Kamis, 19 Juli 2012

masalah asi


BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG MASALAH
Kegagalan  dalam  proses  menyusui  sering  disebabkan  karena  timbulnya  beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap problem pada anak saja.
 Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode antenatal), pada masa pasca persalinan dini, dan pasca masa persalinan lanjut.
Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena keadaan khusus. Selain itu ibu sering benar  mengeluhkan  bayinya  sering  menangis,  ayau  “menolak”  menyusu,  dsb  yang sering  diartikan  bahwa  ASInya  tidak  cukup,  atau  ASInya  tidak  enak,  tidak  baik  atau apapun  pendapatnya  sehingga  sering  menyebabkan  diambilnya  keputusan  untuk menghentikan menyusui.
 Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga bayi sering menjadi “bingung puting” atau sering menangis, yang sering diinterprestasikan oleh ibu dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.









BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Masalah Pemberian Asi  Masa Antenatal
Pada  masa  antenatal,  masalah  yang  sering  timbul  adalah:  kurang/salah  informasi putting susu terbenam (retracted) atau putting susu datar.
1.      Kurang / salah informasi
Banyak  ibu  yang  merasa  bahwa  susu  formula  itu  sama  baiknya  atau  malah  lebih  baik dari  ASI  sehingga  cepat  menambah  susu  formula  bila  merasa  bahwa  ASI  kurang. Petugas  kesehatanpun  masih  banyak  yang  tidak  memberikan  informasi  pada  saat pemeriksaan  kehamilan  atau  saat  memulangkan  bayi.  Sebagai  contoh,  banyak ibu/petugas kesehatan yang tidak mengetahui bahwa:
·         Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering, sehingga dikatakan bayi  menderta  diare  dan  sering  kali  petugas  kesehatan  menyuruh  menghentikan menyusui.  Padahal  sifat  defekasi  bayi  yang  mendapat  kolostrum  memang  demikian karena kolostrum bersifat sebagai laksans.
·         ASI  belum  keluar  pada  hari  pertama  sehingga  bayi  dianggap  perlu  diberikan minuman  lain,  padahal  bayi  yang  baru  lahir  cukup  bulan  dan  sehat  mempunyai persediaan  kalori  dan  cairan  yang  dapat  mempertahankannya  tanpa  minuman selama  beberapa  hari.  Disamping  itu,  pemberian  minuman  sebelum  ASI keluar  akan memperlambat pengeluaran ASI oleh bayi menjadi kenyang dan malas menyusu.


·         Karena  payudara  berukuran  kecil  dianggap  kurang  menghasilkan  ASI  padahal ukuran payudara tidak menentukan  apakah produksi ASI cukup atau kurang karena ukuran  ditentukan  oleh  banyaknya  lemak  pada  payudara  sedangkan  kelenjar penghasil  ASI  sama  banyaknya  walaupun  payudara  kecil  dan  produksi  ASI  dapat tetap mencukupi apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar.

Informasi yang perlu diberikan kepada ibu hamil/menyusui antara lain meliputi :
1)      Fisiologi laktasi
2)      Keuntungan pemberian ASI
3)      Keuntungan rawat gabung
4)      Cara menyusui yang baik dan benar
5)      Kerugian pemberian susu formula
6)       Menunda pemberian makanan lainnya paling kurang setelah 6 bulan.

  1. Putting susu datar atau terbenam
Putting  yang  kurang  menguntungkan  seperti  ini  sebenarnya  tidak  selalu  menjadi masalah.  Secara  umum  ibu  tetap  masih  dapat  menyusui  bayinya  dan  upaya  selama antenatal  umumnya  kurang  berfaedah,  misalnya  dengan  memanipulasi  Hofman, menarik-nerik  puting,  ataupun  penggunaan  brest  shield  dan  breast  shell. Yang  paling efisien  untuk  memperbaiki  keadaan  ini  adalah  isapan    langsung  bayi  yang  kuat.  Maka sebaiknya  tidak  dilakukan  apa-apa,  tunggu  saja  sampai  bayi  lahir,  segera  setelah  pasca lahir lakukan :
1)      Skin-to-skin kontak dan biarkan bayi mengisap sedini mungkin
Biarkan bayi “mencari” putting kemudian mengisapnya, dan bila perlu coba berbagai posisi  untuk mendapat  keadaan yang  paling  menguntungkan.  Rangsang  putting  biar dapat “keluar” sebelum bayi “mengambil”nya.
2)      Apabila  putting  benar-benar  tidak  bisa  muncul,  dapat  “ditarik”  dengan  pompa putting  susu  (nipple  puller),  atau  yang  paling  sederhana dengan  sedotan  spuit  yang dipakai terbalik.
3)      Jika  tetap  mengalami  kesulitan,  usahakan  agar  bayi  tetap  disusui  dengan  sedikit penekanan  pada  areola  mammae  dengan  jari  sehingga  terbentuk  dot  ketika memasukkan putting susu ke dalam mulut bayi.
4)      Bila  terlalu  penuh  ASI  dapat  diperas  dahulu  dan  diberikan  dengan  sendok  atau cangkir,  atau  teteskan  langsung  ke  mulut  bayi.  Bila  perlu  lakukan ini  hingga  1-2 minggu.

B.     Masalah Pemberian Asi Pada Masa Pasca Persalinan Dini
Pada  masa  ini,  kelainan  yang  sering  terjadi  antara  lain  :  putting  susu  datar,  atau terbenam,  putting  susu  lecet, payudara  bengkak,  saluran  susu  tersumbat  dan  mastitis atau abses.
1.         Putting susu lecet
Pada  keadaan  ini  seringkali  seorang  ibu  menghentikan  menyusui  karena  putingnya sakit.
Yang perlu dilakukan adalah :
a.        Cek bagaimana perlekatan ibu-bayi
b.       Apakah  terdapat  Infeksi  Candida  (mulut  bayi  perlu  dilihat). Kulit  merah,
        berkilat, kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit kering bersisik (flaky)
Pada  keadaan  putting  susu  lecet,  yang  kadang  kala  retak-retak  atau  luka,  maka  dapat dilakukan dengan cara-cara seperti ini :
a.       Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak begitu sakit.
b.      Olesi  putting  susu  dengan  ASI akhir  (hind  milk),  jangan  sekali-sekali  memberikan obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain.
c.       Putting  susu  yang  sakit  dapat diistirahatkan  untuk  sementara  waktu  kurang  lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam.
d.      Selama  putting  susu  diistirahatkan,  sebaiknya  SAI  tetap  dikeluarkan  dengan  tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
e.       Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun.
2. Payudara bengkak
Dibedakan  antara  payudara  penuh,  karena  berisi  ASI,  dengan  payudara  bengkak.  Pada payudara penuh; rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa ASI keluar, dan  tidak  ada  demam.  Pada  payudara  bengkak;  payudara  udem,  sakit,  puting  kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa/isap ASI tidak keluar. Badan bisa demam  setelah  24  jam.  Hal  ini terjadi  karena  antara  lain  produksi  ASI  meningkat,  terlambat  menyusukan  dini,  perlekatan  kurang  baik,  mungkin  kurang  sering  ASI dikeluarkan dan mungkin juga ada pembatasan waktu menyusui.

Untuk  mencegah  maka  diperlukan
(1)  menyusui  dini.
(2)  perlekatan  yang  baik. 
(3) menyusui  “on  demand”/  Bayi  harus  lebih  sering  disusui.  Apabila  terlalu  tegang,  atau nayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun.
Dan untuk merangsang reflex Oxytocin maka dilakukan :
a.       Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit.
b.      Ibu harus rileks
c.       Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
d.      Pijat ringat pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kea rah tengah)
e.       Stimulasi payudara dan putting Selanjutnya  kompres  dingin  pasca  menyusui,  untuk  mengurangi  udem.  Pakailah  BH yang sesuai. Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik.

3.   Mastitis atau abses payudara
      Mastitis  adalah  peradangan  pada  payudara. Payudara  menjadi  merah,  bengkak kadangkala  diikuti  rasa  nyeri dan  panas,  suhu  tubuh  meningkat.  Di  dalam  terasa  ada masa  padat  (lump),  dan  diluarnya  kulit  menjadi merah.  Kejadian  ini  terjadi  pada  masa nifas  1-3  minggu  setelah  persalinan  diakibatkan  oleh  sumbatan  saluran  susu  yang berlanjut.  Keadaan  ini  disebabkan  kurangnya  ASI  diisap/dikeluarkan  atau  pengisapan yang  tak  efektif. 
Dapat  juga  karena  kebiasaan  menekan  payudara  dengan  jari  atau akrena tekanan baju/BH. Pengeluaran ASI yang kurang baik pada payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung.
Ada dua jenis Mastitis ; yaitu yang hanya karena milk stasis adalah Non Infective Mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri : iInfective Mastitis. Lecet pada puting dan trauma pada kulit juga dapat mengundang infeksi bakteri.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan:
a.              Kompres hangat/panas dan pemijatan
b.             Rangsang  Oxtocin;  dimulai  pada  payudara  yang  tidak  sakit,  yaitu  stimulasi   putting, pijat leher-punggung, dan lain-lain.
c.              Pemberian antibiotik; Flucloxacilin atau Erythromycin selama 7-10 hari.
d.             Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri.
e.              Kalau  sudah  terjadi  abses  sebaiknya  payudara  yang  sakit  tidak  boleh disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah.



C. Masalah Pemberian Asi Pada Masa Pasca Persalinan Lanjut  
Yang  termasuk  dalam  masa  pasca  persalinan  lanjut  adalah  sindrom  ASI  kurang,  ibu bekerja.
1.      Sindrom ASI kurang
Sering  kenyataannya  ASI  tidak benar-benar  kurang.  Tanda-tanda  yang  “mungkin  saja” ASI benar kurang antara lain:
a.       Bayi  tidak  puas  setiap  setelah  menyusui,  sering  kali  menyusu,  menyusu  dengan waktu  yang  sangat  lama.  Tapi  juga  terkadang  bayi  lebih  cepat  menyusu.  Disangka produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusu.
b.      Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu
c.       Tinja bayi keras, kering atau berwarna hijau
d.      Payudara  tidak  membesar  selama  kehamilan  (keadaan  yang  jarang),  atau  ASI  tidak “dating”, pasca lahir. Walaupun ada tanda-tanda tersebut perlu diperiksa apakah tanda-tanda tersebut dapat dipercaya. Tanda bahwa ASI benar-benar kurang, antara lain :
e.       BB (berat badan) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan
f.       Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam; cairan urin pekat, baud an warna kuning.
Cara mengatasinya disesuaikan dengan penyebab, terutama dicari pada  ke 4 kelompok factor penyebab :
1.      Faktor  tehnik  menyusui,  keadaan  ini  yang  paling  sering  dijumpai seperti masalah frekuensi, perlekatan, penggunaan dot/botol dan lain-lain
2.      Faktor psikologis.
3.      Faktor fisik ibu (jarang), seperti KB, kontrasepsi, diuretic, hami , merokok, kurang gizi, dll
4.      Sangat jarang, adalah faktor kondisi bayi, misal : penyakit, abnormalitas. Ibu  dan  bayi  dapat  saling  membantu  agar  produksi  ASI  meningkat  dan  bayi  terus memberikan  isapan  efektifnya.  Pada  keadaan-keadaan  tertentu  dimana  produksi  ASI memang  tidak  memadai  maka  perlu  upaya  yang  lebih,  misalnya  pada  relaktasi,  maka bila  perlu  dapat  dilakukan  pemberian  ASI  dengan  suplementer  yaitu  dengan  pipa nasogastrik  atau  pipa  halus  lainnya  yang  ditempelkan  pada  putting  untuk  diisap  bati dan ujung lainnya dihubungkan dengan ASI atau formula.

2.      Ibu yang bekerja
Seringkali alas an pekerjaan membuat seseorang ibu berhenti menyusui. Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja :
a.       Susuilah bayi sebelum ibu bekerja.
b.       ASI dikeluarkan untuk persediaan  di rumah sebelum berangkat kerja
c.       Pangosongan payudara di tempay kerja, setiap 3-4 jam
d.       ASI dapat disimpan dilemari pendingin dan dapat diberikan pada bayi saat ibu bekerja dengan cangkir
e.       Pada saat ibub dirumah, sesering mungkin bayi disusui, dang anti jadwal menyusuinya sehingga banyak menyusui di malah hari
f.       Keterampilan mengeluarkan ASI dan merubah jadwal menyusui sebaiknya telah mulai dipraktekkan sejak satu bulan sebelum kembali bekerja
g.      Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama bekerja dan selama menyusui bayinya.


 
Cara mengatasi masalah tersebut adalah
Pengeluaran ASI : Keluarkan  ASI  sebanyak  mungkin  dan  tamping  ke  cangkir  atau  tempat/teko  yang bersih.  Ada  ibu  yang  dapat  mengeluarkan  sampai  2  cangkir  (400-500  ml)  atau  lebih walaupun  setelah  bayi  selesai  menyusui.  Tetapi  meskipun  hanya  1  cangkir  (200  ml) sudah bisa untuk pemberian 2 kali A 100 ml. Penyimpanan ASI :
a.     6-8  jam  di  temperature  ruangan  (19o-25oC),  bila  masih  kolostrum  (susu  awal,  1-7 hari) bisa sampai 12 jam
b.    1-2 hari di lemari es (4oC)
c.    Bertahun dalam “deep freezer” (-18oC) ASI  beku  perlu  dicairkan  dahulu  dalam  lemari  es  4oC.  ASI  kemudian  tidak  boleh dimasakkan, hanya dihangatkan dengan merendam cangkir dalam air hangat.
D.   Masalah Pemberian Asi Pada Keadaan Khusus
a.       Ibu melahirkan dengan bedah Caesar
Segera rawat gabung,jika kondisi ibu dan bayi membaik,dan menyusui segera.
b.      Ibu sakit
Ibu  yang  menderita  Hepatitis  dan  AIDS,  tidak  diperkenankan  untuk  menyusui, namun pada masyarakat yang tidak dapat membeli PASI, ASI tetap dianjurkan.
c.       Ibu hamil
Tidak  ada  bahaya  bagi  ibu  maupun  janin,  perlu  diperhatikan  untuk  makan  lebih banyak. Jelaskan perubahan yang dapat terjadi: ASI berkurang, kontraksi uterus.
Selain masalah yang terjadi pada ibu menyusui, masalah juga tidak memungkiri menimpa bayi yang disusui, masalah yang sering muncul pada bayi yaitu:
1.         Bayi sering menangis
Perhatikan  sebab  bayi  menangis,  jangan  biarkan  bayi  menangis terlalu  lama, puaskan menyusui.
Sebab bayi menangis :
a.         Bayi merasa tidak aman          
b.        Bayi merasa sakit
c.         Bayi Basah
d.        Bayi kurang gizi Tindakan  ibu  :  ibu  tidak  perlu  cemas,  karena  akan  mengganggu  proses  laktasi, perbaiki posisi  menyusui, periksa pakaian bayi: apakah basah, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama.
2.    Bayi bingung putting     
Nipple  Confusion  adalah  keadaan  yang  terjadi  karena  bayi  mendapat  susu  formula dalam  botol  berganti-ganti  dengan  menyusu  pada  ibu.  Terjadi  karena  mekanisme menyusu pada puting berbeda dengan botol. 
Tanda-tanda  :  mengisap  puting  seperti  menghisap  dot,  menghisap  terbutus-putus dan sebentar, bayi menolak menyusu.
Tindakan:  jangan  mudah  memberi  PASI,jika  terpaksa  berikan  dengan  sendok  atau pipet. 
3.        Bayi premature      
Susui  dengan  sering,walau  pendek-pendek,  rangsang  dengan  sentuh  langit-langit bayi  dengan  jari  ibu  yang  bersih,    jika  tidak  dapat  menghisap  berikan dengan  pipa nasogastrik, tangan, dan sendok. 
             Uraian sesuai dengan umur bayi :
a.        Bayi  umur  kehamilan  <  30  mgg  :  BBL  <  1250  gr.  Biasanya  diberi  cairan  infus selama 24-48 jam. Lalu diberikan ASI menggunakan pipa nasogastrik    
b.      Usia 30-32 mgg : BBL 1250 – 1500 gram. Dapat  menerima  ASI  dari  sendok,  2  kali  sehari,  namun  masih  menerima makanan  lewat  pipa,  namun  lama  kelamaan    makanan  pipa  makin berkurang dan ASI ditingkatkan.      
c.       Usia 32-34 mgg : BBL 1500-1800 gram. Bayi mulai menyusui langsung dari payudara namun perlu sabar.
d.      Usia > 34 mgg: BBL > 1800 gram.Mendapatkan semua kebutuhan dari payudara.
4.      Bayi kuning      
Pencegahan : segera menyusui setelah lahir, dan jangan dibatasi  atau susui sesering mungkin. Berikan  bayi  kolustrum,  kolustrum  mengandung  purgatif  ringan,  yang  membantu bayi  untuk  mengeluarkan  mekonium.  Bilirubin  dikeluarkan  melalui  feses,    jadi kolustrum berfungsi mencegah dan menghilangkan bayi kuning.
5.      Bayi kembar     
Ibu  optimis  ASI  nya  cukup,  susui  dengan  football  position,  susui  pada  payudara dengan bergantian untuk variasi bayi, dan kemampuan menghisap mungkin berbeda
6.      Bayi sakit      
Tidak  ada  alasan  untuk  menghentikan  pemberian  ASI.  Untuk  bayi  tertentu  seperti diare, justru membutuhkan lebih banyak ASI untuk rehidrasi.       Yakinkan  ibu  bahwa  alam  telah  menyiapkan  air  susu  bagi  semua  makhluk,  sesuai dengan  kebutuhan.Oleh  karena itu  semua  ibu  sebenarnya  sanggup  menyusui  bayi kembar.

7.      Bayi sumbing      
Bayi  tidak  akan  mengalami  kesulitan  menyusui,  cukup  dengan  berikan posisi  yang sesuai,  untuk  sumbing  pallatum  molle  (  langit-langit  lunak  ),  dan  pallatum  durum  ( langit-langit keras). Manfaat  menyusui  bagi  bayi  sumbing  :  melatih  kekuatan otot  rahang  dan  lidah, memperbaiki perkembangan bicara, mengurangi resiko terjadinya otitis media.      
Untuk bayi dengan palatoskisis ( celah pada langit-langit )  : Menyusui dengan posisi duduk,  putting  dan  areola  pegang  saat  menyusui,  ibu  jari  ibu  digunakan  sebagai penyumbat  lubang,  kalau  mengalami  labiopalatoskisis,  berikan  ASI  dengan  sendok, pipet, dot panjang
8.      Bayi dengan lidah pendek ( Lingual Frenulum )      
Keadaan  ini  jarang  terjadi,  dimana  bayi  mempunyai  jaringan  ikat  penghubung  lidah dan  dasar  mulut  yang  tebal  dan  kaku,  sehingga  membatasi  gerak  lidah,  dan  bayi tidak dapat menjulurkan lidah untuk menangkap puting. Cara  menyusui  :  Ibu  membantu  dengan  menahan  kedua  bibir  bayi  segera  setelah bayi dapat menangkap puting dan areola dengan benar.
9.      Bayi yang memerlukan perawatan       
Ibu  ikut  dirawat  supaya  pemberian  ASI  bisa  dilanjutkan.  Seandainya  tidak memungkinkan,  ibu  dianjurkan  untuk  memerah  ASI  setiap  3  jam dan  disimpan didalam lemari untuk kemudian sehari sekali daiantar kerumah sakit. Perlu  ditandai  pada  botol  waktu  ASI  tersebut  ditampung,  sehingga  dapat  diberikan
















BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode antenatal), pada masa pasca persalinan dini, dan pasca masa persalinan lanjut.
Selain masalah yang timbul dari ibu, masalah juga timbul dari bayi yang disusui, ada sebab khusus mengapa ibu mengalami kesulitan menyusui karena faktor dari bayinya seperti, bayi bingung puting, bayi pematur maupun bayi sumbing. Hal ini dapat menyebabkan ibu kesulitan untuk menyusui.
Kesulitan atau masalah tersebut dapat diatasi dengan menyusui dengan cara yang benar.
SARAN
Sebagai bidan kelak diharapkan kita mampu membantu ibu dalam pengetahuan menyusui bayi, dan mampu melatih ibu cara menyusui yang benar. Dan mengetahui apa saja yang menyebabkan ibu mengalami kesulitan dalam menyusui. Selain itu bidan harus mempunyai pengetahuan untuk memecahkan masalah menyusui yang dialami oleh ibu.


Tidak ada komentar: