Sabtu, 14 April 2012

anatomi fisiologi payuda


BAB I
PENDAHULUAN
I.     LATAR BELAKANG
Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui lebih berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya anatara lain ibu tidak memproduduksi cukup ASI atau bayinya tidak mau menghisap. Sesungguhnya hal ini tidak disebabkan kerena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena ibu kurang percaya diri bahwa Asi-nya cukup untuk bayinya. Disamping itu cara-cara menyusui yang tidak baik dan tidak benar dapat menimbulkan gangguan pada putting susu ibu.
II.     Rumusan Masalah
1.    Pengertian laktasi
2.    Anatomi dan fisiologi payudara
3.    Fisiologi laktasi
4.    Refleks pada laktasi
5.    Dukungan bidan dalam memberikan asi
6.    Manfaat pemberian asi
7.    Komposisi gizi dalam asi
8.    Upaya memperbanyak asi











BAB II
PEMBAHASAN
1.    Pengertian Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI.
2.    Anatomi dan Fisiologi Payudara

a. Anatomi Payudara
Payudara (buah dada) atau kelenjar mammae adalah salah satu organ reproduksi pada wanita dan mengeluarkan air susu. Payudara berfungsi memproduksi ASI terdiri dari lobules-lobulus yaitu kelenjar yang menghasilkan ASI, tubulus atau duktus yang menghantarkan ASI dari kelenjar sampai pada puting susu (nipple). Kelenjar mammae merupakan cirri pembeda pada semua mamlia. Payudara manusia berbentuk kerucut tapi sering berukuran tidak sama.
Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat, dan jaringan lemak. Diameter payudara sekitar 10-12 cm. Pada wanita yang tidak hamil berat rata-r4ata sekitar 200 gram, tergantung individu. Pada akhir kehamilan beratnya berkisar 400-600 gram, sedangkan pada waktu menyusui beratnya mencapai 600-800 gram.
Struktur payudara terdiri dari 3 bagian yaitu :
Ø Kulit
Ø Jaringan subkutan ( jaringan di bawah kulit )
Ø Corpus mammae terdiri dari :
§  Parenkin : duktus laktiferus uktus), duktulus (duktuli), lobus,alveoli.
§  Stroma

Payudara terletak pada hermithoraks kanan dan kiri dengan batas-bata yang tampak dari sebagai berikut:
Ø Superior : iga II atau III
Ø Inferior: iga VI atau VII
Ø Medial: pinggir sternum
Ø Lateral: garis aksillars anterior

Kulit puting susu berpigmen banyak yang tidak berambut. Papilla dermis mengandug banyak kelenjar sabasea. Kulit areola juga berpigmen banyak tetapi berbeda dengan kulit puting susu, ia kadang-kadan mengandung folikel rambut. Kelenjar sebaseanya biasanya terlihat sebagai nodulus kecil pada permukaan areola dan disebut kelenjar Montgomery.
Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua gari khayalan ditarik melalui puting susu, masing-masing saling tegak luru. Jika payudara dibayangkan sebgai piring sebug jam, satu gari menghubungkan “jam 12 dengan jam 6” dan garis lainnya menghubungkan “ jam 3 dengan jam 9”. Empat kuadra yang dihasilkannya adalah kuadran atas luar (supero lateral)atas adalam (supero medial), bawah luar (infero lateral), dan bawah dalam (infro medial). Ekor payudara merupakan perluasan kuadran atas luar (supero lateral). Ekor payudara memanjang sampai ke aksilla dan cenderung lebih tebal ketimbang payudara lainnya. Kuadran luar atas ini mengandung masa jaringan kelenjar mammae yang lebih banyak atau langsung di belakang areola dan sering menajdi tempat neoplasia. Pada kuadran media atas da lateral bawah, jaringa kelenjar lebih sedikit jumlahnya, dan paling minimal adalah yang dikuadran medial bawah. Jaringan kelenjar payudara tambahan dapat terjadi disepanjang garis susu yang membentang dari lipatan garis aksillaris anterior, menurun hingga lipatan paha.
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.


Jaringan kelenjar, duktus dan jaringan penyokong

Jaringan kelenjar terdiri dari 15-25 lobus yang tersebar radier mengelilingi puting. Tiap-tiap segmen mempunyai satu aliran yang akan berdilatasi, sesamspainya di belakang areola. Pada retro areola. Pada retro areolar ini , duktus yang berdilatasi itu mejadi lembut kecual ibu selama masa menyusui, ia akan mengalami distensi. Masing-masiang duktus ini tak berisi, dan mempunyai satu bukaan kea rah puting (duktus eksretorius). Tiap lobus dibagi menjadi 50-57 lobulus, yang bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus aksretorius labus itu. Setiap loblus atas sekelompok alveolus yang bermuar ake adalam laktiferus (saluran airu susu) yang bergabung dengan duktus-duktus linnya untuk membentuk saluran yang lebih besr dan berakhir dalam saluran sekretorik. Ketika saluran-saluran ini mendekati puting, membesar untuk wasah penampungan air susu (yang disebut sinus laktiferus) kemudia salura-saluran itu tersebut menyempit lagi dan menembus puting dan bermuara di atas permukaannya.
Di antara kelenjar susu dan fasia pektrolis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligmentum cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara yang bersatu dengan lapisan luar fasia superfisialis yang berfugsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk payudara.

Pembuluh darah / vaskularisasi payudara

1.      Arteri
Payudara mendapat pendarahan dari:
a)      Cabang-cabang perforantesa mammaria interna.
Cabang-cabang I,II,II,IV,V dari a. mammaria interna menembus didinding dada dekat pinggir sternum pada interkostal yang sesuai, menembus m. pektoralis mayor dan meberi pendarahan tepi medial glandulla mamma.
b)     Rami pektoralis a. thorako-akromialis
Arteri ini berjalan turun di antaara m. pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor, arteri ini akan mendarahi glandula mamma bgagian dalam (deep surface)
c)      thorakalis lateralis (a. mammae eksternal)
Pembuluh darah ini berjalan turun menyusuri tepi laterl minggu pektoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara.
d)     thorako-dorsalis
Pembuluh darah ini merupakan cabanga dari a. subskapularis. Arteri ni mendarahi m. latissmus dorsi dan minggu serratus magnus. Walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan pada glandula mamma, tetapi sangat penting artinya, karena pada tindakan radikal masterktomi, pendarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan “ the bloody angel”.
2.      Vena
pada daerah payudara terdapat tiga grup vena:
a)      Cabang-cabang perforantges v. mammaria interna
Vena ini merupakan vena tersebar yang mengalirkan darah dari payudara vna ini bermuara pada v. Mammaria interna yang kemudian bermuara pada v. mnominata.
b)      Cabang-cabang v. Aksillaris
yang terdiri dari v.thorako-akromialis.b.thoraklais lateralis dan v. thorako-dorsalis.
c)      Vena-vena kecil bermuara pada v. Interkostalis
Vena interkostalis bermuara pada v. Vertebralis, kemudia bermuara pada . Azygos (melalui vena-vena metastase dapat langsung terjadi di paru).


Sistem limfatik pada payudara
a)      Pembuluh getah bening
Ø Pembuluh getah bening aksilla:
Pembuluh getah bing aksilla ini mengalirkan getah bening dari daerah-daerah sekitar areola mamma, kuadaran lateral bawah dan kuadaran lateral atas payudara
Ø Pembuluh getah bening mammar interna:
Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektorlai s lalu menembus fasia tersebut sistem pertorntes menembus m. pektrolis mayor. Lalu jalan ke medal bersama-sama dengan sisitem pertorntes menembus m./ interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah benin mamari interna. Dari kelenjar mammary interna, getah bening menglilr melalui trunkus limfatikus mamaria interna. Sebagian akan bermuara pada v. kava, sebagian akan bermuara ke duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus deksrta( untuk sisi kanan)
Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah payudara. Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior, menembus fasia rektus dan masuk ke dalam kelenjar getah bening preperikadial anterior yang terletak di tepi atas diafragma di atas ligmentum falsiform. Kelenjar getah bening ini juga menampung getah being dari diafragma, ligamentum falsiforme dan bagian antero superior hepar. Dari kelenjar ini, limfe mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.

b)      Kelenjar-kelenjar getah bening
Kelenjar getah bening aksilla Terdapat enam grup kelenjar getah bening aksilla:
                                           I.         Kelenjar geth bening mammae eksterna. Untaian kelenjar ini terletak di bawah tepi lateral m. pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksilla. Grup ini dibagi dalam 2 kelompok:
§   Kelompok superior, terletak setinggi ingerkostal II-III
§   Kelompok inferior, terletak setinggi interkostal IV-V-VI

                                        II.         Kelenjar getah bening scapula.
                                     III.         Terletak sepajang c asa subskapularis dan thoralodoralis, mulai dari percabangan v. aksillaris mejadi v. subskapularis, sampai ke tempat masuknya v.thorako-dorsalis ke dalam m. latissimus dorsi.
Kelenjar getah bening sentral (central nodes). Terletak di dalam jaringa lemak di pusat aksila. Kadang-kadang beberapa di antaranya terletak sangat superficial, di bawah kulit dan fasia pada pusat aksila, kira-kria pada pertengahan lipat aksila depan dan belakang. Kelenjar getah bening ini adalah kelenjar getah bening yang paling mudah diraba dan merupakan kelenjar aksilla yang terbesa dan terbanyak jumlahnaya.
Kelenjar getah bening interpektoral (rotters nodes). Terletak antara m. pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v. thorako-akromialis. Jumlahnya satu sampai empat.
Kelenjar getah v. aksillaris. Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v.aksillaris bagian lateral, mulai dari white tendon m. laitssimus dorsi sampi ke sedikit medial dari percabangan v. aksillaris-v.thorako akromialis.
Kelenjar getah bening subklavikula. Terletak sepenjnag c.aksillaris, mulai dari sedikit medial percabangan v.aksillaris-v.thorako-aktomialis sampai dimana v. aksillaris menghilang di bawah tendo m.subklavius. kelenjar ini merupakan kelenjar aksilla yang tertinggi dan termedial letakya. Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah bening aksilla masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh kelenjar getah bening aksilla ini terletak di bawah fasia kostokorakoid.
                                     IV.         Kelenjar getah bening prepektoral
Kelenjar getah bening ini merupakan kelenjar tunggal yang kadang-kadang terletak di bawah kulit atau di dalam jaringa payudara kuadran lateral atas disebut prepektoral karena terletak di atas fasia pektoralis.
                                        V.         Kelenjar getah bening interna
Kelenjar-kelenjar ini tersebut sepanjangt trunkus limfatikus mammaria interna, kira-kira 3 cm dari pinggir sternum, terletak di dalam lemak di atas fasia endothoraiska. Pada sela tiga, diperkiran jumlahnya sekitar 6-8 buah
.
Susunan saraf
Susunan saraf payudara berasal dari cabangcutaneneous cervical dan saraf thirak spinal. Cabang saraf ketiga dan keempat cutaneus dari cervical plexus melewati bagian anterior, berakhir di jajaran tulang tiga yang kedua. Cabang-cabang ini menyumplai sensor ke bagia payudara atas, saraf thoracic spinal, T3, T6 membentuk saraf intercostals dan bercabang dari otot peectoralis major dekat sternum unutk menyuplai sensor ke bagian lateral payudara. Percabangan T2 memasuki bagian atas tubuh safaf intercostobrachial dan menyuplai sensor ke aksila. Susunan saraf areola dan puting susu disuplai oleh saraf parikang thoracic yang bercabang-cabang dengan membentuk membulat.

b.Laktasi
Masing-masing payudara terdiri atas sekitar 20 percabangan duktus yang terbuka melalui sinus ke atas permukaan putting susu. Terdapat benang-benang menyangga dari jaringan fibrosa yang melekatkan ke dinding dada, dan terdapat banyak sel-sel lemak di anta lobulus.
Sistem duktus telah terbentuk dengan baik setelah pubertas, kaerna keterlibatan estrogen, tetapi sekretorius asini hanya berkembang pada kehamilan di bawah pengaruh kadar progesterone yang tinggi. Prolaktin, suatu hormon dari kelenjar hipofisis, meningkatkan aksi baik pada estrogen maupun progesterone.
Setelah kelahiran anak, penurunan kadar estrogen dan progesterone menyebabkan peningkatan sekresi prolaktin dan hal ini merangsang sekresi air susu ibu oleh kelenjar asini. Sekresi yang pertama dihasilkan adalah kolostrum cairan yang kaya akan protein yang mengandung antibody. Setelah hari ketiga terbentuk laktasi normal.
Penghisapan bayi pada payudara merangsang putting susu menyebabkan refleks sekresi dari hormin oksitosin dari kelenjar hipofisis anterior. Oksitosin menyebabkan kontraksi serat-serat otot polos di sekitar asini dan air susu dengan cepat diejeksikan dari putting susu. Suatu refleks yang dikenal sebagai “letdown”  terbentuk pada beberapa hari pertama menyusui tetapi dengan jelas dipengaruhi oleh emosi. Pelepasan oksitosin juga membantu uterus untuk berkontraksi sehingga uterus kembali ke ukuran normalnya.
Prolaktin, suatu hormon yang disekresi oleh glandula pituitaria interior, penting untuk produksi air susu ibu, tetapi walaupun kadar hormon ini di dalam sirkulasi maternal meningkat selama kehamilan, bekerjanya hormon ini dihambat oleh hormon plasenta. Dengan lepasnya / keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur turun sampai tinfkat dapat dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin.
Terjadinya suatu kenaikan pemasokan darah beredar lewat payudara dan dapat diekstaksi bahan penting  untuk pembentukan air susu. Globulin, lemak dan molekul-molekul protein dari darah sel-sel sekretoris akan membengkakkan acini dan mendorongkannya menuju ke tubuli laktifer.
Kenaikan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu memberikan air susu 2 sampai 3 kali setiap jam agar pengaruhnya benar-benar efektif.
Dua faktor yang terlibat dalam mengalirkan air susu dari sel-sel sekretorik ke papilla mamae: tekanan dari belakang dan efek neurohormonal.
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
w                   Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
w                   Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
w                   Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Gambar : Anatomi payudara

*      Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

*      Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

*      Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted).

  


C. Fisiologi Laktasi
Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibanding dengan yang lain. Dari segi fisiologi, kemampuan laktasi mempunyai hubungan dengan makanan, faktor endokrin, dan faktor fisiologi.
Laktasi mempunyai dua pengertian berikut ini :
w    Pembentukan / produksi air susu
w    Pengeluaran air susu
Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama mengenai besarnya. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya kelenjar payudara proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel- kelenjar pembuatan air susu ibu. Proses proliferasi dipengaruhi oleh hormon yang dihasilkan plasenta yaitu laktogen, prolaktin, koriogonadotropin, estrogen dan progesteron. Selain itu, perubahan tersebut juga disebabkan bertambah lancarnya peredaran darah pada payudara.

D. Refleks pada laktasi
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi. Refleks yang terjadi pada ibu, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran (let down reflex). Kedua refleks ini bersumber dari rangsangan putting susu akibat isapan bayi. Adapun refleks pada bayi, yaitu refleks menangkap (rooting refleks), refleks mengisap, dan refleks menelan. Refleks tersebut adalah dasar dari laktasi.

*      Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah.
Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar memproduksi air susu. Jadi, semakin sering bayi menyusu, semakin banyak prolaktin yang dilepas oleh hipofise, sehingga semakin banyak air susu yang diproduksi oleh sel kelenjar. Prolaktin terdiri dari protein yang sangat kompleks dan belum dapat dibuat secara sintesis. Oleh karena itu, tindakan sering menyusui bayi merupakan cara terbaik untuk mendapatkan air susu yang banyak.

*      Refleks Aliran
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar sampai bagian belakang kelenjar hipofise yang akan melepaskan hormon oksitosin masuk ke dalam darah. Oksitosin akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktuli, dan sinus menuju putting susu.
Dengan demikian, sering menyusui sampai payudara terasa kosong sangat penting agar tidak terjadi pembendungan pada payudara. Pembendungan pada payudara akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit. Tidak jarang, mengakibatkan payudara mudah terkena infeksi. Kadang-kadang, tekanan akibat kontraksi otot-otot polos tersebut begitu kuat sehingga air susu menyembur keluar. Hal ini dapat menyebabkan bayi tersedak. Keluarnya air susu karena kontraksi otot polos tersebut disebut refleks aliran.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos rahim berkontraksi sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding rahim dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir harus segera disusukan pada ibunya jika keadaan memungkinkan. Dengan seringnya menyusui, penciutan rahim akan semakin cepat dan makin baik. Perlu ibu ketahui, tidak jarang perut ibu terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui. Hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya rahim pada bentuk semula.
Refleks aliran dipengaruhi oleh keadaan kejiwaan ibu, Rasa khawatir dan rasa sakit (misalnya luka jahitan) yang dirasakan ibu dapat menghambat refleks tersebut. Diduga, hal tersebut menyebabkan lepasnya adrenalin yang menghambat oksitosin tidak dapat mencapai otot polos. Dengan demikian, tidak ada rangsangan kontraksi dari otot polos.

*      Refleks Menangkap (Rooting Reflex)
Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Jika bibirnya dirangsang atau disentuh, bayi akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu. Keadaan tersebut dikenal dengan istilah reflaks menangkap.

*      Refleks Mengisap.
Reflaks mengisap pada bayi akan timbul jika putting merangsang langit-langit (palatum) dalam mulutnya. Untuk dapat merangsang langit-langit bagian belakan secara sempurna, sebagian besar areola harus tertangkap oleh mulut (masuk ke dalam mulut) bayi. Dengan demikian, sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan oleh gusi, lidah, serta langi-langit sehingga air susu diperas secara sempurna ke dalam mulut bayi.

*      Refleks Menelan
Air susu yang penuh dalam mulut bayi akan ditelan sebagai pernyataan reflaks menelan dari bayi. Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan putting susu dan areola untuk mengisi rongga mulut. Oleh karena itu, sebagian besar areola harus ikut ke dalam mulut. Lidah bayi akan menekan ASI keluar dari sinus laktiferus yang berada di bawah areola.
Mekanisme menyusu pada payudara berbeda dengan mekanisme minum dengan botol ayau dot. Dot memiliki karet panjang yang tidak perlu diregangkan sehingga bayi tidak perlu mengisap kuat. Jika bayi telah diajarkan minum dari botol/dot, akan timbul kesulitan menyusu pada ibunya. Ia akan mencoba mengisap, seperti halnya mengisap dot. Pada keadaan ini, ibu dan bayi perlu bantuan untuk belajar proses ini dengan baik dan benar.

a)    Berikut mekanisme menyusu pada ibu :
*   Bibir bayi menangkap putting selebar areola.
*   Lidah menjulur ke depan untuk menangkap putting.
*   Lidah ditarik mundur untuk membawa putting menyentuh langit-langit dan areola di dalam mulut bayi.
*   Timbul refleks mengisap pada bayi dan refleks aliran pada ibu.

b)   Berikut mekanisme menyusu menggunakan dot :
*   Bibir terbuka untuk menerima putting dari dot dan otot-otot pipi mengendor.
*   Putting karet terletak di atas lidah, menyentuh langit-langit lunak.
*   Lidah bergerak ke depan untuk menekan putting karet pada gusi dan langit-langit sedemikian rupa untuk mengatur aliran susu.

c)    Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI :
*   MotivaSi diri dan dukungan suami/keluarga untuk menyusui bayinya sangat penting.
*   Adanya pembengkakan payudara karena bendungan ASI.
*   Pengosongan ASI yang tidak teratur.
*   Kondisi status gizi ibu yang buruk dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas ASI.
*   Ibu yang lelah atau kurang istirahat /stress /sakit.

Oleh karena itu, hindari faktor-faktor di atas dengan lebih meningkatkan percaya diri, melakukan perawatan payudara secara rutin, serta lebih sering menyusui tanpa dijadwal sesuai kebutuhan bayinnya. Semakin sering bayi menyusu dan semakin kuat daya isapnya, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak.
Produksi ASI selalu berkesinambungan. Setelah payudara disusukan, ASI akan terasa kosong dan payudara melunak. Pada keadaan ini ibu tetap tidak akan kekurangan ASI karena ASI akan terus diproduksi, asal bayi tetap mengisap serta ibu cukup makan dan minum. Selain itu ibu mempunyai keyakinan mampu memberikan ASI pada bayinya. Dengan demikian, ibu dapat menyusui bayinya secara eksklusif murni selama 4-6 bulan dan tetap memberikan ASI sampai anak berusia dua tahun untuk mendapatkan anak yang sehat dan cerdas.
e. Posisi menyusui yang benar disini adalah penting.
w    Berbaring miring. Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri
w    Duduk. Penting untuk memberikan topangan / sandaran pada punggung ibu dalam posisinya tegak lurus (90’) terhadap pangkuannya.
Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada payudara.
ü Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.
ü Mulut dan dagunya berdekatan denga payudara.
ü Areola tidak akan bisa terlihat denga jelas.
ü Anda dapat melihat bayi melakukan hisapan yang lamban dan dalam, dan
ü menelan ASI-nya.
ü Bayi terlihat tenang dan senang.
ü Ibu tidak merasakan adanya nyeri pada putting susu.
ü Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat gabung, rooming in). Dengan demikian ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila lapar. Ibu harus belajar mengenali tanda-tanda yang menunjukan bahwa bayinya lapar. Bila ibu terpisah tempatnya dari bayi maka ibu akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda tersebut.
ü Memberikan ASI sesering mungkin.
Biasanya bayi baru lahir minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24 jam. Selama 2 hari pertama sesudah lahir beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASI pada bayi dengan cara membangunkannya selama siklus tidurnya setia 2-3 jam.
ü Memberikan Kolostrum dan ASI saja
Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi sakit dan menurunkan persediaan ASI ibunya, karena ibu memproduksi ASI tergantung pada seberapa banyak ASI dihisap oleh bayi. Makin banyak ASI yang dihisap oleh bayi makin banyak produksi ASI ibu.
ü Hindari susu botol dan dot empeng.
Susu botol dan dot empeng membuat bayi bingung putting karena mekanisme menghisap botol dandot empeng berbeda dari mekanisme menghisap putting susu pada ibunya.
ü Mendukung suami dan keluarga yang mengerti bahwa ASI dan menyusui paling baik untuk bayi, untuk memberikan dorongan yang baik bagi ibu agar lebih berhasil dalam menyusui
ü Peran petugas kesehatan sangat penting dalam membantu ibu-ibu menyusui yang mengalami hambatan dalam menyusui.
ü Imflikasi kode WHO, yaitu a.l : melarang promosi PASI, melarang pemberian sample PASI, bidan tidak boleh menerima hadiah dari produsen PASI, mencantumkan komposisi dan mencantumkan bahwa ASI adalah yang terbaik, petugas harus mendukung pemberian ASI,
3.    Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI
Para bidan mempunyai peran istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Karena dengan demikin seorang ibu akan mempeorleh dukungan percaya diri tentang kemampuannya memberi ASI. Pada masa kehamilan bidanjuga dapat memberikan penjelasan dan penyluhan tentan gmanfat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu dan bayinya, bahanya pemberian susu formula serta perawatan payudara sejak umur kemahilan 6 bulan.
Professional perwatan kesehatan (bidan) mempunyai tanggung jawab utnuk memberikan lingkungan yang mendukung kelanjutan upaya ibu untuk menyusui bayinya. Fungsi bidantidak hanyua memberikan pengetahuan yang diperluakan pada ibu, tapi juga untuk mengindentifikasi keterampilan-kerampilan yang diperlukan dan terutama meningkatkan kepercayaan diri dan otonominya. Pemahaman tentang membina kelekatan yang tept dan kemampuannya mengajarkan kepada ibu adalah hal yang sangat penting.
Untuk mengajari ibu , bidan memerlukan pengetahuan dan pemahaman tentang proses fiologis menyusui. Oleh Karena itu, pengetahuan ini perlu diterapkan sehingga ibu dapat memahami tentang apa yang sedang terjadi. Keterampilan yang perlu dimiliki bidan adalah kemampuan untuk mengajarkan ibu tentang praktik pelekatan bayi (hubungan yang terjadi antara ibu dan bayi) saat menyusui sehingga ibu dapat melakukannya secara mandiri, bagaimana cara pemberian ASI yang baik, serta proses penyimpanan ASI jika tidak diberikansecara langsung.
Menyusui harus dianggap sebagai aktifitas rileks dan saling memuaskan antara ibu dan bayinya. Bidan membantu ibu dengan menolongnya menemukan plsisi yang nyaman untuk memulai menyusui. Sambil membimbing ibu dalam upayanya, bidanjuga dapat menggunakan waktu ini untuk mengetahui perilaku normal bayi selama pengisapan. Bidan yang membimbing ibu dalam pengalaman menyusui harus selaluy meyakinkan ibu bahwa ia akan berhasil dalam menyusui.


PENUTUP

Menyusui merupakan cara yang ideal bagi ibu untuk memberikan kasih sayang pada anaknya dan cara terbaik memenuhi kebutuhan gizi bayi. Dengan menyusui, hubungan batin yang hangat antara ibu dan bayi akan terjalin erat. Sewaktu menyusu dan berada dalam dekapan ibu, bayi merasakan sentuhan kulit ibu yang lembut dan hangat serta mendengan detak jantung ibu yang akan memberikan rasa aman dan tentram. Kelekatan antara ibu dan bayinya sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan pribadi bayi kelak. Jika ibu selalu ada jika dibutuhkan akan menimbulkanrasa lekat. Ini akan membuat percaya pada orang lain dan menumbuhkan percaya diri. Anak yang mendapat kasih sayang dari ibu juga akan memiliki potensi mengasihi orang lain.
Afeksi yang tumbuh pada diri anak melalui proses menyusui akan menjadi dasar perkembangan emosi yang hangat pada diri anak terhadap dunia sekelilingnya. Dengan demikian, proses menyusui merupakan stimulasi yang penting untuk perkembangan mental, kecerdasan dan sosial emosi anak. Hal ini penting untuk pertumbuhan psikologis yang sehat. Sealain itu juga ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal.
Dengan demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan bayinya agar dapat sukses dalam memberikan yang terbaik.














REFERENSI
http://www.asuhan-keperawatan-kebidanan.co.cc/
http://www.lusa.web.id/anatomi-dan-fisiologi-payudara/

Tidak ada komentar: