BAB
I
PENDAHULUAN
Teknik
dokumentasi merupakan cara menggunakan dokumentasi dalam penerapan proses
asuhan. Seperti kita tahu bahwa dokumentasi sangat penting untuk menentukan
tindakan yang akan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan dan dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Terdapat
dua teknik dalam pendokumentasian, yaitu teknik narative yang merupakan teknik
pencatatan tradisional yang sudah bertahan lama dan sistemnya fleksibel. Teknik
tersebut memberikan banyak keuntungan bagi petugas karena pembuatannya secara
kronologis serta memberikan kebebasan pada petugas dan mudah dalam penulisan
karena sudah dikenal oleh bidan.namun adapun kerugianya, yaitu membutuhkan
proses lama karena mengikuti data atau riwayat pasien secara kronologis, dan
penulisan data yang fleksible sehingga hanya sebatas kemampuan bidan. Kemudian,
teknik dokumentasi yang kedua adalah teknik flow sheet/check list merupakan
teknik pencatan yang dilakukan
observasi.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A. NARATIVE
Bentuk naratif merupakan pencatatan
tradisional dan bertahan paling lama serta merupakan sistem pencatatan yang
fleksibel. Karena suatu catatan naratif dibentuk oleh sumber asal dari
dokumentasi maka sering disebut sebagai dokumentasi berorientasi pada sumber.
Sumber atau asal dokumentasi dapat dari petugas kesehatan yang bertanggung
jawab untuk memberikan informasi. Cara penulisan ini mengikuti dengan ketat
urutan kejadian/kronologis. Berhubung sifat terbukanya catatan naratif
(orientasi pada sumber data) sehingga dapat digunakan pada setiap kondisi
klinis. Tidak adanya struktur yang harus diakui memungkinkan bidan/perawat
mendokumentasikan hasil observasinya yang relevan dan kejadian secara
kronologis.
Teknik narative merupakan teknik yang
dipakai untuk mencatat perkembangan pasien dari hari ke hari dalam bentuk
narasi, yang mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian.
1) Keuntungan
a. Membuat
dokumentasi yang kronologis sehingga membantu mengintepretasikan atau
penafsiran secara berurutan dari kejadian asuhan/tindakan yang dilakukan
(setiap masalah minimal ditulis satu kali setiap giliran jaga dan setiap
masalah di beri nomor sesuai waktu yang ditemukan)
b. Memberi
kebebasan kepada petugas (bidan) untuk memilih dan mencatat bagaimana informasi
yang akan dicatat menurut gaya yang disukainya (catatan menunjukkan
kredibilitas profesional)
c. Format
menyederhanakan proses dalam mencatat masalah, kejadian perubahan, intervensi,
reaksi pasien dan outcomes (proses pencatatan sederhana).
d. Mudah
ditulis dan sudah di kenal bidan.
e. Bila
di tulis secara tepat dapat mencakup seluruh kondisi pasien
2) Kerugian
a. Memungkinkan terjadinya
fragmentasi kata–kata yang berlebihan, kata yang tidak berarti, pengulangan
dibutuhkan dari setiap sumber sehingga terjadi tumpang tindih.
b. Membutuhkan waktu yang panjang untuk menulis dan
membaca catatan tersebut.
c. Pencatatan yang tidak
terstruktur dapat menjadikan data simpang siur.
d. Terkadang sulit untuk
memperoleh kembali informasi tanpa mereview catatan tersebut.
e. Memerlukan review catatan
dari sebagaian sumber untuk menentukan kondisi pasien secara keseluruhan.
f. Pencatatan terbatas pada
kemampuan bidan dalam mengungkapkan data yang diperoleh.
g. Urutan kejadian atau
kronologis dapat menjadi lebih sulit diinterpretasi karena informasi yang
berhubungan mungkin tidak didokumentasikan ditempat yang sama.
h. Mengikuti perkembangan pasien bisa menyita banyak waktu.
Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menggunakan teknik pencatatan secara narative ini
diantaranya adalah :
1) Pakai terminologi yang sudah lazim dipakai,
misalnya : pengkajian, perencanaan, diagnosa, prognosa,
evaluasi dan lain-lain
2) Dalam pencatatan perhatikan langkah-langkah :
kumpulkan data subjektif, data objektif, kaji kebutuhan pasien dan tentukan
diagnosa, prognosa, kemudian buat perencanaan asuhan/tindakan dengan memberi
batasan waktu untuk pencapaian hasil yang diprediksi/perkembangan yang
diharapkan atau waktu untuk evaluasi, laksanakan rencana itu dan perhatikan
perkembangan pasien atau responnya terhadap tindakan kebidanan/keperwatan
kemudian evaluasi sesuai rencana yang ditetapkan, kaji ulang seluruh proses dan
revisi rencana kalau dinilai perlu
3) Tulis, perbaiki/sempurnakan dan pertahankan
rencana asuhan sebagai bagian dari catatan anda
4) Buat penilaian anda secara periodik dan
monitor kondisi fisik dan psikologis pasien dan tindakan perawatan misalnya
melaksanakan rencana medik/dokter, penyuluhan pasien
dan perkembangan pasien
5) Catat semua pernyataan evaluasi pada saat
tertentu misalnya waktu masuk, pindah pulang atau pada saat adanya perubahan
situasi/kondisi.
Pedoman dalam tehnik narative
a. Gunakan
batasan-batasan standar
b. Ikuti
langkah-langkah proses asuhan.
c. Buat
suatu periode waktu tentang kapan petugas melakukan tindakan
d. Catat
pernyataan evaluasi pada waktu khusus.
Pendokumentasian dengan teknik
naratif terdiri dari 6 bagian, yaitu :
a. Lembar
penerimaan
b. Lembar
muka
c. Lembar
instruksi dari dokter
d. Lembar
riwayat penyakit
e. Lembar
catatan perawat
f. Lembar
catatan lainnya
Contoh pencatatan naratif:
(Tangal 12 Mei 2004, di KIA
puskesmas).Ibu Yanti, hamil yang kedua kalinya, yang pertama lahir di dukun,
anak sekarang umur 2½ tahun, sehat. Waktu lahir ada perdarahan, tidak banyak,
kata dukun itu biasa. Sejak Januari 2004 tidak menstruasi, Desember 2003 masih
dapat, hanya 3 hari, biasanya 5 hari Sekarang masih mual, kadang muntah, tidak
ada mules-mules, hanya kadang-kadang rasa kencang di perut bawah. Ibu tidak
bekerja di luar rumah, kadang membantu ke sawah, masak, mencuci pakaian
dilakukan sendiri, menyusui anak pertama sampai 2 tahun, suami tani, tamat SD,
tinggal serumah dengan ke dua mertua.
B. FLOW
SHEET /CHECKLIST
Flow
sheet memungkinkan perawat untuk mencatat hasil observasi atau pengukuran yang
dilakukan secara berulang yang tidak perlu ditulis secara naratif, termasuk
data klinik klien tentang tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu), berat badan, jumlah masukan dan keluaran cairan dalam 24 jam dan
pemberian obat. Flow sheet yang biasanya dipakai adalah catatan klinik, catatan
keseimbangan cairan dalam 24 jam, catatan pengobatan catatan harian tentang
asuhan keperawatan. Flow sheet merupakan cara tercepat dan paling efisien untuk
mencatat informasi. Selain itu tenaga kesehatan akan dengan mudah mengetahui
keadaan klien hanya dengan melihat grafik yang terdapat pada flow sheet. Oleh
karena itu flow sheet lebih sering digunakan di unit gawat darurat,
terutama data fisiologis.
Lembar
alur yang unik, berupa kesimpulan penemuan , termasuk flowsheet instruksi
dokter/perawat, grafik, catatan pendidikan dan catatan pemulangan klien.
Rangkaian informasi dalam sistem pendekatan orientasi masalah. Catatan ini
dirancang dengan format khusus pendokumentasian informasi mengenai setiap nomor
dan judul masalah yang sudah terdaftar.
Flow
sheet sendiri berisi hasil observasi dan tindakan tertentu. Beragam format
mungkin digunakan dalam pencatatan walau demikian daftar masalah, flowsheet dan
catatan perkembangan adalah syarat minimal untuk dokumentasi pasien yang
adekuat/memadai.
Dalam teknik pencatatan dengan
menggunakan flowsheet atau checklits ini juga mempunyai keuntungan dan
kerugiannya sendiri, diantaranya yaitu:
1) Keuntungan
a. Meningkatkan
kualitas pencatatan observasi.
b. Memperkuat
aspek legal.
c. Memperkuat
atau menghargai standar asuhan.
d. Menjadikan
dokumentasi kebidanan lebih tepat.
e. Mengurangi
fragmentasi data pasien dan asuhan.
f. Membatasi
narasi yang terlalu luas.
2) Kerugian
a. Memperluas
catatan medik dan menciptakan penggunaan penyimpanan.
b. Memungkinkan
duplikasi data, rancangan dan format.
c. Tidak
ada ruang untuk pencatatan tentang kejadian yang tidak biasa terjadi dan
bertahan untuk menggunakan lembar alur.
Agar lembar alur/flow
sheet/checklist sesuai dengan standar, maka harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
a. Perhatikan
dan ikuti petunjuk menggunakan format khusus.
b. Lengkapi
format dengan kata kunci.
c. Gunakan
tanda cek (V) atau (X) pada waktu mengidentifikasi bahwa parameter telah
diobservasi/ diintervensi.
d. Jangan
tinggalkan lembar checklist dalam keadaan kosong. Tulis 0 untuk
mengidentifikasi bahwa parameter tidak diobservasi.
e. Tambahkan
uraian secara detail jika diperlukan.
f. Pertahankan
agar letak lembar alur tepat dilokasi yang tersedia (rekam medis).
g. Beri
tanda tangan dan nama jelas pemberi asuhan.
h. Dokumentasikan
waktu dan tanggal data masuk
Catatan ini dibuat secara singkat
dan jelas serta mengandung elemen:
1. Kolom
untuk menempatkan tanda ceklist
2. Inisial
orang yang melakukan pengkajian
3. Tanda
tangan orang yang melakukan pengkajian
4. Tanggal
dan waktu saat memasukkan data.
BAB
III
KESIMPULAN
Teknik
pendokumentasian ada dua yaitu bentuk
narative dan flowsheet/checklist. Bentuk narative merupakan catatan yang
dibentuk oleh sumber asal dari dokumentasi maka sering disebut sebagai
dokumentasi berorientasi pada sumber. Sumber atau asal dokumentasi dapat dari
petugas kesehatan yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi. Cara penulisan
ini mengikuti dengan ketat urutan kejadian/kronologis. Sedangkan bentuk
flowsheet atau checklist adalah cara tercepat dan paling efisien untuk mencatat informasi. Selain itu
tenaga kesehatan akan dengan mudah mengetahui keadaan klien hanya dengan
melihat grafik yang terdapat pada flowsheet.
SARAN
Dalam pendokumentasian ini terdapat dua cara
dokumentasi, sebagai bidan sebaiknya bisa memilih teknik yang lebih mudah dan
efisien untuk mencatat kondisi pasien yang sesungguhnya, tidak mengada-ada, dan
mencatat secara runtut dan mudah dimengerti agar dapat terjadi komunikasi yang
jelas antara tenaga kesehatan maupun informasi yang diberikan pada klien atau
pasien itu sendiri.
referensi dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar