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam asuhan ibu.,ereka dapat
membantu ibu untuk berganti posisi,melakukan pijatan,memberikan minuman dan
makanan,berbicara dengan ibu serta memberikan semangat selama persalinan bayinya.
Berikan dukungan dan semangat pada ibu dan anggota keluarganya.Jelaskan proses
kelahiran dan kemajuan persalinan pada ibu dan keluarganya.
B. TUJUAN
1. Tujuan Khusus
Agar
mahasiswa mendapat ilmu pengetahuan dan dapat mengaplikasikan tentang berbagai
macam posisi meneran dalam persalinan.
2. Tujuan Umum
Agar bidan mendapat ilmu pengetahuan tentang
beberapa macam posisi meneran dan mengaplikasikannya langsung agar pasien
mendapat kenyamanan sesuai dengan keinginannya.
C. MANFAAT
Memberikan
informasi adanya variasi posisi meneran dalam persalinan karena selama ini
banyak ibu hamil yang beranggapan posisi melahirkan hanya berbaring (litotomi)
atau setengah duduk. Padahal nenek moyang dengan segala kearifan lokalnya
mempunyai kebiasaan melahirkan dengan cara jongkok atau berdiri. Semua posisi
ada kelebihan dan kekurangannya. Anda yang sedang bersiap melahirkan bisa
memilih salah satu di antaranya, dengan mengonsultasikannya terlebih dulu pada
dokter yang akan membantu persalinan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Berikut adalah lima pilihan
posisi melahirkan (selain berbaring), disarikan dari buku 9 Bulan yang Penuh
Keajaiban, karya Annia Kissanti:
1.
Setengah
duduk.
Posisi setengah duduk juga posisi
melahirkan yang umum diterapkan di berbagai rumah sakit atau klinik bersalin di
Indonesia. Posisi ini mengharuskan ibu duduk dengan punggung bersandar bantal,
kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping.
Keuntungan:
Posisi ini membuat ibu merasa nyaman. Sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh
untuk bisa keluar lebih pendek. Suplai oksigen dari ibu ke janin berlangsung
optimal.
Kekurangan:
Posisi ini bisa menyebabkan keluhan pegal di punggung dan kelelahan, apalagi
kalau proses persalinannya lama.
2.
Lateral
(miring).
Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring
ke kiri atau ke kanan. Salah satu kaki diangkat sedangkan kaki lainnya dalam
keadaan lurus. Biasa dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat. Normalnya
posisi ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir, menjadi tidak normal bila
posisi ubun-ubun berada di belakang atau samping. Miring ke kiri atau ke kanan
tergantung posisi ubun-ubun bayi. Jika di kanan, ibu diminta miring ke kanan
dengan harapan bayinya akan memutar. Posisi ini juga bisa digunakan bila persalinan
berlangsung lama dan ibu sudah kelelahan dengan posisi lainnya.
Keuntungan:
Peredaran darah balik ibu mengalir lancar. Pengiriman oksigen dalam darah ibu
ke janin melalui plasenta tidak terganggu. Karena tidak terlalu menekan, proses
pembukaan berlangsung perlahan-lahan sehingga persalinan relatif lebih nyaman.
Kekurangan:
Posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit kesulitan membantu proses
persalinan. Kepala bayi lebih sulit dipegang atau diarahkan. Bila harus
melakukan episiotomi pun posisinya lebih sulit.
3.
Berdiri/Setengah
jongkok.
Dalam satu kesempatan, dr Judi J.
Endjun, SpOG, ahli kebidanan dan kandungan bercerita, saat PTT di Timor-Timur
(sekarang Timor Leste), ia dibuat tertegun dengan cara wanita sana melahirkan.
Ia menyaksikan, sang suami yang istrinya akan melahirkan membakar kayu hingga
menjadi bubuk abu, lalu abu itu ditabur di atas lantai rumah. Kemudian dua buah
kain digantungkan di atas rumah, tepat di atas abu yang ditebar tadi. Si ibu
berpegangan pada kain, dan tak perlu menunggu lama, si bayi langsung lahir dan
“mendarat” di atas abu hangat yang steril. Sebuah kearifan lokal yang
membuatnya geleng-geleng kepala. Tak hanya di Timor, beberapa suku di China pun
ternyata mempunyai kebiasaan yang sama, yakni melahirkan dengan berdiri.
Keuntungan:
Posisi ini selaras dengan gaya gravitasi bumi. Sehingga, kekuatan mengejan ibu
jauh lebih kuat. Memang, pada posisi berdiri jalan lahir langsung lurus dengan
tanah. Seolah-olah ibu menekan tanah dengan kekuatan seluruh tubuhnya. Sehingga
dibutuhkan kesiapan semua pihak yang membantu persalinan, jangan sampai bayi
“meluncur” terlalu cepat hingga cedera. Supaya hal ini tidak terjadi, biasanya
sudah disiapkan bantalan yang empuk dan steril untuk menahan kepala dan tubuh
bayi.
Kekurangan:
Dokter atau bidan sedikit kesulitan bila harus membantu persalinan melalui
episiotomi atau memantau perkembangan pembukaan.
4.
Jongkok.
Beberapa suku di Indonesia Timur,
mulai Lombok Timur hingga Papua, wanitanya mempunyai kebiasaan melahirkan
dengan cara jongkok.
Keuntungan:
Posisi ini menguntungkan karena pengaruh gravitasi tubuh, ibu tak harus
bersusah-payah mengejan. Bayi akan keluar lewat jalan lahir dengan sendirinya.
Kekurangan:
Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi jongkok amat berpeluang membuat kepala
bayi cedera, sebab bayi bisa “meluncur” dengan cepat. Supaya hal ini tidak
terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan yang empuk dan steril untuk menahan
kepala dan tubuh bayi. Dokter atau bidan pun sedikit kesulitan bila harus
membantu persalinan melalui episiotomi atau memantau perkembangan pembukaan.
5.
Dalam
air.
Bisa jadi di Indoensia melahirkan
dalam air termasuk hal baru, tetapi di Eropa Timur, terutama di Rusia, cara
melahirkan seperti ini sudah sangat lazim. Sampai-sampai muncul anekdot,
keunggulan atlet renang Eropa Timur antara lain terbentuk karena sejak lahir
bayi-bayi di sana sudah “dipaksa” latihan berenang.
Ketika
ibu hamil sudah masuk bukaan 5-6, dengan dibantu dokter atau perawat, ibu hamil
dimasukkan ke kolam khusus yang dipastikan kebersihan dan sterilisasinya.
Temperatur air harus sesuai dengan suhu tubuh ibu, tidak kurang atau lebih,
untuk mencegah terjadinya temperature shock saat bayi meluncur ke air.
Keuntungan:
Kelebihan utama melahirkan di air adalah ibu sangat rileks, karena adanya
rileksasi semua otot tubuh, terutama otot-otot yang terkait dengan proses
persalinan. Mengejan menjadi lebih mudah dan tidak merasakan sakit seperti
proses persalinan lainnya. Jangan khawatir bayi akan “tenggelam” begitu lahir,
sebab selama dalam kandungan pun sejatinya bayi hidup di dalam air ketuban ibu.
Kekurangan:
Risiko air tertelan oleh bayi sangat besar, karena itu proses ini membutuhkan
kesiapan semua pihak, baik peralatan yang digunakan maupun dokter kandungan,
perawat, atau dokter anak yang langsung mengecek keadaan bayi begitu lahir.
Bila prosesnya berlangsung terlalu lama, ibu bisa mengalami hipotermia atau
suhu tubuh terlalu rendah.
KESIMPULAN
Seorang
bidan hendaknya membiarkan ibu bersalin dan melahirkan memilih sendiri posisi
persalinan yang diinginkannya dan bukan berdasarkan keinginan bidannya sendiri.
Dengan kebebasan untuk memutuskan posisi
yang dipilihnya, ibu akan lebih merasa aman.
DAFTAR PUSTAKA
·
Coad,
Jane dan Melvyn Dunstall. (2007). Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta :
EGC
·
Saifudin,
Abdul Bari. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP,
·
Affandi, Biran, dkk, (2007), Asuhan Persalinan
Normal, Asuhan Essensial Persalinan
(Edisi Revisi), Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan Klinik,
·
Bobak,
Lawdermilk, Jensen, (2005), Keperawatan Maternitas edisi 4,
·
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjKV3boJBLW7aNXF1hf54eoy3oopQknHaXyGZYJyGMrEVtsyQOL5XzrzJq_11zB2eqcbv3OKmi4JTO-bOqwdA3ZsiWrRjGOZWcLzBOOYIwZlA8A3r5LjfEJ2gP5LDM-DKFhK_C1MwZX00/s1600-h/Picture1.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar