BAB
I
PENDAHULUAN
I.
LATAR
BELAKANG
Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering
ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Oleh
karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui lebih berhasil.
Banyak alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya anatara
lain ibu tidak memproduduksi cukup ASI atau bayinya tidak mau menghisap.
Sesungguhnya hal ini tidak disebabkan kerena ibu tidak memproduksi ASI yang
cukup, melainkan karena ibu kurang percaya diri bahwa Asi-nya cukup untuk
bayinya. Disamping itu cara-cara menyusui yang tidak baik dan tidak benar dapat
menimbulkan gangguan pada putting susu ibu.
II.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian laktasi
2.
Anatomi dan fisiologi payudara
3.
Fisiologi laktasi
4.
Refleks pada laktasi
5.
Dukungan bidan dalam memberikan
asi
6.
Manfaat pemberian asi
7.
Komposisi gizi dalam asi
8.
Upaya memperbanyak asi
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Laktasi
Laktasi adalah
keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi
menghisap dan menelan ASI.
2.
Anatomi dan Fisiologi Payudara
a. Anatomi Payudara
Payudara (buah dada) atau kelenjar mammae adalah salah
satu organ reproduksi pada wanita dan mengeluarkan air susu. Payudara berfungsi
memproduksi ASI terdiri dari lobules-lobulus yaitu kelenjar yang menghasilkan
ASI, tubulus atau duktus yang menghantarkan ASI dari kelenjar sampai pada
puting susu (nipple). Kelenjar mammae merupakan cirri pembeda pada semua
mamlia. Payudara manusia berbentuk kerucut tapi sering berukuran tidak sama.
Payudara tersusun dari jaringan
kelenjar, jaringan ikat, dan jaringan lemak. Diameter payudara sekitar 10-12
cm. Pada wanita yang tidak hamil berat rata-r4ata sekitar 200 gram, tergantung
individu. Pada akhir kehamilan beratnya berkisar 400-600 gram, sedangkan pada
waktu menyusui beratnya mencapai 600-800 gram.
Struktur payudara terdiri dari 3 bagian
yaitu :
Ø Kulit
Ø Jaringan
subkutan ( jaringan di bawah kulit )
Ø Corpus
mammae terdiri dari :
§ Parenkin
: duktus laktiferus uktus), duktulus (duktuli), lobus,alveoli.
§ Stroma
Payudara terletak pada hermithoraks kanan dan kiri
dengan batas-bata yang tampak dari sebagai berikut:
Ø Superior :
iga II atau III
Ø Inferior:
iga VI atau VII
Ø Medial:
pinggir sternum
Ø Lateral:
garis aksillars anterior
Kulit puting susu berpigmen banyak yang tidak
berambut. Papilla dermis mengandug banyak kelenjar sabasea. Kulit areola juga
berpigmen banyak tetapi berbeda dengan kulit puting susu, ia kadang-kadan mengandung
folikel rambut. Kelenjar sebaseanya biasanya terlihat sebagai nodulus kecil
pada permukaan areola dan disebut kelenjar Montgomery.
Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua gari khayalan ditarik melalui puting susu, masing-masing saling tegak luru. Jika payudara dibayangkan sebgai piring sebug jam, satu gari menghubungkan “jam 12 dengan jam 6” dan garis lainnya menghubungkan “ jam 3 dengan jam 9”. Empat kuadra yang dihasilkannya adalah kuadran atas luar (supero lateral)atas adalam (supero medial), bawah luar (infero lateral), dan bawah dalam (infro medial). Ekor payudara merupakan perluasan kuadran atas luar (supero lateral). Ekor payudara memanjang sampai ke aksilla dan cenderung lebih tebal ketimbang payudara lainnya. Kuadran luar atas ini mengandung masa jaringan kelenjar mammae yang lebih banyak atau langsung di belakang areola dan sering menajdi tempat neoplasia. Pada kuadran media atas da lateral bawah, jaringa kelenjar lebih sedikit jumlahnya, dan paling minimal adalah yang dikuadran medial bawah. Jaringan kelenjar payudara tambahan dapat terjadi disepanjang garis susu yang membentang dari lipatan garis aksillaris anterior, menurun hingga lipatan paha.
Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua gari khayalan ditarik melalui puting susu, masing-masing saling tegak luru. Jika payudara dibayangkan sebgai piring sebug jam, satu gari menghubungkan “jam 12 dengan jam 6” dan garis lainnya menghubungkan “ jam 3 dengan jam 9”. Empat kuadra yang dihasilkannya adalah kuadran atas luar (supero lateral)atas adalam (supero medial), bawah luar (infero lateral), dan bawah dalam (infro medial). Ekor payudara merupakan perluasan kuadran atas luar (supero lateral). Ekor payudara memanjang sampai ke aksilla dan cenderung lebih tebal ketimbang payudara lainnya. Kuadran luar atas ini mengandung masa jaringan kelenjar mammae yang lebih banyak atau langsung di belakang areola dan sering menajdi tempat neoplasia. Pada kuadran media atas da lateral bawah, jaringa kelenjar lebih sedikit jumlahnya, dan paling minimal adalah yang dikuadran medial bawah. Jaringan kelenjar payudara tambahan dapat terjadi disepanjang garis susu yang membentang dari lipatan garis aksillaris anterior, menurun hingga lipatan paha.
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus,
jaringan otot penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.
Jaringan kelenjar, duktus
dan jaringan penyokong
Jaringan kelenjar terdiri dari 15-25 lobus yang
tersebar radier mengelilingi puting. Tiap-tiap segmen mempunyai satu aliran
yang akan berdilatasi, sesamspainya di belakang areola. Pada retro areola. Pada
retro areolar ini , duktus yang berdilatasi itu mejadi lembut kecual ibu selama
masa menyusui, ia akan mengalami distensi. Masing-masiang duktus ini tak
berisi, dan mempunyai satu bukaan kea rah puting (duktus eksretorius). Tiap
lobus dibagi menjadi 50-57 lobulus, yang bermuara ke dalam suatu duktus yang
mengalirkan isinya ke dalam duktus aksretorius labus itu. Setiap loblus atas
sekelompok alveolus yang bermuar ake adalam laktiferus (saluran airu susu) yang
bergabung dengan duktus-duktus linnya untuk membentuk saluran yang lebih besr
dan berakhir dalam saluran sekretorik. Ketika saluran-saluran ini mendekati
puting, membesar untuk wasah penampungan air susu (yang disebut sinus
laktiferus) kemudia salura-saluran itu tersebut menyempit lagi dan menembus
puting dan bermuara di atas permukaannya.
Di antara kelenjar susu dan fasia pektrolis, juga di
antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara
lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligmentum cooper yang merupakan
tonjolan jaringan payudara yang bersatu dengan lapisan luar fasia superfisialis
yang berfugsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk payudara.
Pembuluh darah /
vaskularisasi payudara
1.
Arteri
Payudara mendapat pendarahan dari:
Payudara mendapat pendarahan dari:
a)
Cabang-cabang perforantesa mammaria
interna.
Cabang-cabang I,II,II,IV,V dari a. mammaria interna
menembus didinding dada dekat pinggir sternum pada interkostal yang sesuai,
menembus m. pektoralis mayor dan meberi pendarahan tepi medial glandulla mamma.
b)
Rami pektoralis a.
thorako-akromialis
Arteri ini berjalan turun di antaara m. pektoralis
minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m.
pektoralis mayor, arteri ini akan mendarahi glandula mamma bgagian dalam (deep
surface)
c)
thorakalis lateralis (a. mammae
eksternal)
Pembuluh darah ini berjalan turun menyusuri tepi
laterl minggu pektoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara.
d)
thorako-dorsalis
Pembuluh darah ini merupakan cabanga dari a.
subskapularis. Arteri ni mendarahi m. latissmus dorsi dan minggu serratus
magnus. Walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan pada glandula mamma,
tetapi sangat penting artinya, karena pada tindakan radikal masterktomi,
pendarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol, sehingga
daerah ini dinamakan “ the bloody angel”.
2.
Vena
pada daerah
payudara terdapat tiga grup vena:
a)
Cabang-cabang perforantges v.
mammaria interna
Vena ini merupakan vena tersebar yang mengalirkan
darah dari payudara vna ini bermuara pada v. Mammaria interna yang kemudian
bermuara pada v. mnominata.
b)
Cabang-cabang v. Aksillaris
yang terdiri dari v.thorako-akromialis.b.thoraklais
lateralis dan v. thorako-dorsalis.
c)
Vena-vena kecil bermuara pada v. Interkostalis
Vena interkostalis bermuara pada v. Vertebralis,
kemudia bermuara pada . Azygos (melalui vena-vena metastase dapat langsung
terjadi di paru).
Sistem limfatik pada payudara
a)
Pembuluh getah bening
Ø Pembuluh
getah bening aksilla:
Pembuluh getah bing aksilla ini mengalirkan getah
bening dari daerah-daerah sekitar areola mamma, kuadaran lateral bawah dan kuadaran
lateral atas payudara
Ø Pembuluh
getah bening mammar interna:
Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian
dalam dan medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektorlai s lalu
menembus fasia tersebut sistem pertorntes menembus m. pektrolis mayor. Lalu
jalan ke medal bersama-sama dengan sisitem pertorntes menembus m./
interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah benin mamari interna. Dari
kelenjar mammary interna, getah bening menglilr melalui trunkus limfatikus
mamaria interna. Sebagian akan bermuara pada v. kava, sebagian akan bermuara ke
duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus deksrta( untuk sisi
kanan)
Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran
medial bawah payudara. Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika
superior, menembus fasia rektus dan masuk ke dalam kelenjar getah bening
preperikadial anterior yang terletak di tepi atas diafragma di atas ligmentum
falsiform. Kelenjar getah bening ini juga menampung getah being dari diafragma,
ligamentum falsiforme dan bagian antero superior hepar. Dari kelenjar ini,
limfe mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.
b)
Kelenjar-kelenjar getah bening
Kelenjar getah bening aksilla Terdapat enam grup
kelenjar getah bening aksilla:
I.
Kelenjar geth bening mammae
eksterna. Untaian kelenjar ini terletak di bawah tepi lateral m.
pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksilla. Grup ini dibagi dalam 2
kelompok:
§
Kelompok superior, terletak setinggi
ingerkostal II-III
§
Kelompok inferior, terletak setinggi
interkostal IV-V-VI
II.
Kelenjar getah bening scapula.
III.
Terletak sepajang c asa
subskapularis dan thoralodoralis, mulai dari percabangan v. aksillaris mejadi
v. subskapularis, sampai ke tempat masuknya v.thorako-dorsalis ke dalam m.
latissimus dorsi.
Kelenjar getah bening sentral (central nodes). Terletak di dalam jaringa lemak di pusat aksila. Kadang-kadang beberapa di antaranya terletak sangat superficial, di bawah kulit dan fasia pada pusat aksila, kira-kria pada pertengahan lipat aksila depan dan belakang. Kelenjar getah bening ini adalah kelenjar getah bening yang paling mudah diraba dan merupakan kelenjar aksilla yang terbesa dan terbanyak jumlahnaya.
Kelenjar getah bening interpektoral (rotters nodes). Terletak antara m. pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v. thorako-akromialis. Jumlahnya satu sampai empat.
Kelenjar getah v. aksillaris. Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v.aksillaris bagian lateral, mulai dari white tendon m. laitssimus dorsi sampi ke sedikit medial dari percabangan v. aksillaris-v.thorako akromialis.
Kelenjar getah bening subklavikula. Terletak sepenjnag c.aksillaris, mulai dari sedikit medial percabangan v.aksillaris-v.thorako-aktomialis sampai dimana v. aksillaris menghilang di bawah tendo m.subklavius. kelenjar ini merupakan kelenjar aksilla yang tertinggi dan termedial letakya. Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah bening aksilla masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh kelenjar getah bening aksilla ini terletak di bawah fasia kostokorakoid.
Kelenjar getah bening sentral (central nodes). Terletak di dalam jaringa lemak di pusat aksila. Kadang-kadang beberapa di antaranya terletak sangat superficial, di bawah kulit dan fasia pada pusat aksila, kira-kria pada pertengahan lipat aksila depan dan belakang. Kelenjar getah bening ini adalah kelenjar getah bening yang paling mudah diraba dan merupakan kelenjar aksilla yang terbesa dan terbanyak jumlahnaya.
Kelenjar getah bening interpektoral (rotters nodes). Terletak antara m. pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v. thorako-akromialis. Jumlahnya satu sampai empat.
Kelenjar getah v. aksillaris. Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v.aksillaris bagian lateral, mulai dari white tendon m. laitssimus dorsi sampi ke sedikit medial dari percabangan v. aksillaris-v.thorako akromialis.
Kelenjar getah bening subklavikula. Terletak sepenjnag c.aksillaris, mulai dari sedikit medial percabangan v.aksillaris-v.thorako-aktomialis sampai dimana v. aksillaris menghilang di bawah tendo m.subklavius. kelenjar ini merupakan kelenjar aksilla yang tertinggi dan termedial letakya. Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah bening aksilla masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh kelenjar getah bening aksilla ini terletak di bawah fasia kostokorakoid.
IV.
Kelenjar getah bening prepektoral
Kelenjar getah bening ini merupakan kelenjar tunggal
yang kadang-kadang terletak di bawah kulit atau di dalam jaringa payudara
kuadran lateral atas disebut prepektoral karena terletak di atas fasia
pektoralis.
V.
Kelenjar getah bening interna
Kelenjar-kelenjar ini tersebut sepanjangt trunkus
limfatikus mammaria interna, kira-kira 3 cm dari pinggir sternum, terletak di
dalam lemak di atas fasia endothoraiska. Pada sela tiga, diperkiran jumlahnya
sekitar 6-8 buah
.
Susunan saraf
Susunan saraf
Susunan saraf payudara berasal dari cabangcutaneneous
cervical dan saraf thirak spinal. Cabang saraf ketiga dan keempat cutaneus dari
cervical plexus melewati bagian anterior, berakhir di jajaran tulang tiga yang
kedua. Cabang-cabang ini menyumplai sensor ke bagia payudara atas, saraf
thoracic spinal, T3, T6 membentuk saraf intercostals dan bercabang dari otot
peectoralis major dekat sternum unutk menyuplai sensor ke bagian lateral payudara.
Percabangan T2 memasuki bagian atas tubuh safaf intercostobrachial dan
menyuplai sensor ke aksila. Susunan saraf areola dan puting susu disuplai oleh
saraf parikang thoracic yang bercabang-cabang dengan membentuk membulat.
b.Laktasi
Masing-masing payudara terdiri atas sekitar 20
percabangan duktus yang terbuka melalui sinus ke atas permukaan putting susu.
Terdapat benang-benang menyangga dari jaringan fibrosa yang melekatkan ke
dinding dada, dan terdapat banyak sel-sel lemak di anta lobulus.
Sistem duktus telah terbentuk dengan baik setelah
pubertas, kaerna keterlibatan estrogen, tetapi sekretorius asini hanya
berkembang pada kehamilan di bawah pengaruh kadar progesterone yang tinggi.
Prolaktin, suatu hormon dari kelenjar hipofisis, meningkatkan aksi baik pada
estrogen maupun progesterone.
Setelah kelahiran anak, penurunan kadar estrogen dan
progesterone menyebabkan peningkatan sekresi prolaktin dan hal ini merangsang
sekresi air susu ibu oleh kelenjar asini. Sekresi yang pertama dihasilkan
adalah kolostrum cairan yang kaya akan protein yang mengandung antibody.
Setelah hari ketiga terbentuk laktasi normal.
Penghisapan bayi pada payudara merangsang putting susu menyebabkan refleks sekresi dari hormin oksitosin dari kelenjar hipofisis anterior. Oksitosin menyebabkan kontraksi serat-serat otot polos di sekitar asini dan air susu dengan cepat diejeksikan dari putting susu. Suatu refleks yang dikenal sebagai “letdown” terbentuk pada beberapa hari pertama menyusui tetapi dengan jelas dipengaruhi oleh emosi. Pelepasan oksitosin juga membantu uterus untuk berkontraksi sehingga uterus kembali ke ukuran normalnya.
Penghisapan bayi pada payudara merangsang putting susu menyebabkan refleks sekresi dari hormin oksitosin dari kelenjar hipofisis anterior. Oksitosin menyebabkan kontraksi serat-serat otot polos di sekitar asini dan air susu dengan cepat diejeksikan dari putting susu. Suatu refleks yang dikenal sebagai “letdown” terbentuk pada beberapa hari pertama menyusui tetapi dengan jelas dipengaruhi oleh emosi. Pelepasan oksitosin juga membantu uterus untuk berkontraksi sehingga uterus kembali ke ukuran normalnya.
Prolaktin, suatu hormon yang disekresi oleh glandula
pituitaria interior, penting untuk produksi air susu ibu, tetapi walaupun kadar
hormon ini di dalam sirkulasi maternal meningkat selama kehamilan, bekerjanya
hormon ini dihambat oleh hormon plasenta. Dengan lepasnya / keluarnya plasenta
pada akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan progesteron
berangsur-angsur turun sampai tinfkat dapat dilepaskannya dan diaktifkannya
prolaktin.
Terjadinya suatu kenaikan pemasokan darah beredar
lewat payudara dan dapat diekstaksi bahan penting untuk pembentukan air
susu. Globulin, lemak dan molekul-molekul protein dari darah sel-sel sekretoris
akan membengkakkan acini dan mendorongkannya menuju ke tubuli laktifer.
Kenaikan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan
dengan demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu memberikan
air susu 2 sampai 3 kali setiap jam agar pengaruhnya benar-benar efektif.
Dua faktor yang terlibat dalam mengalirkan air susu
dari sel-sel sekretorik ke papilla mamae: tekanan dari belakang dan efek
neurohormonal.
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak
di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu
untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya
kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
w
Korpus (badan), yaitu bagian yang
membesar.
w
Areola, yaitu bagian yang kehitaman
di tengah.
w
Papilla atau puting, yaitu bagian
yang menonjol di puncak payudara.
Gambar : Anatomi payudara
Korpus
Alveolus,
yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel
Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu
beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
ASI
dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa
duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
Areola
Sinus
laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat
ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun
saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI
keluar.
Papilla
Bentuk
puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam
(inverted).
C.
Fisiologi Laktasi
Kemampuan laktasi setiap ibu
berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibanding dengan
yang lain. Dari segi fisiologi, kemampuan laktasi mempunyai hubungan dengan
makanan, faktor endokrin, dan faktor fisiologi.
Laktasi mempunyai dua pengertian berikut
ini :
w Pembentukan
/ produksi air susu
w Pengeluaran
air susu
Pada masa hamil terjadi perubahan
payudara, terutama mengenai besarnya. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya
kelenjar payudara proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel- kelenjar
pembuatan air susu ibu. Proses proliferasi dipengaruhi oleh hormon yang
dihasilkan plasenta yaitu laktogen, prolaktin, koriogonadotropin, estrogen dan
progesteron. Selain itu, perubahan tersebut juga disebabkan bertambah lancarnya
peredaran darah pada payudara.
D.
Refleks pada laktasi
Ada beberapa refleks yang berpengaruh
terhadap kelancaran laktasi. Refleks yang terjadi pada ibu, yaitu refleks
prolaktin dan refleks aliran (let down reflex). Kedua refleks ini bersumber
dari rangsangan putting susu akibat isapan bayi. Adapun refleks pada bayi,
yaitu refleks menangkap (rooting refleks), refleks mengisap, dan refleks
menelan. Refleks tersebut adalah dasar dari laktasi.
Refleks prolaktin
Sewaktu
bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat pada putting susu terangsang.
Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak,
lalu dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran
hormon prolaktin ke dalam darah.
Melalui
sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar memproduksi air susu. Jadi, semakin
sering bayi menyusu, semakin banyak prolaktin yang dilepas oleh hipofise,
sehingga semakin banyak air susu yang diproduksi oleh sel kelenjar. Prolaktin
terdiri dari protein yang sangat kompleks dan belum dapat dibuat secara
sintesis. Oleh karena itu, tindakan sering menyusui bayi merupakan cara terbaik
untuk mendapatkan air susu yang banyak.
Refleks Aliran
Rangsangan
yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar sampai bagian belakang kelenjar
hipofise yang akan melepaskan hormon oksitosin masuk ke dalam darah. Oksitosin
akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi
sehingga memeras air susu dari alveoli, duktuli, dan sinus menuju putting susu.
Dengan
demikian, sering menyusui sampai payudara terasa kosong sangat penting agar
tidak terjadi pembendungan pada payudara. Pembendungan pada payudara akan
menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit. Tidak jarang, mengakibatkan payudara
mudah terkena infeksi. Kadang-kadang, tekanan akibat kontraksi otot-otot polos
tersebut begitu kuat sehingga air susu menyembur keluar. Hal ini dapat
menyebabkan bayi tersedak. Keluarnya air susu karena kontraksi otot polos
tersebut disebut refleks aliran.
Oksitosin
juga mempengaruhi jaringan otot polos rahim berkontraksi sehingga mempercepat
lepasnya plasenta dari dinding rahim dan membantu mengurangi terjadinya
perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir harus segera disusukan pada
ibunya jika keadaan memungkinkan. Dengan seringnya menyusui, penciutan rahim
akan semakin cepat dan makin baik. Perlu ibu ketahui, tidak jarang perut ibu
terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui. Hal ini merupakan
mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya rahim pada bentuk semula.
Refleks
aliran dipengaruhi oleh keadaan kejiwaan ibu, Rasa khawatir dan rasa sakit
(misalnya luka jahitan) yang dirasakan ibu dapat menghambat refleks tersebut.
Diduga, hal tersebut menyebabkan lepasnya adrenalin yang menghambat oksitosin
tidak dapat mencapai otot polos. Dengan demikian, tidak ada rangsangan
kontraksi dari otot polos.
Refleks Menangkap
(Rooting Reflex)
Jika
disentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Jika bibirnya dirangsang
atau disentuh, bayi akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk
menyusu. Keadaan tersebut dikenal dengan istilah reflaks menangkap.
Refleks Mengisap.
Reflaks
mengisap pada bayi akan timbul jika putting merangsang langit-langit (palatum)
dalam mulutnya. Untuk dapat merangsang langit-langit bagian belakan secara
sempurna, sebagian besar areola harus tertangkap oleh mulut (masuk ke dalam
mulut) bayi. Dengan demikian, sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan
tertekan oleh gusi, lidah, serta langi-langit sehingga air susu diperas secara
sempurna ke dalam mulut bayi.
Refleks Menelan
Air
susu yang penuh dalam mulut bayi akan ditelan sebagai pernyataan reflaks
menelan dari bayi. Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan putting susu
dan areola untuk mengisi rongga mulut. Oleh karena itu, sebagian besar areola
harus ikut ke dalam mulut. Lidah bayi akan menekan ASI keluar dari sinus
laktiferus yang berada di bawah areola.
Mekanisme
menyusu pada payudara berbeda dengan mekanisme minum dengan botol ayau dot. Dot
memiliki karet panjang yang tidak perlu diregangkan sehingga bayi tidak perlu
mengisap kuat. Jika bayi telah diajarkan minum dari botol/dot, akan timbul
kesulitan menyusu pada ibunya. Ia akan mencoba mengisap, seperti halnya
mengisap dot. Pada keadaan ini, ibu dan bayi perlu bantuan untuk belajar proses
ini dengan baik dan benar.
a) Berikut
mekanisme menyusu pada ibu :
Bibir
bayi menangkap putting selebar areola.
Lidah
menjulur ke depan untuk menangkap putting.
Lidah
ditarik mundur untuk membawa putting menyentuh langit-langit dan areola di
dalam mulut bayi.
Timbul
refleks mengisap pada bayi dan refleks aliran pada ibu.
b) Berikut
mekanisme menyusu menggunakan dot :
Bibir
terbuka untuk menerima putting dari dot dan otot-otot pipi mengendor.
Putting
karet terletak di atas lidah, menyentuh langit-langit lunak.
Lidah
bergerak ke depan untuk menekan putting karet pada gusi dan langit-langit
sedemikian rupa untuk mengatur aliran susu.
c) Berikut
ini beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI :
MotivaSi
diri dan dukungan suami/keluarga untuk menyusui bayinya sangat penting.
Adanya
pembengkakan payudara karena bendungan ASI.
Pengosongan
ASI yang tidak teratur.
Kondisi
status gizi ibu yang buruk dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas ASI.
Ibu
yang lelah atau kurang istirahat /stress /sakit.
Oleh karena itu, hindari faktor-faktor
di atas dengan lebih meningkatkan percaya diri, melakukan perawatan payudara
secara rutin, serta lebih sering menyusui tanpa dijadwal sesuai kebutuhan
bayinnya. Semakin sering bayi menyusu dan semakin kuat daya isapnya, payudara
akan memproduksi ASI lebih banyak.
Produksi ASI selalu berkesinambungan.
Setelah payudara disusukan, ASI akan terasa kosong dan payudara melunak. Pada
keadaan ini ibu tetap tidak akan kekurangan ASI karena ASI akan terus
diproduksi, asal bayi tetap mengisap serta ibu cukup makan dan minum. Selain
itu ibu mempunyai keyakinan mampu memberikan ASI pada bayinya. Dengan demikian,
ibu dapat menyusui bayinya secara eksklusif murni selama 4-6 bulan dan tetap
memberikan ASI sampai anak berusia dua tahun untuk mendapatkan anak yang sehat
dan cerdas.
e. Posisi menyusui yang benar disini adalah penting.
w
Berbaring miring. Ini posisi yang
amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau
merasa nyeri
w
Duduk. Penting untuk memberikan
topangan / sandaran pada punggung ibu dalam posisinya tegak lurus (90’)
terhadap pangkuannya.
Tanda-tanda
bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada payudara.
ü
Seluruh tubuhnya berdekatan dan
terarah pada ibu.
ü
Mulut dan dagunya berdekatan denga
payudara.
ü
Areola tidak akan bisa terlihat
denga jelas.
ü
Anda dapat melihat bayi melakukan
hisapan yang lamban dan dalam, dan
ü
menelan ASI-nya.
ü
Bayi terlihat tenang dan senang.
ü
Ibu tidak merasakan adanya nyeri
pada putting susu.
ü
Bayi harus ditempatkan dekat
ibunya di kamar yang sama (rawat gabung, rooming in). Dengan demikian ibu dapat
dengan mudah menyusui bayinya bila lapar. Ibu harus belajar mengenali
tanda-tanda yang menunjukan bahwa bayinya lapar. Bila ibu terpisah tempatnya
dari bayi maka ibu akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda tersebut.
ü
Memberikan ASI sesering mungkin.
Biasanya bayi baru lahir minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam
24 jam. Selama 2 hari pertama sesudah lahir beberapa bayi tidur panjang selama
6-8 jam. Untuk memberikan ASI pada bayi dengan cara membangunkannya selama
siklus tidurnya setia 2-3 jam.
ü
Memberikan Kolostrum dan ASI saja
Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi sakit dan menurunkan
persediaan ASI ibunya, karena ibu memproduksi ASI tergantung pada seberapa
banyak ASI dihisap oleh bayi. Makin banyak ASI yang dihisap oleh bayi makin
banyak produksi ASI ibu.
ü
Hindari susu botol dan dot empeng.
Susu botol dan dot empeng membuat bayi bingung putting karena mekanisme
menghisap botol dandot empeng berbeda dari mekanisme menghisap putting susu
pada ibunya.
ü
Mendukung suami dan keluarga yang
mengerti bahwa ASI dan menyusui paling baik untuk bayi, untuk memberikan
dorongan yang baik bagi ibu agar lebih berhasil dalam menyusui
ü
Peran petugas kesehatan sangat
penting dalam membantu ibu-ibu menyusui yang mengalami hambatan dalam menyusui.
ü Imflikasi kode WHO, yaitu a.l : melarang promosi PASI, melarang
pemberian sample PASI, bidan tidak boleh menerima hadiah dari produsen PASI,
mencantumkan komposisi dan mencantumkan bahwa ASI adalah yang terbaik, petugas
harus mendukung pemberian ASI,
3.
Dukungan Bidan Dalam Pemberian
ASI
Para bidan mempunyai peran istimewa dalam menunjang
pemberian ASI. Karena dengan demikin seorang ibu akan mempeorleh dukungan
percaya diri tentang kemampuannya memberi ASI. Pada masa kehamilan bidanjuga
dapat memberikan penjelasan dan penyluhan tentan gmanfat dan keunggulan ASI,
manfaat menyusui baik bagi ibu dan bayinya, bahanya pemberian susu formula
serta perawatan payudara sejak umur kemahilan 6 bulan.
Professional perwatan kesehatan (bidan) mempunyai
tanggung jawab utnuk memberikan lingkungan yang mendukung kelanjutan upaya ibu
untuk menyusui bayinya. Fungsi bidantidak hanyua memberikan pengetahuan yang
diperluakan pada ibu, tapi juga untuk mengindentifikasi keterampilan-kerampilan
yang diperlukan dan terutama meningkatkan kepercayaan diri dan otonominya.
Pemahaman tentang membina kelekatan yang tept dan kemampuannya mengajarkan
kepada ibu adalah hal yang sangat penting.
Untuk mengajari ibu , bidan memerlukan pengetahuan dan pemahaman tentang proses fiologis menyusui. Oleh Karena itu, pengetahuan ini perlu diterapkan sehingga ibu dapat memahami tentang apa yang sedang terjadi. Keterampilan yang perlu dimiliki bidan adalah kemampuan untuk mengajarkan ibu tentang praktik pelekatan bayi (hubungan yang terjadi antara ibu dan bayi) saat menyusui sehingga ibu dapat melakukannya secara mandiri, bagaimana cara pemberian ASI yang baik, serta proses penyimpanan ASI jika tidak diberikansecara langsung.
Untuk mengajari ibu , bidan memerlukan pengetahuan dan pemahaman tentang proses fiologis menyusui. Oleh Karena itu, pengetahuan ini perlu diterapkan sehingga ibu dapat memahami tentang apa yang sedang terjadi. Keterampilan yang perlu dimiliki bidan adalah kemampuan untuk mengajarkan ibu tentang praktik pelekatan bayi (hubungan yang terjadi antara ibu dan bayi) saat menyusui sehingga ibu dapat melakukannya secara mandiri, bagaimana cara pemberian ASI yang baik, serta proses penyimpanan ASI jika tidak diberikansecara langsung.
Menyusui harus dianggap sebagai aktifitas rileks dan
saling memuaskan antara ibu dan bayinya. Bidan membantu ibu dengan menolongnya
menemukan plsisi yang nyaman untuk memulai menyusui. Sambil membimbing ibu
dalam upayanya, bidanjuga dapat menggunakan waktu ini untuk mengetahui perilaku
normal bayi selama pengisapan. Bidan yang membimbing ibu dalam pengalaman
menyusui harus selaluy meyakinkan ibu bahwa ia akan berhasil dalam menyusui.
PENUTUP
Menyusui merupakan cara yang ideal bagi
ibu untuk memberikan kasih sayang pada anaknya dan cara terbaik memenuhi
kebutuhan gizi bayi. Dengan menyusui, hubungan batin yang hangat antara ibu dan
bayi akan terjalin erat. Sewaktu menyusu dan berada dalam dekapan ibu, bayi
merasakan sentuhan kulit ibu yang lembut dan hangat serta mendengan detak
jantung ibu yang akan memberikan rasa aman dan tentram. Kelekatan antara ibu
dan bayinya sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan pribadi bayi kelak.
Jika ibu selalu ada jika dibutuhkan akan menimbulkanrasa lekat. Ini akan
membuat percaya pada orang lain dan menumbuhkan percaya diri. Anak yang
mendapat kasih sayang dari ibu juga akan memiliki potensi mengasihi orang lain.
Afeksi yang tumbuh pada diri anak
melalui proses menyusui akan menjadi dasar perkembangan emosi yang hangat pada
diri anak terhadap dunia sekelilingnya. Dengan demikian, proses menyusui
merupakan stimulasi yang penting untuk perkembangan mental, kecerdasan dan
sosial emosi anak. Hal ini penting untuk pertumbuhan psikologis yang sehat.
Sealain itu juga ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak yang normal.
Dengan demikian ibu perlu belajar berinteraksi
dengan bayinya agar dapat sukses dalam memberikan yang terbaik.
REFERENSI
http://www.asuhan-keperawatan-kebidanan.co.cc/
http://www.lusa.web.id/anatomi-dan-fisiologi-payudara/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar