Sabtu, 14 April 2012

penjahitan laserasi perineum derajat du



ASUHAN NEONATUS
PENJAHITAN LASERASI PERINEUM DERAJAT DUA
PENGAMPU : SRI PURWATI, S.Si.T\


DISUSUN OLEH
                                    Siti Mar’ Umah                     (D201001093)
Suratmi                                  (D201001094)

AKADEMI KEBIDANAN GRAHA MANDIRI CILACAP
OKTOBER 2011


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Robekan perineum derajat II adalah robekan yang mengenai selaput lendir vagina dan otot perinci transversalis tetapi tidak mengenai otot sfingter ani. (Saifuddin, 2005 : 462)
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arcus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal. (Prawirohardjo, 2005 : 665)
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama. (Prawirohardjo, 2005 : 665)
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina dan perineum. (Wiknjosastro, 2002 : M-29)
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25 – 50 % kematian wanita usia subur yang disebabkan karena kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktifitasnya. Tahun 1996, WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. (Saifuddin, 2002 : 3)

B.  Tujuan
1.    Untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar proses penyembuhan bisa terjadi, proses penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil dari pertumbuhan jaringan.
2.    Untuk menghentikan perdarahan.

C.  Manfaat
1.    Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
2.    Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.

BAB II
KAJIAN TEORI

A.  PENGERTIAN
Robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan.Episiotomi adalah ruptura perinei yang artifisialis.
Ruptura perinei dibagi atas 3 tingkat:

·         Tingkat 1: robekan hanya mengenai kulit dan mukosa sekitar 1-1 ½cm;
·         Tingkat 2: robekan lebih dalam sudah mengenai m.levator ani;
·         Tingkat 3: robekan pada kulit, mukosa, perineal body, m.sphigterani.

 Yang dapat menyebabkan terjadinya ruptura perinei :
·         Partus presipitatus
·         Kepala janin besar dan janin besar
·         Pada presentasi defleksi (dahi, muka)
·         Pada primigravida (para)
·         Pada letak sungsung dan after coming head
·         Pimpinan persalinan yang salah
·         Pada obstetri operatif pervaginam: ekstrasi vakum, ekstraksiforsep, versi dan ekstraksi, serta embriotomi.Kalau luka-luka ini tidak dijahit dengan baik, maka akanmenyebabkan lapang-nya perineum dan pada ruptura perinei kompletedapat terjadi beser berak (inkontinensia alvi). Secara estetis kemaluanmenjadi kurang baik

B.  LANGKAH-LANGKAH PEJAHITAN ROBEKAN PERINEUM

A.    Persiapan Alat
1.      Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan
- Wadah berisi :
Sarung tnagna, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit, kasa steril, pincet
- Kapas DTT
- Buka spuit sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT
- Patahkan ampul lidokain

2.       Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi tempat tidur
3.      Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
4.       Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva / perineum ibu
5.       Pastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan air mengeliar
6.       Pakaian satu sarung tangan DTT pada tangan kanan
7.       Ambil spuit dengan tangan yang berasarung tangan, isi tabung suntik dengan lidokain dan letakkan kembali ke dalam wadah DTT
8.       Lengkapi pemakaian sarunga tangan pada tangan kiri
9.       Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT dengan gerakan satu arah dari vulva ke perineum
10.   Periksa vagina, servik dan perineum secara lengkap, pastikan bahwa laserasi hanya merupakan derajat satu atau dua.
B.      Anestesi Lokal
1.      Beritahu ibu tentang apa yang akan dilakukan
2.       Tusukkan jarum suntik pada daerah kamisura posterior yaitu bagian sudut bahwa vulva.
3.      Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap
4.       Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum
5.      Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka arahkan jarum suntik sepanjang luka pada mukosa vagina
6.       Lakukan langkah 2-5 diatas pada kedua tepi robekan
7.       Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan

C.     Penjahitan Laserasi pada Perineum
1.      Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek benang dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1 cm.
2.      Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin himen
3.       Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke belakang cincin himen sampai jarum ada di bawah laserasi kemudian ditarik keluar pada luka perineum
4.      Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya.
5.      Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah menjahit kearah vagina dengan menggunakan jahitan subkutikuler
6.      Pidahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina di belakang cincin hymen untuk diikat dengan simpul mati dan dipotong benangnya
7.       Masukkan jari ke dalam rektum.
8.      Periksa ulang kembali pasa luka
9.      Cuci daerah genital dengan lembut kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang diinginkan
10.   Nasehatiibu untuk :
a. Menjaga perineum  selalu bersih dan kering
b. Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
c. Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 x per hari
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa luka
D.    Macam – Macam Jahitan
A.    Jahitan Kulit
1.       Jahitan interrupted :
a.        Jahitan simple interrupted (Jahitan satu demi satu)
Merupakan jenis jahitan yang paling dikenal dan paling banyak digunakan. Jarak antara jahitan sebanyak 5-7 mm dan batas jahitan dari tepi luka sebaiknya 1-2 mm. Semakin dekat jarak antara tiap jahitan, semakin baik bekas luka setelah penyembuhan.


b.      Jahitan Matras
1)      Jahitan matras vertikal
Jahitan jenis ini digunakan jika tepi luka tidak bisa dicapai hanya dengan menggunakan jahitan satu demi satu. Misalnya di daerah yang tipis lemak subkutisnya dan tepi satu demi satu. Misalnya di daerah yang tipis lunak subkutisnya dan tepi luka cenderung masuk ke dalam.
2)       Jahitan matras horizontal
Jahitan ini digunakan untuk menautkan fasia dan aponeurosis. Jahitan ini tidak boleh digunakan untuk menjahit lemak subkutis karena membuat kulit diatasnya terlihat bergelombang
c.       Jahitan Continous
1)      Jahitan jelujur : lebih cepat dibuat, lebih kuat dan pembagian tekanannya lebih rata bila dibandingkan dengan jahitan terputus. Kelemahannya jika benang putus / simpul terurai seluruh tepi luka akan terbuka.
2)      Jahitan interlocking, feston
3)      Jahitan kantung tembakau (tabl sac)
2.      Jahitan Subkutis
a.       Jahitan continous : jahitan terusan subkutikuler atau intrademal. Digunakan jika ingin dihasilkan hasil yang baik setelah luka sembuh. Juga untuk menurunkan tengan pad aluka yang lebar sebelum dilakukan penjahitan satu demi satu.
b.      Jahitan interrupted dermal stitch
3.      Jahitan Dalam
Pada luka infeksi misalnya insisi abses, dipasang dren. Dren dapat dibuat dari guntingan sarunga tangan fungsi dren adalah mengelirkan cairan keluar berupa darah atau serum.
C.  PERAWATAN LUKA HEATING PERINEUM
a.        Penanganan Komplikasi
1.      Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan. Jika tidak ada tanda infeksi dan perdarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan.
2.      Jika terdapat infeksi, buka dan drain luka
- Lalu berikan terapi ampisilin 500 mg per oral 4 x sehari selama 5 hari
- Dan metronidazol 400 mg per oral 3 x sehari selama 5 hari
b.      Perawatan Pasca Tindakan
1.       Apabila terjadi robekan tingkat IV (Robekan sampai mukosa rektum), berikan anti biotik profilaksis dosis tunggal
c.       Ampisilin 500 mg per oral
d.      Dan metronidazol 500 mg per oral
1.      Observasi tanda-tanda infeksi
2.      Jangan lakukan pemeriksaan rektal atau enam selama 2 minggu
3.      Berikan pelembut feses selama seminggu per oral
 



BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Kami dapat menyimpulkan bahwa perlukaan pada jalan lahir, sebagai akibat persalinan, terutama pada seorang primipara. Baik itu berupa robekan perinium, robekan serviks atau rupture uteri. Hal ini dapat diatasi apabila seorang tenaga kesehatan dapat mengelolanya dengan baik.
B.Saran
1.      Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan agar dapat mengerti tentang robekan jalan lahir sampai dengan bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan medisnya, menerapkan konsep asuhan kebidanan kepada klien dengan perlukaan jalan lahir.
2.      Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapakan mampu mengerti tentang robekan jalan lahir dan dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi klien serta mampu memberikan asuhan secara komprehensif.
















DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar: