ASUHAN NEONATUS
PENJAHITAN LASERASI PERINEUM DERAJAT DUA
PENGAMPU
: SRI PURWATI, S.Si.T\
DISUSUN
OLEH
Siti
Mar’ Umah (D201001093)
Suratmi (D201001094)
AKADEMI
KEBIDANAN GRAHA MANDIRI CILACAP
OKTOBER 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Robekan perineum derajat II adalah robekan yang mengenai selaput lendir
vagina dan otot perinci transversalis tetapi tidak mengenai otot sfingter ani.
(Saifuddin, 2005 : 462)
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arcus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal. (Prawirohardjo, 2005 : 665)
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arcus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal. (Prawirohardjo, 2005 : 665)
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi
dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan
cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat
dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak
janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan
terlalu lama. (Prawirohardjo, 2005 : 665)
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan
pasca persalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.
Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya
disebabkan oleh robekan serviks atau vagina dan perineum. (Wiknjosastro, 2002 :
M-29)
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah
besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25 – 50 % kematian wanita
usia subur yang disebabkan karena kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya
menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktifitasnya.
Tahun 1996, WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat
hamil atau bersalin. (Saifuddin, 2002 : 3)
B. Tujuan
1.
Untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar
proses penyembuhan bisa terjadi, proses penyembuhan
itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil dari
pertumbuhan jaringan.
2.
Untuk menghentikan perdarahan.
C. Manfaat
1.
Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan
dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
2.
Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A. PENGERTIAN
Robekan yang
terjadi pada perineum sewaktu persalinan.Episiotomi adalah ruptura perinei yang
artifisialis.
Ruptura perinei
dibagi atas 3 tingkat:
·
Tingkat 1:
robekan hanya mengenai kulit dan mukosa sekitar 1-1 ½cm;
·
Tingkat 2:
robekan lebih dalam sudah mengenai m.levator ani;
·
Tingkat 3: robekan pada kulit, mukosa, perineal body, m.sphigterani.
Yang
dapat menyebabkan terjadinya ruptura perinei :
·
Partus
presipitatus
·
Kepala janin
besar dan janin besar
·
Pada presentasi
defleksi (dahi, muka)
·
Pada
primigravida (para)
·
Pada letak
sungsung dan after coming head
·
Pimpinan
persalinan yang salah
·
Pada obstetri
operatif pervaginam: ekstrasi vakum, ekstraksiforsep, versi dan ekstraksi,
serta embriotomi.Kalau luka-luka ini tidak
dijahit dengan baik, maka akanmenyebabkan lapang-nya perineum dan pada
ruptura perinei kompletedapat terjadi beser berak (inkontinensia alvi). Secara
estetis kemaluanmenjadi kurang baik
B.
LANGKAH-LANGKAH PEJAHITAN
ROBEKAN PERINEUM
A.
Persiapan Alat
1.
Siapkan
peralatan untuk melakukan penjahitan
- Wadah berisi :
Sarung tnagna, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit, kasa steril, pincet
- Kapas DTT
- Buka spuit sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT
- Patahkan ampul lidokain
- Wadah berisi :
Sarung tnagna, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit, kasa steril, pincet
- Kapas DTT
- Buka spuit sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT
- Patahkan ampul lidokain
2.
Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di
tepi tempat tidur
3.
Pasang
kain bersih di bawah bokong ibu
4.
Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva /
perineum ibu
5.
Pastikan lengan / tangan tidak memakai
perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan air mengeliar
6.
Pakaian satu sarung tangan DTT pada tangan
kanan
7.
Ambil spuit dengan tangan yang berasarung
tangan, isi tabung suntik dengan lidokain dan letakkan kembali ke dalam wadah
DTT
8.
Lengkapi pemakaian sarunga tangan pada tangan
kiri
9.
Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT
dengan gerakan satu arah dari vulva ke perineum
10.
Periksa vagina, servik dan perineum secara
lengkap, pastikan bahwa laserasi hanya merupakan derajat satu atau dua.
B.
Anestesi Lokal
1.
Beritahu
ibu tentang apa yang akan dilakukan
2.
Tusukkan jarum suntik pada daerah kamisura
posterior yaitu bagian sudut bahwa vulva.
3.
Lakukan
aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap
4.
Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik
pada tepi luka daerah perineum
5.
Tanpa
menarik jarum suntik keluar dari luka arahkan jarum suntik sepanjang luka pada
mukosa vagina
6.
Lakukan langkah 2-5 diatas pada kedua tepi
robekan
7.
Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan
C.
Penjahitan
Laserasi pada Perineum
1.
Buat jahitan pertama kurang lebih
1 cm diatas ujung laserasi di mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong
pendek benang dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1 cm.
2.
Tutup mukosa vagina dengan jahitan
jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin himen
3.
Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke
dalam mukosa vagina lalu ke belakang cincin himen sampai jarum ada di bawah
laserasi kemudian ditarik keluar pada luka perineum
4.
Gunakan teknik jelujur saat
menjahit lapisan otot. Lihat kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya.
5.
Setelah dijahit sampai ujung luka,
putarlah jarum dan mulailah menjahit kearah vagina dengan menggunakan jahitan
subkutikuler
6.
Pidahkan jahitan dari bagian luka
perineum kembali ke vagina di belakang cincin hymen untuk diikat dengan simpul
mati dan dipotong benangnya
7.
Masukkan jari ke dalam rektum.
8.
Periksa ulang kembali pasa luka
9.
Cuci daerah genital dengan lembut
kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang diinginkan
10. Nasehatiibu untuk :
a. Menjaga perineum selalu bersih dan kering
b. Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
c. Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 x per hari
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa luka
a. Menjaga perineum selalu bersih dan kering
b. Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
c. Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 x per hari
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa luka
D. Macam – Macam Jahitan
A. Jahitan Kulit
1. Jahitan interrupted :
a. Jahitan simple interrupted (Jahitan satu demi
satu)
Merupakan jenis jahitan yang paling dikenal dan paling banyak digunakan. Jarak antara jahitan sebanyak 5-7 mm dan batas jahitan dari tepi luka sebaiknya 1-2 mm. Semakin dekat jarak antara tiap jahitan, semakin baik bekas luka setelah penyembuhan.
Merupakan jenis jahitan yang paling dikenal dan paling banyak digunakan. Jarak antara jahitan sebanyak 5-7 mm dan batas jahitan dari tepi luka sebaiknya 1-2 mm. Semakin dekat jarak antara tiap jahitan, semakin baik bekas luka setelah penyembuhan.
b. Jahitan Matras
1) Jahitan matras vertikal
Jahitan jenis ini digunakan jika tepi luka tidak bisa dicapai hanya dengan menggunakan jahitan satu demi satu. Misalnya di daerah yang tipis lemak subkutisnya dan tepi satu demi satu. Misalnya di daerah yang tipis lunak subkutisnya dan tepi luka cenderung masuk ke dalam.
Jahitan jenis ini digunakan jika tepi luka tidak bisa dicapai hanya dengan menggunakan jahitan satu demi satu. Misalnya di daerah yang tipis lemak subkutisnya dan tepi satu demi satu. Misalnya di daerah yang tipis lunak subkutisnya dan tepi luka cenderung masuk ke dalam.
2) Jahitan matras horizontal
Jahitan ini digunakan untuk menautkan fasia dan aponeurosis. Jahitan ini tidak boleh digunakan untuk menjahit lemak subkutis karena membuat kulit diatasnya terlihat bergelombang
Jahitan ini digunakan untuk menautkan fasia dan aponeurosis. Jahitan ini tidak boleh digunakan untuk menjahit lemak subkutis karena membuat kulit diatasnya terlihat bergelombang
c. Jahitan Continous
1) Jahitan jelujur : lebih cepat
dibuat, lebih kuat dan pembagian tekanannya lebih rata bila dibandingkan dengan
jahitan terputus. Kelemahannya jika benang putus / simpul terurai seluruh tepi
luka akan terbuka.
2) Jahitan interlocking, feston
3) Jahitan kantung tembakau (tabl
sac)
2. Jahitan Subkutis
a. Jahitan continous : jahitan
terusan subkutikuler atau intrademal. Digunakan jika ingin dihasilkan hasil
yang baik setelah luka sembuh. Juga untuk menurunkan tengan pad aluka yang
lebar sebelum dilakukan penjahitan satu demi satu.
b. Jahitan interrupted dermal
stitch
3. Jahitan Dalam
Pada luka infeksi misalnya insisi abses, dipasang dren. Dren dapat dibuat dari guntingan sarunga tangan fungsi dren adalah mengelirkan cairan keluar berupa darah atau serum.
Pada luka infeksi misalnya insisi abses, dipasang dren. Dren dapat dibuat dari guntingan sarunga tangan fungsi dren adalah mengelirkan cairan keluar berupa darah atau serum.
C. PERAWATAN
LUKA HEATING PERINEUM
a.
Penanganan Komplikasi
1. Jika
terdapat hematoma, darah dikeluarkan. Jika tidak ada tanda infeksi dan
perdarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan.
2. Jika
terdapat infeksi, buka dan drain luka
- Lalu berikan terapi ampisilin 500 mg per oral 4 x sehari selama 5 hari
- Dan metronidazol 400 mg per oral 3 x sehari selama 5 hari
- Lalu berikan terapi ampisilin 500 mg per oral 4 x sehari selama 5 hari
- Dan metronidazol 400 mg per oral 3 x sehari selama 5 hari
b.
Perawatan Pasca Tindakan
1. Apabila terjadi robekan tingkat IV (Robekan
sampai mukosa rektum), berikan anti biotik profilaksis dosis tunggal
c.
Ampisilin 500 mg per oral
d.
Dan metronidazol 500 mg per oral
1. Observasi
tanda-tanda infeksi
2. Jangan
lakukan pemeriksaan rektal atau enam selama 2 minggu
3. Berikan
pelembut feses selama seminggu per oral
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kami dapat menyimpulkan bahwa perlukaan pada jalan lahir, sebagai akibat
persalinan, terutama pada seorang primipara. Baik itu berupa robekan perinium,
robekan serviks atau rupture uteri. Hal ini dapat diatasi apabila seorang
tenaga kesehatan dapat mengelolanya dengan baik.
B.Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan agar dapat mengerti tentang robekan jalan lahir sampai
dengan bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan medisnya, menerapkan
konsep asuhan kebidanan kepada klien dengan perlukaan jalan lahir.
2.
Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapakan mampu mengerti tentang robekan jalan lahir dan dapat memberikan
pelayanan yang terbaik bagi klien serta mampu memberikan asuhan secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar