BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34/1000
kelahiran hidup. Bila angka ini dikonversikan secara matematis, maka setidaknya
terjadi 400 kematian bayi perhari atau 17 kematian bayi setiap 1 jam di seluruh
Indonesia, sedangkan Angka Kematian Balita (AKBAL) sebesar 44/1000 kelahiran
hidup yang berarti terjadi 529 kematian/hari atau 22 kematian balita setiap
jamnya. Bila kita mencoba menghitung lebih jauh lagi, berarti terjadi lebih
dari 15.000 kematian balita setiap bulannya.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, ada beberapa penyakit utama yang menjadi penyebab kematian bayi dan
balita. Pada kelompok bayi (0-11 bulan), dua penyakit terbanyak sebagai
penyebab kematian bayi adalah penyakit diare sebesar 31,4% dan pneumonia 24%,
sedangkan untuk balita, kematian akibat diare sebesar 25,2%, pneumonia 15,5%,
Demam Berdarah Dengue (DBD) 6,8% dan campak 5,8%.
Berdasarkan data diatas WHO dan UNICEF terdorong ubtuk
mengembangkan suatu strategi yang disebu Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
MTBS merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit di
fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Dalam pelayanan dengan pendekatan MTBS
selain upaya kuratif juga dilakukan sekaligus upaya promotif dan preventif.
MTBS diracang terutama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh para medis dengan
mengintegrasikan kegiatan manajerial seperti pelatihan, supervisi, komunikasi,
monitoring dan evaluasi.
BAB II
KAJIAN TEORI
MTBS/ MTBM
A.
MTBS
1.
Pengertian
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah
suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita
sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara
menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Konsep pendekatan MTBS yang
pertama kali diperkenalkan oleh WHO merupakan suatu bentuk strategi
upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian,
kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.
Pendekatan MTBS di Indonesia pada
awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di
unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu,
Polindes, Poskesdes, dll). Upaya ini tergolong lengkap untuk
mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita
di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif
(pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa
konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan
masalah yang sering terjadi pada balita.
2.
Strategi MTBS memliliki 3
komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
a.
Komponen I: Meningkatkan
ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain
dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien
asalkan sudah dilatih).
b.
Komponen II: Memperbaiki sistem
kesehatan (utamanya di tingkat kabupaten/kota).
c.
Komponen III: Memperbaiki praktek
keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian
pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga dan
masyarakat), yang dikenal sebagai 'MTBS berbasis Masyarakat.'
3.
Pelaksana MTBS
Pelaksana
pada pelyanan kesehatan dengan pendekatan MTBS adalah tenaga kesehatan di unit
rawat jalan tingkat dasar yaitu paramedis atau dokter. MTBS bukan dirancang
untuk fasilitas pelayanan rawat inap dan bukan untuk kader.
4.
Kontribusi MTBS dalam menuju
Indonesia sehat 2010_2015
a.
Penghematan
: Biaya pelatiha, supervise, percetakan, obat dan transport ibu.
b.
Meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan dasar
c.
Rasionalisasi
pemakaian obat
d.
Meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan ibu/ pengasuh anak dalam perawatan di rumah pada
balita sakit.
e.
Mengoptimalkan
pendayagunaan nakes
f.
Pemeratan
clinical essensial package
g.
Meningkatkan
rujukan tepat waktu
h.
Memperbaiki
perencanaan dan manajemen kesehatan di tingkat Kabupaten
i.
Memenuhi
hak-hak anak
5.
Sejarah Penerapan MTBS di Indonesia
Strategi MTBS mulai diperkenalkan di
Indonesia oleh WHO pada tahun 1996. Pada tahun 1997 Depkes RI bekerjasama
dengan WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan adaptasi modul
MTBS WHO. Modul tersebut digunakan dalam pelatihan pada bulan November 1997
dengan pelatih dari SEARO. Sejak itu penerapan MTBS di Indonesia berkembang
secara bertahap dan up-date modul MTBS dilakukan secara berkala sesuai
perkembangan program kesehatan di Depkes dan ilmu kesehatan anak melalui IDAI.
Hingga akhir tahun 2009, penerapan
MTBS telah mencakup 33 provinsi, namun belum seluruh Puskesmas mampu
menerapkan karena berbagai sebab: belum adanya tenaga kesehatan di Puskesmasnya
yang sudah terlatih MTBS, sudah ada tenaga kesehatan terlatih tetapi sarana
dan prasarana belum siap, belum adanya komitmen dari Pimpinan Puskesmas, dll.
Menurut data laporan rutin yang dihimpun dari Dinas Kesehatan provinsi seluruh
Indonesia melalui Pertemuan Nasional Program Kesehatan Anak tahun 2010, jumlah
Puskesmas yang melaksanakan MTBS hingga akhir tahun 2009 sebesar 51,55%.
Puskesmas dikatakan sudah menerapkan MTBS bila memenuhi kriteria sudah
melaksanakan (melakukan pendekatan memakai MTBS) pada minimal 60% dari
jumlah kunjungan balita sakit di Puskesmas tersebut.
6.
Persiapan Penerapan
MTBS di Puskesmas
Persiapan yang perlu dilakukan oleh setiap
puskesmas yang akan mulai menerapkan MTBS dalam pelayanan kepada balita sakit,
meliputi:
a.
Diseminasi
Informasi MTBS Kepada Seluruh Petugas Puskesmas
Dari langkah-langkah yang diterapkan dalam MTBS,
jelas bahwa keterkaitan peran dan tanggung jawab antar petugas di puskesmas
sangat erat. Oleh karena itu seluruh petugas kesehatan di puskesmas perlu
memahami MTBS. Kegiatan diseminasi informasi MTBS kepada seluruh petugas
puskesmas dilaksanakan dalam satu pertemuan yang dihadiri oleh seluruh petugas
puskesmas yang meliputi perawat, bidan, petugas gizi, petugas imunisasi,
petugas obat, pengelola SP2TP, pengelola program P2M, petugas loket dan
lain-lain. Diseminasi dilaksanakan oleh petugas yang telah dilatih MTBS, bila
perlu dihadiri oleh supervisor dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (MTBS, Modul
-7, 2004).
Informasi yang harus disampaikan:
1)
Konsep umum
MTBS
2)
Peran dan
tanggung jawab petugas puskesmas dalam penerapan MTBS
b.
Penyiapan
Logistik
1)
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan sebelum menerapkan MTBS adalah:
Penyiapan obat dan alat. Sebelum mulai menerapkan MTBS, harus dilakukan
penilaian dan pengamatan terhadap ketersediaan obat di puskesmas. Secara umum,
obat-obatan yang digunakan dalam MTBS telah termasuk dalam daftar obat esensial
nasional (LPLPO) yang digunakan di puskesmas.
Obat-obat yang diperlukan adalah:
a)
Kotrimoksazol
tablet dewasa atau tablet atau sirup
b)
Sirup
Amoksilin atau tablet Amoksilin
c)
Kaplet Ampisilin
d) Kapsul Tetrasiklin
e)
Tablet
Klorokuin
f)
Tablet
Primakuin
g)
Tablet
Sulfaduksin pirimetamin (fansidar)
h)
Tablet kina
i)
Diazepam
Suppositoria
j)
Suntikan
Gentamisin
k)
Suntikan
Penisilin prokain
l)
Suntikan
Ampisilin
m) Suntikan Fenobarbital
n)
Diazepam
infeksi (5 mg dan 10 mg)
o)
Tablet
Parasetamol atau sirup
p)
Tetrasiklin
atau Kloramfenikol salep mata
q)
Gentian
violet 1% (sebelum digunakan, harus diencerkn menjadi 0,25% atau 0,5% sesuai
kebutuhan)
r)
Sirup besi
(Sulfat ferosus) atau tablet besi
s)
Vitamin A
200.000 IU dan 100.000 IU.
t)
Aqua bides
untuk pelarut
u)
Oralit 200cc
v)
Cairan infuse
: Ringer laktat, Dextrose 5% NaCl
w) Alkohol 70%
x)
Glycerin
(MTBS, Modul -7, 2004)
(MTBS, Modul -7, 2004)
Peralatan yang dipergunakan dalam penerapan MTBS
adalah:
a)
Timer ispa
atau arloji dengan jarum detik
b)
Tensimeter
dan manset anak (bila ada)
c)
Gelas, sendok
dan teko tempat air matang dan bersih (digunakan dipojok oralit)
d) Infuse set dengan wing needles no 23 dan no 25
e)
Semprit dan
jarum suntik : 1ml ; 2,5 ml ; 10 ml
f)
Timbangan
bayi
g)
Thermometer
h)
Kasa/kapas
i)
Pipa lambung
j)
Alat penumbuk
obat
k)
Alat
penghisap lendir
(MTBS,
Modul -7, 2004).
2)
Penyiapan
Formulir MTBS dan Kartu Nasihat Ibu
Penyiapan formulir manajemen terpadu balita sakit dan kartu nasihat ibu (KNI) perlu dilakukan untuk memperlancar pelayanan.
Langkah-langkah dalam penyiapan formulir MTBS dan KNI:
Pertama-pertama hitung jumlah kunjungan balita sakit perhari dan hitunglah kunjungan perbulan. Jumlah keseluruhan kunjungan balita sakit merupakan perkiraan kebutuhan formulir MTBS selama satu bulan. Formulir adalah untuk anak umur 2 bulan sampai 5 tahun, sedangkan kebutuhan formulir pencatatan untuk bayi muda, didasarkan pada perkiraan jumlah bayi baru lahir di wilayah kerja puskesmas, karena sasaran ini akan dikunjungi oleh bidan desa melalui kunjungan neonatal.
Penyiapan formulir manajemen terpadu balita sakit dan kartu nasihat ibu (KNI) perlu dilakukan untuk memperlancar pelayanan.
Langkah-langkah dalam penyiapan formulir MTBS dan KNI:
Pertama-pertama hitung jumlah kunjungan balita sakit perhari dan hitunglah kunjungan perbulan. Jumlah keseluruhan kunjungan balita sakit merupakan perkiraan kebutuhan formulir MTBS selama satu bulan. Formulir adalah untuk anak umur 2 bulan sampai 5 tahun, sedangkan kebutuhan formulir pencatatan untuk bayi muda, didasarkan pada perkiraan jumlah bayi baru lahir di wilayah kerja puskesmas, karena sasaran ini akan dikunjungi oleh bidan desa melalui kunjungan neonatal.
Untuk
percetakan KNI hitunglah sebanyak jumlah kunjungan baru balita sakit dalam
sebulan ditambah perkiraan jumlah bayi baru lahir dalam sebulan. Selama tahap
awal penerapan MTBS, cetaklah formulir MTBS dan KNI untuk memenuhi kebutuhan 3
bulan pertama. (MTBS, Modul -7, 2004).
3)
Penyesuaian
Alur Pelayanan
Salah
satu konsekuensi penerapan MTBS di puskesmas adalah waktu pelayanan menjadi
lebih lama. Untuk mengurangi waktu tunggu bagi balita sakit. Langkah-langkah
tersebut adalah sejak penderita datang hingga mendapatkan pelayanan yang lengkap,
meliputi:
a)
Pendaftaran
b)
Pemeriksaan
dan konseling
c)
Tindakan yang
diperlukan di klinik
d) Pemberian obat atau
e)
Rujukan
bila diperlukan
(MTBS,
modul -7, 2004)
7.
Penilain
dan Klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun
a.
Apakah
anak menderita batuk atau sukar bernafas?
Tanya : berapa lama?
Lihat dan dengar: hitung napas
dalam 1 menit, perhatikan adakah tarikan dinding dada kedalam, dengar adanya
stridor.
Klasifikasi batuk atau sukar
bernafas
Gejala
|
Klasifikasi
|
Tindakan
|
§ Ada tanda bahaya umum atau
§ Tarikan dinding dada kedalam, atau
§ stridor
|
PNEUMONIA BERAT/ PENYAKIT SANGAT BERAT
|
§ Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
§ Rujuk segera
|
§ Napas cepat
|
PNEUMONIA
|
§ Beri antibiotic yang sesuai
§ Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang
aman.
§ Jika batuk > 3 minggu rujuk untuk
pemeriksaan lanjutan
§ Nasihat kapan kembali segera
§ Kunjungan ulang 2 hari
|
§ Tidak ada tanda-tanda pneumonia berat atau
penyakit sangat berat
|
BATUK:
BUKAN PNEUMONIA
|
§ Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang
aman.
§ Jika batuk > 3 minggu rujuk untuk
pemeriksaan lanjutan
§ Nasihat kapan kembali segera
§ Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada
perbaikan
|
b.
Apakah
anak menderita diare
Tanya:
sudah berapa lama? Adakah darah dalam tinja?
Lihat
dan raba:
§ Lihat keadaan umum anak apakah: letargis atau
tidak sadar? Gelisah dan rewel/mudah mara?
§ Lihat apakah matanya cekung?
§ Beri anak minum. Apakah: tidak bisa minum
atau malas minum? Haus minum dengan
lahap?
§ Cubit kulit perut untuk mengetahui turgot.
Apakah kembalinya: sangat lambat lebih dari 2 detik? Lambat?
Klasifikasi
Gejala
|
Klasifikasi
|
Tindakan
|
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut:
§ Letargis / tidak sadar
§ Mata cekung
§ Tidak bisa minum / malas minum
§ Cubitan kulit perut kembali sangat lambat
|
DIARE DEHIDRASI BERAT
|
§ Jika tidak ada klasifikasi berat lain: beri
cairan dehidrasi berat (Rencana Terapi C) dan Tablet Zinc.
§ Jika anak juga mempunnyai klasifikasi berat
lain:
−
Rujuk
segera
−
Jika
masih bisa munim, berikan asi dan larutan oralit selama perjalanan.
§ Jika ada kolera di daerah tersebut beri
antibiotic untuk kolera.
|
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut:
§ Gelisah, rewel/ mudah marah
§ Mata cekung
§ Haus, minum dengan lahap
§ Cubitan kulit perut lebih lambat
|
DIARE DEHIDRASI RINGAN / SEDANG
|
§ Beri cairan dan makanan rencana Terapi B dan
Tablet Zinc (10 hari berturut-turut)
§ Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat
lain:
−
Rujuk
segera
−
Jika
masih bisa munim, berikan asi dan larutan oralit selama perjalanan
§ Nasihat kapan kembali segera
§ Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada
perbaikan
|
§ Tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan sebagai diare dehidrasi berat, ringan/sedang
|
DIARE TANPA DEHIDRASI
|
§ Beri cairan dan makanan sesuai Rencana Terapi
A dan Tablet Zinc ( 10 hari berturut-turut )
§ Nasihat kapan kembali segera
§ Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada
perbaikan
|
§ Ada dehidrasi
|
DIARE PERSISTEN BERAT
|
§ Atasi diare sebelum dirujuk, kecuali ada
klasifikasi berat lain
§ Rujuk
|
§ Tanpa dehidrasi
|
DIARE PERSISTEN
|
§ Nasihat pemberian makanan diare persisten
§ Beri Tablet Zinc ( 10 hari berturut-turut )
§ Kunjungan ulang 5 hari
|
§ Ada darah dalam tinja
|
DISENTRI
|
§ Beri antibiotic yang sesuai
§ Beri Tablet Zinc ( 10 hari berturut-turut )
§ Nasihat kapan kembali segera
§ Kunjungan ulang 2 hari
|
c.
Apakah
anak demam
Tanyakan
:
§ Sudah berapa lama anak demam?
§ Jika lebih dari 7 hari, apakah demam setiap hari?
§ Apakah pernah mendapat obat anti malaria dalam
2 minggu terakhir?
§ Apakah anak menderita campak dalam 3 bulan
terakhir?
Lihat dan raba:
§ Lihat dan raba adanya kaku kuduk
§ Lihat adanya pilek
§ Lihat adanya tanda-tanda campak saat ini:
−
Ruam
kemerahan dikulit yang menyeluruh
−
Terdapat
salah satu gejala berikut: batuk, pilek atau mata merah
Jika anak menderita campak saat ini
atau 3 bulan terakhir:
§ Lihat adanya luka dimulut. Apakah dalam atau
luas?
§ Lihat adanya nanah pada mata
§ Lihat adanya kekeruhan pada kornea
Klasifikasi demam
Resiko tinggi malaria
Gejala
|
Klasifikasi
|
Tindakan
|
§ Ada tanda bahaya umum
§ Kaku kuduk
|
PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM
|
§ Jika hasil RDT / mikroskopis positif untuk
Falsipanum atau mixed, beri dosis pertama suntikan artometer
§ Jika hasil RDT/ mikroskopis negative, tidak
perlu diberi anti suntikan malaria
§ Beri dosis pertama suntikan antibiotic
§ Beri dosis pertama paracetamol jika demam
tinggi ≥ 38.5 °C
§ Cegah agar gula darah tidak turun. Rujuk
segera
|
§ Demam (pada anamnesis atau teraba panas atau
suhu > 37.5 °C)
§ RDT positif
|
MALARIA
|
§ Jika RDT positif Falsipanum atau posotif non
falsipanum atau positif mixed, beri anti malaria oral yang sesuai
§ Beri dosis pertama paracetamol jika demam
tinggi (≥ 38.5 °C )
§ Nasihat kapan kembali segera
§ Kunjungan ulang jika tetap demam setelah
minum obat anti malaria 3 hari berturut-turut
|
§ Demam (pada anamnesis atau teraba panas atau
suhu > 37.5 °C)
§ RDT negative
|
DEMAM: MUNGKIN BUKAN MALARIA
|
§ Beri dosis pertama paracetamol jika demam
tinggi (≥ 38.5 °C )
§ Obati penyebab lain dari demam
§ Jika demam tiap hari selama > 7 hari,
rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
§ Nasihat kapan kembali segera
§ Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam
|
Resiko rendah malaria
Gejala
|
Klasifikasi
|
Tindakan
|
§ Ada tanda bahaya umum
§ Kaku kuduk
|
PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM
|
§ Jika hasil RDT / mikroskopis positif untuk
Falsipanum atau mixed, beri dosis pertama suntikan artometer
§ Jika hasil RDT/ mikroskopis negative, tidak
perlu diberi anti suntikan malaria
§ Beri dosis pertama suntikan antibiotic
§ Beri dosis pertama paracetamol jika demam
tinggi ≥ 38.5 °C
§ Cegah agar gula darah tidak turun. Rujuk
segera
|
§ Tidak ada pilek
§ Tidak ada campak
§ Tidak ada penyebab lain dari demam
§ RDT positif
|
MALARIA
|
§ Jika RDT positif Falsipanum atau posotif non
falsipanum atau positif mixed, beri anti malaria oral yang sesuai
§ Beri dosis pertama paracetamol jika demam
tinggi (≥ 38.5 °C )
§ Nasihat kapan kembali segera
§ Kunjungan ulang jika tetap demam setelah minum
obat anti malaria 3 hari berturut-turut
|
§ Ada pilek
§ Ada campak
§ Ada penyebab lain dari demam
§ RDT negative
|
DEMAM: MUNGKIN BUKAN MALARIA
|
§ Beri dosis pertama paracetamol jika demam
tinggi ( ≥ 38.5 °C )
§ Obati penyebab lain dari demam
§ Jika demam tiap hari selama > 7 hari,
rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
§ Nasihat kapan kembali segera
§ Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam
|
Tanpa resiko malaria
Gejala
|
Klasifikasi
|
Tindakan
|
§ Ada tanda bahaya umum, atau
§ Kaku kuduk
|
PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM
|
§ Beri dosis pertama antibiotic yang sesuai
§ Cegah agar gula darah tidak turun
§ Beri dosis pertama paracetamol jika demam
tinggi ( ≥ 38.5 °C )
§ Rujuk segera
|
§ Tidak ada tanda bahaya umum, atau
§ Tidak ada kaku kuduk
|
DEMAM: BUKAN
MALARIA
|
§ Beri dosis pertama paracetamol jika demam
tinggi ( ≥ 38.5 °C )
§ Obati penyebab lain dari demam
§ Jika demam tiap hari selama > 7 hari,
rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
§ Nasihat kapan kembali segera
§ Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam
|
Klasifikasi campak
Gejala
|
Klasifikasi
|
Tindakan
|
§ Ada tanda bahaya umum, atau
§ Kekeruhan pada kornea mata, atau
§ Luka di mulut yang luas atau dalam
|
CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI BERAT
|
§ Beri 1 dosis pertama vitamin A
§ Beri dosis pertama antibiotic yang sesuai
§ Jika ada kekeruhan pada kornea atau mata
bernanah, bubuhi salep/tetes mata kloramfenikol/ tetrasiklin tanpa
kortikosteroid
§ Beri dosis pertama paracetamol jika demam (≥
38.5 °C )
§
Rujuk
segera
|
§ Mata bernanah, atau
§ Luka di
mulut
|
CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI PADA MATA DAN ATAU /
MULUT
|
§ Beri vitamin A
§ Jika mata bernanah, bubuhi salep/tetes mata
kloramfenikol/ tetrasiklin tanpa kortikosteroid
§ Jika ada luka di mulut ajari cara mengobati
dengan gentian violet
§ Kunjungan ulang 2 hari
|
§ Tidak ada tanda-tanda diatas
|
CAMPAK
|
§ Beri vitamin A 1 dosis
|
Klasifikasi Demam Berdarah
Dengue
Gejala
|
Klasifikasi
|
Tindakan
|
§ Ada tanda-tanda syok atau gelisah
§ Muntah bercampur darah seperti kopi
§ Berak berwarna hitam
§ Perdarahan dari hidung atau gusi
§ Bintik-bintik
perdarahan di kulit (petekie) dan uji torniket positif
§ Sering muntah
|
DEMAM BERDARAH DENGUE
( DBD )
|
§ Jika ada syok beri oksigen 2-4 liter/menit
dan beri segera cairan intravena sesuai petunjuk
§ Jika tidak ada syok tapi sering muntah atau
malas minum, beri cairan infus Ringer Laktat/ Ringer Asetat, jumlah cairan
rumatan
§ Jika tidak ada syok, tidak muntah dan
masih mau minum, beri orakit atau
cairan lain sebanyak mungkin dalam perjalanan ke rumah sakit
§ Jika demam tinggi (≥ 38.5 °C) beri dosis pertama
paracetamol. Tidak boleh golongan salsilat dan ibu profen
§ Rujuk segera
|
§ Demam mendadak tinggi dan terus menerus, atau
§ Nyeri ulu hati atau gelisah, atau
§ Bintik-bintik perdarahan dikulit dan uju
torniket (-)
|
MUNGKIN DBD
|
§ Jika demam tinggi (≥ 38.5 °C) beri dosis pertama
paracetamol. Tidak boleh golongan salsilat dan ibu profen
§ Nasihat untuk lebih banyak minum, oralit/
cairan lain
§ Nasihat kapan kembali segera
§ Kunjungan ulang 1 hari jika tetap demam
|
§ Tidak ada satu pun gejala diatas
|
DEMAM: MUNGKIN BUKAN DBD
|
§ Obati lain penyebab dari demam
§ Jika demam tinggi (≥ 38.5 °C) beri dosis pertama
paracetamol. Tidak boleh golongan salsilat dan ibu profen
§ Nasihat kapan kembali segera
§ Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam
|
d.
Apakah
anak mempunyai masalah telinga
Tanyakan:
§ Apakah telinganya sakit?
§ Adakah cairan/nanah keluar dari telinga?
Jika
ya, berapa lama
Lihat dan raba
§ Lihat, adakah nanah/cairan keluar dari telinga
§ Raba, adakah pembengkakan yang hyeri dibelakang
telinga
Klasifikasi masalah telinga
Gejala
|
Klasifikasi
|
Tindakian
|
§ Pembengkakan
yang nyeri dibelakang telinga
|
MASTOIDITS
|
§ Beri dosis
pertama antibiotic yang sesuai
§ Beri dosis
pertama paracetamol untuk mengatasi
nyeri
§ Rujuk
segera
|
§ Tampak
cairan/nanah keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari, atau
§ Nyeri
telinga
|
INFEKSI TELINGA AKUT
|
§ Beri
antibiotic yang sesuai
§ Beri
paracetamol untuk mengatasi nyeri
§ Keringkan
telinga dengan bahan penyerap
§ Kunujngan
ulang 2 hari
|
§ Tampak
cairan/nanah keluar dari telinga dan telah terjadi selama 14 hari atau lebih
|
INFEKSI TELINGA KRONIS
|
§ Keringkan
telinga dengan kain/kertas penyerap setelah dicuci dengan H ₂O₂ 3%
§ Beri tetes
telinga yang sesuai
§ Kunjungan
ulang 5 hari
|
§ Tidak ada
sakit telinga dan tidak ada nanah keluar dari telinga
|
TIDAK ADA INFEKSI TELINGA
|
§ Tidak perlu
tindakan tambahan
|
e.
Memeriksa
status gizi
Lihat
dan raba
§ Lihat apakah anak tampak kurus atau sangat
kurus
§ Lihat dan raba adanya pembengkakan di kedua
punggung kaki
§ Tentukan berat
badan menurut panjang badan atau tinggi badan, apakah:
−
BB/PB (TB)
< -3 SD
−
BB/PB (TB)
≥ -3 SD ─ < -2 SD
−
BB/PB (TB)
-2 SD ─ +2 SD
Klasifikasi status gizi
Gejala
|
Klasifikasi
|
Tindakan
|
§ Badan
sangat kurus
§ BB/PB (TB)
< -3 SD
§ Bengkak
pada kedua punggung kaki
|
SANGAT KURUS DAN ATAU EDEMA
|
§ Beri air
gula
§ Hangatkan
badan
§ Beri dosis
pertama vitamin A sesuai umur
§ Bila
disertai diare, berikan cairan ReSoMal atau modifikasinya
§ Bila syok,
berikan bolus glukosa 10% iv dan infuse
§ Bila ada
komplikasi pada mata, beri tetes/salep mata tanpa kortikosteroid
§ Rujuk
segera. Selama perjalanan jaga kehangatan badan dan bila masih menyusu,
teruskan ASI
|
§ Badan
kurus, atau
§ BB/PB (TB)
≥ -3 SD ─ < -2 SD
|
KURUS
|
§ Lakukan
penilaian pemberian makan pada anak
§ Bila ada
masalah pemberian makan, lakukan konseling gizi dan kunjungan ulang 5 hari
§ Bila tidak
ada masalah pemberian makan, nasihati sesuai anjuran makan anak sehat maupun
sakit dan kunjungan ulang 14 hari
§ Nasihati
kapan kembali segera
|
§ BB/PB (TB)
-2 SD ─ +2 SD, dan
§ Ditemukan
tanda0tanda kelainan gizi diatas
|
NORMAL
|
§ Jika anak
berumur kurang dari 2 tahun, lakukan penilaian pemberian makan dan nasihat
sesuai anjuran makan untuk anak sehat maupun sakit
§ Bila ada
masalah pemberian makan, lakukan konseling gizi dan kunjungan ulang 5 hari
§ Bila tidak
ada masalah pemberian makan, anjurkan untuk menimbang berat badan secara
teratur setiap bulan
|
f.
Memeriksa
anemia
Lihat:
§ Lihat tanda pucat pada telapak tangan, apakah:
sangat pucat? Agak pucat?
Klasifikasi anemia
Gejala
|
Klasifikasi
|
Tindakan
|
§ Telapak
tangan sangat pucat
|
ANEMIA BERAT
|
§ Rujuk
segera
§ Bila masih
menyusu, teruskan pemberian ASI
|
§ Telapak
tangan agak pucat
|
ANEMIA
|
§ Lakukan penilaian
pemberian makan pada anak
§ Bila ada
masalah pemberian makan, lakukan
konseling gizi dan kunjungan ulang 5 hari
§ Beri zat
besi
§ Beri obat
cacing
§ Jika daerah
Resiko Tinggi malaria: beri antimalaria oral
§ Nasihat
kapan kembali segera
§ Kunjungan
ulang 4 minggu
|
§ Tidak
ditemukan tanda kepucatan pada telapak tangan
|
TIDAK ANEMIA
|
§ Tidak perlu
tindakan
|
g.
Memeriksa
status imunisasi
Jadwal imunisasi
|
Umur
|
Jenis vaksin
|
Tempat
|
Bayi lahir dirumah
|
0-7 hari
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan
|
HB 0
BCG, Polio 1
DPT/HB 1, Polio 2
DPT/HB 2, Polio 3
DPT/HB 3, Polio 4
CAMPAK
|
Rumah
Posyandu
Posyandu
Posyandu
Posyandu
Posyandu
|
Bayi lahir di RS/RB/Bidan praktek
|
0 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan
|
HB 0,BCG, Polio 1
DPT/HB 1, Polio 2
DPT/HB 2, Polio 3
DPT/HB 3, Polio 4
CAMPAK
|
RS/RB/Bidan
RS/RB/Bidan/Posyandu
RS/RB/Bidan/Posyandu
RS/RB/Bidan/Posyandu
RS/RB/Bidan/Posyandu
|
h.
Memeriksa
pemberian vitamin A
Jadwal
suplementasi : setiap bulan februari dan agustus
Umur 6 bulan sampai 11 bulan : 100.000 IU (
kapsul biru )
Umur 12 bulan sampai 59 bulan : 200.000 IU
( kapsul merah )
B.
MTBM
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
merupakan bagian dari MTBS yang terdapat penilaian dan klasifikasi bagi Bayi
Muda berusia kurang dari 2 bulan.
PENILAIAN
1.
Penilaian dan klasifikasi bayi
muda di dalam MTBM terdiri dari:
a. Menilai dan Mengklasifikasikan Kejang
Tanya: apakah ada riwayat kejang?
Lihat, Dengar, Raba: Adakah tanda/gejala kejang berikut:
·
Tremor dengan atau tanpa kesadaran
menurun?
·
Menangis melengking tiba-tiba?
·
Gerakan yang tidak terkendali pada
mulut, mata, atau anggota gerak?
·
Mulut mecucu?
·
Kaku seluruh badan dengan atau
tanpa rangsangan?
Klasifikasi kejang
Tanda / Gejala
|
Klasifikasi
|
Tindakan / Pengobatan
|
∞
Ada riwayat kejang,
∞
Ada tanda / gejala kejang:
− Tremor dengan ataua tanpa kesadaran menurun
− Menangis melengking tiba-tiba, atau
− Gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata, atau gerakan, atau
− Mulut mecucu, atau
− Kaku seluruh badan dengan atau tanpa rangsangan
|
Kejang
|
∞
Jika bayi kejang:
− Bebaskan jalan napas dan beri oksigen (jika ada)
− Tangani kejang dengan obat anti kejang
∞
Jika hanya riwayat kejang atau
tremor tanpa kesadaran menurun, tidak perlu diberikan anti kejang.
∞
Cegah agar gula darah tidak
turun
∞
Nasihati ibu cara menjaga bayi
tetaphangat selama perjalanan.
∞
Jika ditemukan tersangka tetanus
neonatorum beri obat anti kejang diazepam dan dosis pertama antibiotik intramuskular Penisilin Prokain
(PP)
∞
Rujuk segera
|
b. Memeriksa Dan Mengklasifikasi Gangguan Napas
Lihat dan dengar:
∞ Adakah henti napas (apnea) > 20 detik
∞ Hitung napas dalam 1 menit: Jika napas ≥ 60 kali per menit, ulangi lagi.
Apakah bayi napas cepat (≥ 60 kali per menit) atau napas lambat (< 30 kali
per menit)?
∞ Lihat apakah bayi tampak biru?
∞ Lihat adakah tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat?
∞ Lihat adakah pernapasan cuping hidung?
∞ Dengar apakah bayi merintih?
Klasifikasi
Gangguan Napas
Tanda / gejala
|
Klasifikasi
|
Tindakan/Pengobatan
|
∞
Henti napas (apnea) > 20
detik, atau
∞
Napas cepat ≥ 60 kali per menit,
atau
∞
Napas lambat (< 30 kali per
menit, atau
∞
Bayi tampak biru, atau
∞
Tarikan dinding dada kedalam
yang sangat kuat
∞
Pernapasan cuping hidung
∞
Bayi merintih
|
Gangguan napas
|
∞
Bebaskan jalan napas dan beri
oksigen jika ada
∞
Jika terjadi henti napas (apnea)
lakukan resusitasi, sesuia dengan pedoman resusitasi neonatus
∞
Cegah agar gula darh tidak turun
∞
Beri dosis pertama antibiotik
intramuskular
∞
Nasihat ibu cara menjaga bayi
tetap hangat selama perjalanan
∞
Rujuk segera
|
c. Memeriksa Dan Mengklasifikasikan Hipotermia
Lihat dan raba:
∞ Ukur suhu aksiler dengan termometer atau raba badan bayi
∞ Apakah tangan, kaki atau badan bayi teraba dingin?
∞ Apakah bayi mengantuk/letargis?
∞ Adakah bagian badan berwarna merah dan mengeras (sklerema)?
∞ Apakah gerakan bayi kurang dari normal?
Klasifikasi
Hipotermia
Tanda/Gejala
|
Klasifikasi
|
Tindakan/Pengobatan
|
∞
Suhu badan < 30°C
∞
Seluruh badan teraba dingin
disertai salah satu tanda berikut:
− Mengantuk/letargis
− Ada bagian badan bayi berwarna merah dan mengeras (sklerema)
|
Hipotermia Berat
|
∞
Hangatkan bayi segera jika setelah
dilakukan tindakan penghangatan dalam 1 jam suhu tetap tidak naik, rujuk
segera.
∞
Cegah agar gula darah tidak
turun
∞
Nasihati ibu cara menjaga bayi
tetap hangat selam perjalanan
∞
Rujuk segera
|
∞
Suhu tubuh 36°C- 36,4°C
∞
Kaki/tangan teraba dinginyang
disertai gerakan bayi kurang dari normal
|
Hipotermia Sedang
|
∞
Hangatkan bayi segera jika
setelah dilakukan tindakan penghangatan dalam 2 jam suhu tetap tidak naik,
rujuk segera.
∞
Cegah agar gula darah tidak
turun
∞
Lakukan asuhan dasar bayi muda
∞
Nasihati ibu hari ini tidak
memandikan anak
∞
Kunjunan ulang setelah 2 hari
|
d. Memeriksa Kemungkinan Infeksi
Bakteri
Ihat dan raba:
∞ Apakah bayi menagntuk/letargis atau tidak sadar?
∞ Lihat tanda gejala kejang
∞ Lihat tanda gejala gangguan napas
∞ Apakah bayi malas minum/tidak bisa minum atau muntah?
∞ Raba, adakh bagian badan bayi berwarna merah dan mengeras?
∞ Raba, apakah ubn-ubun cembung?
∞ Ukur suhu aksiler dengan termometer atau raba badan bayi. Apakah bayi
teraba dingin atau teraba panas?
∞ Lihat, adakah pustul dikulit? Apakah pustul banyak/parah?
∞ Lihat, apakah mata bernanah? Apakah nanah banyak?
∞ Lihat, apakah nanah keluar dari telinga?
∞ Apakah pusar kemerahan atau bernanah? Apakah kemerahan meluas sampai ke
kulit peut?
∞ Apakah pusar berbau busuk?
Klasifikasi
Kemungkinan Infeksi Bakteri
Tanda/Gejala
|
Klasifikasi
|
Tindakakan/Pengobatan
|
∞
Mengantuk /letargis atau tidak
sadar
∞
Ada kejang disertai salah satu tanda / gejala infeksi
lainnya, atau
∞
Ada gangguan napas, atau
∞
Malas minum/ tidak bisa minum
dengan atau tanpa muntah
∞
Ada bagian bayi berwarna merah
& mengeras, atau
∞
Ubun-ubun cembung, atau
∞
Suhu >37,5°C atau badan teraba panas,
∞
Suhu <36°C atau badan teraba dingin disertai tanda/gejala infeksi lainnya
|
Mungkin Infeksi
Bakteri Sistemik
|
∞
Jika ada kejang, tangani kejang
∞
Jika ada gangguan napas, tangani
gangguan napas
∞
Jika ada hipotermia, tangani
hipotermia
∞
Cegah agar gula darah tidak
turun
∞
Beri dosis pertama antibiotik
intramuskular
∞
Nasihat ibu cara menjaga bayi
tetap hangat selama perjalanan
∞
Rujuk segera
|
∞
Pustul kulit banyak / parah, atau
∞
Mata bernanah banyak,
∞
Nanah keluar dari telinha,
∞
Pusar kemerahan meluas sampai
kekulit perut atau bernanah
|
Mungkin Infeksi
Bakteri Lokal Berat
|
∞
Beri dosis pertama antibiotik
intramuskular
∞
Beri antiseptik lokal yang
sesuai dengan bagian mengajari ibu cara mengobati infeksi bakteri lokal di
rumah
∞
Nasihat ibu cara menjaga bayi
tetap hangat selama perjalanan
∞
Rujuk segera
|
∞
Pustul kulit sedikit, atau
∞
Mata bernanah sedikit, atau
∞
Pusar berwarna kemerahan, atau
∞
Pusar berbau busuk
|
Infeksi Bakteri Lokal
|
∞
Beri antibiotik per oral sesuai
∞
Ajari ibu cara mengobati infeksi
bakteri lokal dirumah
∞
Lakukan asuhan dasar bayi muda
∞
Nasihati ibu kapan harus kembali
segera, setelah 2 hari
|
e. Memeriksa Ikterus
Tanyakan:
∞ Apakah bayi kuning? Jika ya, pada umur berapa timbul kuning?
∞ Apakah bayi lahir kurang bulan?
∞ Apakah warna tinja bayi pucat?
Klasifikasi
Ikterus
Tanda/Gejala
|
Klasifikasi
|
Tindakan/Pengobatan
|
∞
Timbul kuning pada 2 hari
pertama setelah lahir, atau
∞
Kuning ditemukan pada umur 14
hari atau lebih, atau
∞
Kuning pada bayi lahir kurang
bulan,
∞
Tinja berwarna pucat, atau
∞
Kuning sampai lutu/siku atau
lebih
|
Ikterus Patalogik
|
∞
Cegah agar gula darah tidak
turun
∞
Nasihat ibu cara menjaga bayi
tetap hangat selama perjalanan
∞
Sertakan contoh darah ibu 2,5 ml
jika kuning timbul pada 2 hari pertama setelah lahir
∞
Rujuk segera
|
∞
Timbul kunig pada umur 3-< 14
hari & tidak ada tanda-tanda ikterus patalogik
|
Ikterus Fisiologik
|
∞
Mengajari ibu cara menyinari
bayi dengan cahaya matahari pagi
∞
Lakukan asuhan dasar bayi muda
∞
Nasihat ibu kapan harus kembali
segera, Kunjungan ulang setelah 7 hari
|
f. Memeriksa Gangguan Saluran Cerna
Tanya:
∞
Apakah bayi muntah?
Jika ya, apakah muntah segera setelah
minum?
Muntah berulang?
Muntah warna hijau?
∞
Adakah darah dalam tinja?
∞
Apakah bayi tidak buang air
besar dalam 24 jam terakhir
|
Lihat dan raba:
∞
Apakah bayi gelisah?
∞
Raba apakah perut bayi
kembung/tagang?
∞
Raba apakah teraba benjolan
diperut selain hati & limpa
∞
Lihat apakah air liur berlebihan
∞
Periksa lubang anus dengan
menggunakan rekatal
Adakah lubang anus
|
Klasifikasi Gangguan Saluran Cerna
Tanda/Gejala
|
Klasifikasi
|
Tindakan/Pengobatan
|
∞
Muntah segera setelah minum
∞
Muntah berulang
∞
Muntah berwarna hijau
∞
Gelisah & perut bayi kembung
∞
Teraba benjolan diperut
∞
Air liur berlebihan
∞
Belum BAB >24 jam
∞
Tidak terdapat lubang anus
|
Gangguan Saluran Cerna
|
∞
Jangan memberikan
makanan/minuman apapun per oral
∞
Pasang pipa lambung untuk
mencegah aspirasi karena air liur berlebihan dan untuk dekompresi jika perut
kembung/tegang
∞
Cegah agar gula darah tidak turun dengan infus
∞
Nasihati ibu cara menjaga bayi
tetap hangat selama perjalanan
∞
Rujuk segera
|
g. Memeriksa masalah dan keluhan lain.
2.
Pemeriksaan
dan Perawatan Bayi Baru Lahir
a.
Perawatan Tali pusat
b. Melaksanakan ASI Eksklusif
c. Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1
d. Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
3.
Pemeriksaan
menggunakan pendekatan MTBM:
a.
Pemeriksaan tanda bahaya seperti
kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah
pemberian ASI.
b.
Pemberian Imunisasi Hepatitis B0
bila belum diberikan pada waktu perawatan bayi baru lahir
c.
Konseling terhadap ibu dan keluarga
untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan
Buku KIA.
TINDAKAN/PENGOBATAN
1.
Tindakan / pengobatan untuk bayi
muda yang memerlukan rujukan segera ( tindakan pra rujukan )
Syarat rujukan:
· Suhu ³ 36° C
· Denyut jantung ³ 100
per menit
· Tidak ada tanda dehidrasi berat
Tindakannya adalah sabagai berikut:
a.
Membebaskan jalan napas dan memberi
oksigen ( jika ada )
Jika menemukan penderita dalam keadaan kejang, gangguan napas, mungkin
infeksi nakteri sistemetik yang memerlukan tindakan pembebasan jalan napas dan
pemberian oksigen, lakukan tindakan sebagai berikut:
1)
Posisikan kepala bayi setengah
tengadah, jika perlu bahu diganjal dengan gulungan kain.
2)
Bersihkan jalan napas dengan
menggunakan alat penghisap lendir
3)
Jika mungkin, berikan oksigen dengan
kateter nasal atau nasal prong dengan kecepatan 2 liter per menit
b.
Menangani kejang dengan obat anti
kejang
Jika menemukan bayi dalam keadaan
kejang, bersihkan jalan napas dan berikan oksigen ( jika ada ), selanjutnya
beri obat anti kejang dan rujuk segera.
Untuk semua klasifikasi yang
membutuhkan obat anti kejang:
1)
Obat anti kejang pilihan pertama :
Feno barbital
2)
Obat anti kejang pilihan kedua : Diazepam
Obat anti kejang
Fenobarbital
100
mg/2 ml (dalam ampul 2 ml) Diberikan secara intramuskuler
|
Diazepam
5
mg/ml (dalam ampul 1 ml) atau 10 mg/2ml (dalam ampul 2 ml), diberikan per
rektal
|
Dosis
: 30 mg = 0.6 ml
|
¨ Berat < 2500 gram diberikan 0,25 ml*
¨ Berat ³ 2500 gram diberikan 0,5 ml *
|
*Diberikan dengan menggunakan
semprit 1 ml
c.
Mencegah agar gula darah tidak turun
1)
Jika bayi bisa menetek
Ibu diminta tetap meneteki bayinya
2)
Jika bayi tidak bisa menetek tapi
masih bisa menelan
Beri ASI peras dengan cangkir kecil
atau sendok atau ditetesi dengan pipet. Diberikan kira-kira 50 ml sebelum
dirujik. Jika tidak memungkinkan beri susu pengganti atau air gula.
3)
Jika bayi tidak bisa menelan
Beri 50 ml ASI peras, susu pengganti
atau air gula melalui pipa lambung kecuali bayi dengan klasifikasi gangguan
saluran cerna.
4)
Jika bayi dengan gangguan saluran
cerna
Jika memungkinkan segera beri infus
dekstrosa 5% sesuai berat dan umur kemudian rujuk segara.
Cara membuat air gula:
Larutkan
gula sebanyak 2 sendok-teh (10 gram) ke dalam 1 gelas berisi air matang
sebanyak 200ml¸aduk sampai rata.
Cara memberi infus dekstrosa 5%:
Jika bayi
diklasifikasikan sebagai gangguan saluran cerna atau bayi tidak bisa menelan
dan di fasilitas tidak tersedia pipa lambung, cegah agar gula darah tidak turun
dengan memberi infus dekstrosa 5%
Umur
|
Jumlah
cairan /kgBB/hari
1
ml=20 tetes makro=60 tetes mikro
|
1-7 hari
|
80 ml
|
8-14 hari
|
150 ml
|
³ 15 hari
|
200 ml
|
d.
Memberikan antibiotik intramuskular
Beri
dosis pertama antibiotik intramuskular untuk bayi dengan klasifikasi kejang
tersangka Tetanus Neonatorum*), gangguan napas, mungkin infeksi bakteri
sistemik, mungkin infeksi bakteri lokal berta dan rujuk segera kerumah sakit.
Untuk
semua klasifikasi yang membutuhkan antibiotik intramuskular:
Antibiotik intramuskular pilihan pertama : Ampisilin
Antibiotik intramuskular pilihan kedua : Penisilin Prokain
Berat badan
( gram )
|
Ampisilin
Dosis : 100 mg/kgBB/24 jam
|
Penisilin Prokain
Dosis : 50.00Unit/kgBB/24 jam
|
Tambahkan
1,5 ml Aqua steril ke botol 0,5 g (
200 mg/ml)
|
Tambahkan
9 ml aquadest ke dalam botol 3 gram (3.000.000 unit) menjadi 10 ml dengan
300.000 unit/ml
|
|
1000 - < 2000
|
0,5 ml
|
0,3 ml
|
2000 - < 3000
|
0,6 ml
|
0,4 ml
|
3000 - < 4000
|
0,8 ml
|
0,5 ml
|
4000 - < 5000
|
1,0 ml
|
0,7 ml
|
Diberikan dengan menggunakan semprit 1 ml
*) Jika ditemukan tersangka
Tetanus Neonatorum, langsung beri dosis pertama antibiotik intramuskular
penisilin prokain.
e.
Cara menghangatkan tubuh bayi segera
Bayi dengan hipotermia berat,
hipotermia sedang, harus segera dihangatkan sebelum dirujuk. Caranya sebagai
berikut:
1)
Segera keringkan tubuh bayi yang
basah dengan handuk/kain kering. Ganti pakaian, selimut/kain basah dengan yang
kering.
2)
Hangatkan tubuh bayi dengan METODE KANGGURU atau menggunakan cahaya lampu
60 watt dengan jarak minimal 60 cm, sampai suhu normal dan pertahankan suhu tubuh bayi.
3)
Bungkus bayi dengan kain kering dan
hangat, beri tutup kepala. Jaga bayi tetap hangat. Hindari ruangan yang banyak
angin, jauhkan bayi dari jendela atau pintu.
4)
Pada bayi dengan hipotermia berat,
jika dalam 1 jam suhu tubuh < 36.5 ° C, rujuk segera dengan metode
kanguru.
Metode kanguru
1)
Bayi telanjang dada (hanya memakai
popok, kaus tangan, kaus kaki), diletakkan telungkup di dada ibu dengan posisi
tegak atau diagonal. Tubuh bayi menempel/kontak langsung dengan ibu.
2)
Atur posisi kepala, leher dan badan dengan
baik untuk menghindari terhalangnya jalan napas. Kepala menoleh kesamping
dibawah dagu ibu (ekstensi ringan).
3)
Tangan dan kaki bayi dalam keadaan
fleksi seperti posisi ‘katak” kemudian ‘fiksasi” dengan selendang
4)
Supaya hangat, ibu nmengenakan
pakaian/blus longgar sehingga bayi berada dalam 1 pakaian dengan ibu. Jika
perlu, gunakan selimut.
5)
Selain ibu, ayah dan anggota
keluarga lain bisa melakukan metode kanguru.
Menasehati ibu cara manjaga bayi tetap hangat selama
perjalanan
1)
Keringkan bayi segera setiap kali
bayi basah terkena air atau air kencing dan tinja bayi
2)
Bungkus bayi dengan kain kering dan
hangat, beri tutup kepala
3)
Lakukan tindakan mempertahankan suhu
tubuh dengan metode kanguru
2.
Tindakan / pengobatan untuk bayi
muda yang memerlukan rujukan segera
tetapi rujukan tidak memungkinkan (hanya diklinik)
Jika
rujukan segera tidak memungkinkan pada bayi dengan kejang, gangguan napas,
hipotermia berat, mungkin infeksi bakteri sistemik, mungkin infeksi bakteri
lokal berat, lakukan tindakan/pengobatan berikut
∞ Jelaskan kepada orang tua keadaan bayi yang
sedang sakit berat. Minta persetujuan orang tua (informed consent) untuk
tindakan/pengobatan yang akan saudara lakukan.
∞
Jika bayi kejang:
· Tangani kejang sesuai bagan menangani kejang dengan obat anti kejang secara
intramuskular atau per rektal
· Bila sudah memungkinkan beri obat anti kejang per oral Fenobarbital dengan
dosis:
o
Bayi berat < 2500 gram: 10 mg, 3
kali sehari
o
Bayi berat ≥ 2500 gram: 15 mg, 3
kali sehari
∞
Beri antibiotik intramuskular selama
5 hari
∞
Lakukan asuhan dasar bayi muda
∞
Jika telah memungkinkan untuk
dirujuk, rujuk segera
Memberi antibiotik intramuskular jika rujukan tidak
memungkinkan
Beri dosis antibiotik yang sesuai selama 5 hari
Ø Pilihan pertama : Ampisilin dan Gestamisin
Ø Pilihan kedua: Penisilin prokain dan Gestamisin
Berat badan
( gram )
|
Ampisilin
Dosis : 100 mg/kgBB/24 jam
|
Penisilin Prokain
Dosis : 50.00Unit/kgBB/24 jam
|
Gestamisin
Dosis : 2,5 mg/kgBB//12 jam
|
|
Tambahkan
1,5 ml Aqua steril ke botol 0,5 g (
200 mg/ml)
|
Tambahkan
9 ml aquadest ke dalam botol 3 gram (3.000.000 unit) menjadi 10 ml dengan
300.000 unit/ml
|
Vial
2 ml isi 80 mg
|
Vial
2 ml isi 20 mg*
|
|
1000 - < 2000
|
0,5 ml
|
0,3 ml
|
0,1 ml
|
0,5 ml
|
2000 - < 3000
|
0,6 ml
|
0,4 ml
|
0,2 ml
|
0,6 ml
|
3000 - < 4000
|
0,8 ml
|
0,5 ml
|
0,3 ml
|
1,0 ml
|
4000 - < 5000
|
1,0 ml
|
0,7 ml
|
0,4 ml
|
1,5 ml
|
* Diberikan hanya dengan menggunakan semprit 1 ml
Keterangan
¨ Ampisilin diberikan 2 kali sehari, diulang setiap 12 jam
¨ Penisilin Prokain diberikan 1 kali sehari
¨ Gentamisin diberikan 2 kali sehari, diulang setiap 12 jam
3.
Tindakan pengobatan untuk bayi muda
yang tidak memerlukan rujukan
a.
Memberi antibiotik oral yang sesuai
Beri antibiotik per oral yang sesuai
untuk infeksi bakteri lokal:
∞
Pilihan pertama : Amoksilin
∞
Pilihan kedua : Ampisilin
Umur atau
Berat badan
|
AMOKSILIN/AMPISILIN
Dosis 50 mg/kgBB/hari
Beri tiap 8 jam selama 5 hari (15 bungkus)
|
||
Sirup 125 mg
Setiap 5 ml
(1 sendok obat =
5 ml)
|
Kaplet 250 mg
1 kaplet dijadikan
5 bungkus
|
Kaplet 500 mg
1 kaplet dijadikan 10 bungkus
|
|
1
minggu s/d 4 minggu ( < 3 kg)
|
½ sendok/kali
|
1 bungkus/kali
|
1 bungkus/kali
|
4
minggu s/d 2 bulan (3-4 kg)
|
½ sendok/kali
|
2 bungkus/kali
|
2 bungkus/kali
|
b.
Menjaga bayi muda selalu hangat
Lakukan
tindakan untuk menjaga bayi muda selalu hangat pada waktu kunjungan rumah atau
saat memeriksa bayi muda:
1)
Cuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi muda
2)
Segera ganti pakaian/kaindan
keringkan tubuh bayi setiap kali basah dengan pakaian/kain yang kering.
3)
Baringkan bayi ditempat yang hangat
dan jauhkan dari jendela atau pintu. Beri alas kain yang bersih dan kering
ditempat untuk pemeriksaan bayi, termasuk timbangan bayi.
4)
Jika tidak ada tanda-tanda
hipotermia, mandikan bayi 1 kali sehari (tidak boleh lebih).
5)
Selesai memendikan bayi, segera
keringkan tubuh bayi letakkan pakaian yang bersih dan kering, topi bayi, kaus
tangan dan kaus kaki. Jika perlu beri selimut bayi.
6)
Minta ibu untuk meletakkan bayi di
dada ibu seminimal mungkin dan bayi tidur dengan ibu.
7)
Pada BBLR atau bayi dengan
hipotermia sedang lanjutkan bayi dengan metode kanguru atau dengan lampu dengan
jarak minimal 60 cm.
c.
Memberi ASI saja sesering mungkin
Lakukan
tindakan berikut ini pada waktu kunjungan rumah atau saat memeriksa bayi diklinik
1)
Cuci tangan sebelum sesudah memegang
bayi muda
2)
Minta ibu untuk memberi ASI saja
sesering mungkin sedikitnya 8 kali sehari. Meneteki lebih sering, baik siang
maupun malam.
3)
Meneteki dengan payudara kiri dan
kanan secara bergantian
4)
Berikan ASI dari satu payudara
sampai kosong sebelum pindah ke payudara lainnya.
5)
Jika bayi telah tidur selama 3 jam,
minta ibu untuk membangun bayi dan langsung diteteki.
6)
Ingatkan ibu dan anggota keluarga
lainnya untuk membaca kembali hal-hal tentang pemberian ASI di Kartu Nasihat Ibu atau Buku KIA.
7)
Minta ibu untuk menanyakan hal-hal
yang kurang dipahami
d.
Mencegah infeksi
Asuhan
dasar bayi muda lainnya yang penting
adalah pencegahan infeksi. Lakukan tindakan berikut ini pada waktu kunjungan
rumah sakit atau saat memeriksa bayi klinik.
1)
Cuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi
2)
Bersihkan tali pusat jika basah atau
kotor, dengan air matang, kemudian keringkan dengan kain yang bersih dan
kering. Ingatkan ibu supaya menjaga tali pusat selalu bersih dan kering.
3)
Jaga kebersihan tubuh bayi dengan
memandikan bayi setelah suhu stabil. Gunakan sabub dan air bersih hangat,
bersihkan seluruh bagian tubuh bayi
dengan hati-hati.
4)
Hindarkan bayi baru lahir kontak
dengan orang sakit, karena bayi baru lahir sangat rentan tertular penyakit.
5)
Minta ibu untuk memberikan kolostrum
(ASI yang keluar pertama kali) karena mengandung zat kekebalan tubuh.
6)
Anjurkan ibu untuk menyusui bayi
sesering mungkin dan diberi ASI saja sampai 6 bulan. Bila bayi tidak bisa
menetek beri ASI peras dengan menggunakan sendok. Hindari pemakaian botol dan
dot, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran cerna pada
bayi muda.
e.
Menyinari bayi dengan cahaya
matahari pagi pada bayi kuning
1)
Sinar bayi dengan matahari pagi
antara jam 7-8 pagi, selama 2-4 hari.
2)
Atur posisi kepala agar wajah tidak
menghadap matahari langsung
3)
Lakukan penyinaran selama 30 menit,
15 menit terlentang dan 15 menit tengkurap.
4)
Usahakan kontak sinar dengan kulit
seluas mungkin, oleh karena itu bayi tidak memakai pakaian (telanjang).
f.
Imunisasi
1)
Segera beri imunisasi Hepatitis B1
dengan Uniject sebelum bayi umur 7 hari.
2)
Beri imunisasi BCG ketika bayi umur
1 bulan (kecuali bayi yang lahir di Rumah Sakit, biasanya di imunisasi sebelum
pulang kerumah).
3)
Tunda pemberian imunisasi bayi muda
1 hari sampai 2 bulan yang mempunyai klasifikasi merah.
4.
Konseling bagi ibu/keluarga
a.
Mengajari ibu cara mengobati infeksi
bakteri lokal di rumah
Ada 2
jenis infeksi bakteri lokal pada bayi muda yang dapat diobati ibu dirumah:
1)
Infeksi kulit atau pusar
2)
Infeksi mata
Langkah-lanhkah yang diperlukan ketika mengajari ibu
1)
Jelaskan cara memberi pengobatan
tersebut
2)
Amati cara ibu mempraktekkan di
depan saudara
3)
Cek pemahaman ibu sebelum pulang
Cara mengobati infeksi mata
1)
Cuci tangan ibu sebelum mengobati
bayi
2)
Bersihkan kedua mata bayi 3 kali
sehari menggunakan kapas/kain bersih dengan air hangat.
3)
Beri salep/tetes mata Tetrasiklin 1%
pada kedua mata
4)
Oleskan salep/teteskan obat mata
pada bagian dalam kelopak mata bawah
5)
Cuci tangan ibu setelah mengobati
bayi
6)
Obati sampai kemerahan hilang
Cara mengobati infeksi kulit atau
pusar
1)
Cuci tangan ibu sebelum mengobati
bayi
2)
Bersihkan nanah dan krusta dengan
air matang dan sabun secara hati-hati
3)
Keringkan daerah sekitar luka dengan
kain bersih dan kering
4)
Olesi dengan Gentian Violet 0,5%
atau Providon Yodium
5)
Cuci tangan ibu setelah mengobati
bayi
Cara menyiapkan Gentian Violet 0,5%:
1 bagian Gentian Violet 1% ditambah 1 bagian aquades
(Misal: 10 ml Gentian Violet 1% ditambah 10 aquades).
b.
Mengajari ibu cara mengobati luka
bercak putih (THRUSH) dimulut
1)
Cuci tangan ibu sebelum mengobati
bayi
2)
Bersihkan mulut bayi dengan ujung
jari ibu yang terbungkus kain dan telah dicelupkan kelarutan air matang hangat
beragam.
3)
Olesi mulut dengan Gentian Violet
0,25% atau diteteskan 1 ml Suspensi Nistatin.
4)
Cuci tangan setelah mengobati bayi
5)
Obati luka atau bercak di mulut 3
kali sehari selama 7 hari
Cara menyiapkan Gentian Violet 0,25% :
1 bagian Gentian Violet 1% ditambah 3 bagian aquades
(Misal: 10 ml Gentian Violet 1% ditambah 30 ml aquades)
Cara
menyiapkan Suspensi Nistatin :
2 tablet
Nistatin (500.000 unit) disuspensi dalam 10 ml Gliserin. Jika tidak ada ganti
Gliserin dengan minyak goreng.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
KESIMPULAN
MTBS
Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi
penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita. Dikatakan
lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan),
perbaikan gizi, imunisasi dan konseling (promotif). Badan Kesehatan Dunia WHO
telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara
berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi
dan balita.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul
MTBS Revisi tahun 2008.
Direktorat Bina Kesehatan Anak, Depkes, salah satu materi yang disampaikan pada Pertemuan Nasional Program Kesehatan Anak, 2009, Manajemen Terpadu Balita Sakit.
Direktorat Bina Kesehatan Anak, Depkes, salah satu materi yang disampaikan pada Pertemuan Nasional Program Kesehatan Anak, 2009, Manajemen Terpadu Balita Sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar