BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Kesehatan reproduksi adalah
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya
penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yangberhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi-fungsinya serta prosesprosesnya.
Oleh karena itu, kesehatan reproduksi
berarti orang dapat mempunyai kehidupan seks yang memuaskan dan aman, dan bahwa
mereka memiliki kemapuan Untuk bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan
apakah mereka ingin melakukannya, bilamana dan seberapa seringkah. Termasuk
terakhir ini adalah hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan
mempunyai akses terhadap cara - cara keluarga berencana yang aman, efektif dan
terjangkau, pengaturan fertilitas yang tidak melawan hukum, hak memperoleh pelayanan
pemeliharaan kesehatan kesehatan yang memungkinkan para wanita dengan selamat
menjalani kehamilan dan melahirkan anak, dan memberikan kesempatan untuk
memiliki bayi yang sehat.
Sejalan dengan itu pemeliharaan
kesehatan reproduksi merupakan suatu kumpulan metode, teknik dan pelayanan yang
mendukung kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan
penyelesaian masalah kesehatan reproduksi. Ini juga mencakup kesehatan seksual,
yang bertujuan meningkatkan status kehidupan dan hubungan-hubungan perorangan,
dan bukan semata-mata konseling dan perawatan yang bertalian dengan reproduksi
dan penyakit yang ditularkan melalaui hubungan seks.
B. RUMUSAN
MASALAH
Penyakit
apa saja yang merupakan masalah gangguan pada kespro dan bagaimana upaya
penanggulangannya?
C. TUJUAN
Mengetahui
masalah gannguan pada kespro dan upaya penanggulangan yaitu pada penyakit
Herpes, Sifilis, dan Kondiloma Akuminata.
BAB II
PEMBAHASAN
A. HERPES
1. Definisi
Herpes Genitali adalah infeksi akut (STD=sexually
transmitted disease), yang disebabkan oleh Virus Herpes Simplex (terutama
HSV=Herpes Simplex Virus type II), ditandai dengan timbulnya vesikula (vesikel
= peninggian kulit berbatas tegas dengan diameter kurang dari 1 cm dan dapat
pecah menimbulkan erosi kayak koreng kecil) pada permukaan mukosa kulit
(mukokutaneus), bergerombol di atas dasar kulit yang berwarna kemerahan.
Saat ini dikenal dua macam herpes yakni herpes zoster
dan herpes simpleks. Kedua herpes ini berasal dari virus yang berbeda. Herpes
zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster. Zoster tumbuh dalam bentuk ruam
memanjang pada bagian tubuh kanan atau kiri saja. Jenis yang kedua adalah
herpes simpleks, yang disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV). HSV sendiri dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu HSV-1 yang umumnya menyerang bagian badan dari
pinggang ke atas sampai di sekitar mulut (herpes simpleks labialis), dan HSV-2
yang menyerang bagian pinggang ke bawah. Sebagian besar herpes genitalis
disebabkan oleh HSV-2, walaupun ada juga yang disebabkan oleh HSV-1 yang
terjadi akibat adanya hubungan kelamin secara orogenital, atau yang dalam
bahasa sehari-hari disebut dengan oral seks, serta penularan melalui tangan.
2. Infeksi
Bila seseorang terkena HSV, maka infeksi yang terjadi
dapat berupa episode I infeksi primer (pertama kali terjadi pada dirinya),
episode I non primer, infeksi rekurens (ulangan), asimtomatik atau tidak ada
infeksi sama sekali. Pada episode I infeksi primer, virus dari luar masuk ke
dalam tubuh hospes (penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus
dengan DNA hospes tersebut dan mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga
menimbulkan kelainan pada kulit. Virus akan menjalar melalui serabut saraf
sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten.
Pada episode I non infeksi primer, infeksi sudah lama
berlangsung tetapi belum menimbulkan gejala klinis. Pada keadaan ini tubuh
sudah membentuk antibody sehingga pada waktu terjadinya episode I ini kelainan
yang terjadi tidak seberat episode I dengan infeksi primer.
Sedangkan infeksi rekurens terjadi apabila HSV yang
sudah ada dalam tubuh seseorang aktif kembali dan menggandakan diri. Hal ini
terjadi karena adanya factor pencetus, yaitu berupa trauma (luka), hubbungan
seksual yang berlebihan, demam, gangguan alat pencernaan, stress, kelelahan,
makanan yang merangsang, alkohol serta obat-obatan yang menurunkan kekebalan
tubuh seperti misalnya pada penderita kanker yang mengalami kemoterapi.
3.
Gejala
Herpes genitalis primer memiliki masa inkubasi antara
3 - 7 hari. Gejala yang timbul dapat bersifat berat tetapi bisa juga tidak
tampak, terutama apabila lukanya berada di daerah mulut rahim pada perempuan.
Pada awalnya, gejala ini didahului oleh rasa terbakar beberpa jam sebelumnya
pada daerah dimana akan terjadi luka. Pada awalnya, gejala ini didahului oleh
rasa terbakar beberpa jam sebelumnya pada daerah dimana akan terjadi luka Luka
yang terjadi berbentuk vesikel atau gelembung-gelembung. Kemudian kulit tampak
kemerahan dan muncullah vesikel yang bergerombol dengan ukuran sama besar.
Vesikel yang berisi cairan ini mudah pecah sehingga menimbulkan luka yang
melebar. Bahkan ada kalanya kelenjar getah bening di sekitarnya membesar dan
terasa nyeri bila diraba.
Pada pria gejala akan tampak lebih jelas karena tumbuh
pada kulit bagian luar kelenjar penis, batang penis, buah zakar, atau daerah
anus. Sebaliknya, pada wanita gejala itu sulit terdeteksi karena letaknya
tersembunyi. Herpes genitalis pada wanita biasanya menyerang bagian labia
majora, labia minora, klitoris, malah acap kali leher rahim (serviks) tanpa
gejala klinis. Gejala itu sering disertai rasa nyeri pada saluran kencing.
4. Penularan
dan Pencegahannya
Baik HSV-1 maupun HSV-2 menular melalui kontak kulit,
ciuman, hubungan seks dan oral seks. Herpes paling mudah ditularkan pada masa
terjadinya luka aktif. Akan tetapi virus juga dapat menyebar selama tidak ada
gejala yang tampak, dan ditularkan dari daerah yang kelihatannya tidak aktif.
Sebagian besar penularan herpes genitalis ini terjadi melalui kontak seksual.
Sulitnya, kadang-kadang penderita tidak sadar bahwa ia sedang kambuh, sehingga
dengan melakukan hubungan seks yang tidak terlindungi, ia menularkan virus ini
ke pasangannya.
Memang akibat infeksi HSV-2 jarang sampai menimbulkan
kematian pada orang dewasa. Namun herpes genitalis perlu penanganan serius,
karena selain belum ada obat atau vaksin yang efektif, perkembangan akibatnya
pun sulit diramalkan. Infeksi primer dini yang segera diobati besar kemungkinan
akan dapat mencegah penyakit ini kambuh, sedangkan infeksi rekuren (ulangan)
hanya dapat dibatasi frekuensi kambuhnya.
Suami atau istri dengan pasangan yang pernah
terinfeksi herpes genitalis perlu melakukan proteksi individual dengan cara menggunakan
dua macam alat perintang, yaitu spermicidal foam (busa pembasmi sperma) dan
kondom. Spermicidal foam mampu mematikan virus, sedangkan kondom berfungsi
untuk menghambat atau mengurangi masuknya virus. Sementara itu si pengidap
harus berusaha menyingkirkan faktor-faktor pencetus seperti yang sudah
diungkapkan di atas.
Yang juga dikhawatirkan adalah penularan ibu yang
mengidap HSV kepada bayi yang dikandung/dilahirkannya. Bila penularan
(transmisi) terjadi pada trimester I kehamilan, hal itu cenderung mengakibatkan
abortus. Sedangkan pada trimester II bisa terjadi kelahiran prematur. Bayi yang
lahir dari ibu yang menderita herpes genitalis dapat menderita kelainan yang
sangat beragam, mulai dari hepatitis, ensefalitis bahkan bisa lahir dalam
keadaan mati.
Selain pencegahan terhadap penularan serta menghindari
faktor pencetus bagi penderita, yang perlu juga diperhatikan adalah kondisi
kejiwaan bagi penderita herpes genitalis ini. Anggapan bahwa herpes adalah
penyakit kotor, tidak dapat disembuhkan, menular dengan mudah, dll, membuat
orang yang terkena herpes akan malu dan takut melakukan pemeriksaan dan
berobat. Padahal apabila pengobatan dilakukan sedini mungkin, maka penyakit ini
lebih bisa dikendalikan
B. SIFILIS
1. Definisi
Sifilis adalah
penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri Troponema Pallidum.
Penularan melalui kontak seksual, melalui kontak langsung dan kongenital
sifilis (melalui ibu ke anak dalam uterus).Gejela dan tanda dari sifilis banyak
dan berlainan ; sebelum perkembangan tes serologikal, diagnosis sulit dilakukan
dan penyakit ini sering disebut “Peniru Besar” karena sering dikira penyakit
lainnya.
Penyakit sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat
kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi masih
merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh
termasuk sistem peredaran darah, saraf dan dapat ditularkan oleh ibu hamil
kepada bayi yang di kandungnya. Sehingga menyebabkan kelainan bawaan pada bayi
tersebut. Sifilis sering disebut sebagai “Lues Raja Singa”.
2. Penyebab
Sifilis
Sifilis merupakan infeksi kronik menular yang
disebabkan oleh bakteri troponema pallidum, menginfeksi dan masuk ke tubuh
penderita kemudian merusaknya. Sifilis hanya menular antar manusia melalui
kontak seksual, atau Ibu kepada bayinya. Sifilis menular melalui Penis, vagina,
anus, mulut, transfusi dan ibu hamil kepada bayinya.
3. Gejala
Sifilis
Masa inkubasi antara 10 – 90 hari, dengan gejala:
v
Tahap 1
9-90 hari setelah terinfeksi. Timbul: luka kecil,
bundar dan tidak sakit (chancre) – tepatnya pada kulit yang terpapar/kontak
langsung dengan penderita. Chancre sebagai tempat masuknya penyakit hampir
selalu muncul di dalam dan sekitar genetalia, anus bahkan mulut. Pada kasus
yang tidak dibobati (sampai tahai 1 berakhir), setelah beberapa minggu, chancre
akan menghilang tapi bakteri tetap berada di tubuh penderita.
v
Tahap 2
1-2 bulan kemudian, muncul gejala lain: sakit
tenggorokan, sakit pada bagian dalam mulut, nyeri otot, demam, lesu, rambut
rontok dan terdapat bintil. Beberapa bulan kemudian akan menghilang. Sejumlah
orang tidak mengalami gejala lanjutan.
v
Tahap 3
Dikenal sebagai tahap akhir sifilis. Pada fase ini
chancre telah menimbulkan kerusakan fatal dalam tubuh penderita. Dalam stase
ini akan muncul gejala: kebutaan, tuli, borok pada kulit, penyakit jantung,
kerusakan hati, lumpuh dan gila. Tahap letal.
4. Cara
Penularan
Harus terjadi kontak langsung dengan kulit orang yang
telah terinfeksi disertai dengan lesi infeksi sehingga bakteri bisa masuk ke
tubuh manusia. Pada saat melakukan hubungan seksual (misal) bakteri memasuki
vagina melalui sepalut lendir dalam vagina, anus atau mulut melalui lubang
kecil. Sifilis sangat mudah menginfeksi orang lain pada tahap 1 dan 2 selain
itu juga dapat disebarkan per-plasenta.
5. Kasus
Sifilis pada Kehamilan dan Persalinan
Apabila infeksi pada kehamilan karena tidak melakukan
pemeriksaan antenatal yang adekuat akan mempunyai pengaruh buruk pada janin.
Dapat menyebabkan kematian janin, partus immaturus, dan partus prematurus, dan
dapat juga di dapatkan gejala-gejala sifilis kongenital.
6. Pengobatan
Sifilis
Pengobatan sifilis dalam kehamilan yaitu dengan
penisilin.
1 kali penyuntikan penisilin dirasa telah cukup adekuat, meski beberapa penderita memerlukan 1-3 kali injeksi penisilin. Dokter akan meminta penderita yang telah menjalani medikasi untuk melakukan tes darah setahun kedepan, dimaksudkan untuk memastikan bakteri telah lisis dari tubuh penderita. Menerapkan pola hubungan seksual yang sehat dan aman. Bagi penderita yang alergi penisilin, dapat diganti dengan eritromycine atau tetrasiklin.
1 kali penyuntikan penisilin dirasa telah cukup adekuat, meski beberapa penderita memerlukan 1-3 kali injeksi penisilin. Dokter akan meminta penderita yang telah menjalani medikasi untuk melakukan tes darah setahun kedepan, dimaksudkan untuk memastikan bakteri telah lisis dari tubuh penderita. Menerapkan pola hubungan seksual yang sehat dan aman. Bagi penderita yang alergi penisilin, dapat diganti dengan eritromycine atau tetrasiklin.
C. KONDILOMA AKUMINATA
Kondiloma Akuminata merupakan salah satu penyakit
menular seksual. Selain Gonore (GO), Sifilis,Chlamydia, Herpes Genetalis, kutu
kemaluan. Penularan penyakit menular seksual umumnya adalah melalui hubungan
seksual, sedangkan cara lainnya yaitu melalui transfusi darah, jarum suntik,
ibu hamil kepada bayi yang dikandungnya, dan lain-lain.
Condyloma accuminatum [Kondiloma akuminata ] juga
dikenal sebagai:
1.
Kutil kelamin
2.
Kutil kemaluan
3.
Kutil genital (kutil genitalia)
4.
Genital warts
5.
Veruka akuminata
6.
Venreal wart
7.
Jengger ayam
1. Definisi
Kondiloma akuminata adalah:
a.
Tumor pada genitalia yang ditemukan
pada laki-laki maupun perempuan dan bersifat lunak seperti jengger ayam.
b.
Pertumbuhan jaringan yang bersifat
jinak, superfisial, terutama di daerah genitalia (kelamin)
c.
Penyakit Menular Seksual disebabkan
infeksi virus papiloma human (VPH) tipe 6 dan 11. Pertumbuhan nya mula – mula
kecil, kemudian cenderung berkelompok dan menyatu membentuk suatu benjolan yang
besar yang menyerupai bunga kol [seperti jengger ayam atau brokoli].
2. Penyebab
Virus DNA golongan Papovavirus, yaitu: Human Papilloma
Virus (HPV). HPV tipe 6 dan 11 menimbulkan lesi dengan pertumbuhan (jengger
ayam). HPV tipe 16, 18, dan 31 menimbulkan lesi yang datar (flat). HPV tipe 16
dan 18 seringkali berhubungan dengan karsinoma genitalia (kanker ganas pada
kelamin). Masa inkubasi Kondiloma akuminata berlangsung antara 1-8 bulan
(rata-rata 2-3 bulan). VPH (virus papiloma humanus) masuk ke dalam tubuh
melalui mikrolesi pada kulit, sehingga kondiloma akuminata sering timbul di
daerah yang mudah mengalami trauma pada saat hubungan seksual. Pada pria,
tempat yang sering terkena adalah glans penis, sulkus koronarius, frenulum dan
batang penis, sedang pada wanita adalah fourchette posterior, vestibulum, dll.
3. Patofisiologi
Sel dari lapisan basal epidermis diinvasi oleh HPV.
Hal ini berpenetrasi melalui kulit dan menyebabkan mikro abrasi mukosa. Fase
virus laten dimulai dengan tidak ada tanda atau gejala dan dapat berakhir
hingga bulan dan tahun. Mengikut fase laten, produksi DNA virus, kapsid dan
partikel dimulai. Sel Host menjadi terinfeksi dan timbul atipikal morfologis
koilocytosis dari kondiloma akuminata. Area yang paling sering terkena adalah
penis, vulva, vagina, serviks, perineum dan perineal. Lesi mukosa yang tidak biasa
adalah di oropharynx, larynx, dan trachea telah dilaporkan. HPV-6 bahkan telah
dilaporkan di area lain yang tidak biasa (ekstremitas). Lesi simultan multiple
juga sering dan melibatkan keadaan subklinis sebagaimana anatomi yang
berdifferensiasi dengan baik. Infeksi subklinis telah ditegakkan dalam membawa
keadaan infeksi dan potensi akan onkogenik.
4. Kondiloma
akuminata dibagi dalam 3 bentuk:
a. Bentuk
akuminata
Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab.
Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan berjonjot seperti jari. Beberapa
kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti
kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami
fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu.
b. Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan
keratinisasi sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah
perianal dan perineum. Kelainan berupa papul dengan permukaan yang halus dan
licin, multipel dan tersebar secara diskret.
c. Bentuk datar
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula
atau bahkan sama sekali tidak tampak dengan mata telanjang, dan baru terlihat
setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat
menolong.
5. Gejala
Klinis
a.
Terdapat papul atau tumor
(benjolan), dapat soliter (tunggal) atau multipel (banyak) dengan permukaan
yang verukous atau mirip jengger ayam.
b.
Terkadang penderita mengeluh nyeri.
Jika timbul infeksi sekunder berwarna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan
dan berbau tidak sedap.
c.
Umumnya di daerah lipatan yang
lembab pada genitalia eksterna. Pada pria, misalnya di: perineum dan sekitar
anus, sulkus koronarius, gland penis, muara uretra eksterna, prepusium, korpus
dan pangkal penis. Pada wanita, misalnya di: vulva dan sekitarnya, introitus
vagina, labia mayor, labia minor, terkadang pada porsio uteri.
6. Penegakan
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang dengan:
a.
Tes asam asetat
Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi
yang dicurigai. Dalam beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih
(acetowhite). Perubahan warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih
lama (sekitar 15 menit).
b.
Kolposkopi
Merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian
kebidanan. Pemeriksaan ini terutama berguna untuk melihat lesi kondiloma
akuminata subklinis, dan kadang-kadang dilakukan bersama dengan tes asam
asetat.
c.
Histopatologi
Pada kondiloma akuminata yang eksofitik, pemeriksaan
dengan mikroskop cahaya akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis,
rete ridges yang memanjang dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada
sitoplasma.
7. Diagnosis
Banding
a.
Kondiloma lata atau kondiloma latum
(pada sifilis).
b.
Moluskum kontagiosum.
c.
Veruka vulgaris.
d.
Karsinoma sel skuamos
e.
Rhabdomyolysis
8. Masalah lain
yang dipertimbangkan
a.
Bowen disease
b.
Condyloma lata
c.
Darier disease
d.
Fibroepitheliomas
e.
Hailey-Hailey disease
f.
Neoplasia
g.
Nevi
h.
Pearly penile papules
i.
Squamous cell carcinoma in situ
j.
Vulvar neurofibromatosis
k.
Vulvar vestibular papilla
9. Penatalaksanaan
a.
Tutul (olesi sedikit) dengan
tinctura podofilin 20-25% (ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, karena
dapat terjadi kematian fetus/janin).
b.
Pada wanita hamil, tutul dengan asam
triklorasetat (TCA) 80-90%. Atau digunakan larutan dengan konsentrasi 50%,
dioleskan setiap minggu.
c.
Salep 5-fluorurasil 1-5% diberikan
setiap hari sampai lesi hilang.
d.
Bedah listrik (elektrokauterisasi).
e.
Bedah beku dengan nitrogen cair.
f.
Bedah skalpel.
g.
Laser karbondioksida.
h.
Interferon (suntikan i.m. atau intralesi)
atau topikal (krim).
1)
Interferon alfa diberikan dengan
dosis 4-6 mU i.m. 3 x seminggu selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU i.m.
selama 6 minggu.
2)
Interferon beta diberikan dengan
dosis 2x10 g unit i.m. selama 10 hari berturut-turut.
i.
Pada pria yang tidak dikhitan
(disunat) dapat dilakukan eksisi dan sirkumsisi (khitan).
10. Prognosis
Penyakit ini dapat disembuhkan total, namun kadang –
kadang dapat kambuh setelah pengobatan karena adanya infeksi ulang atau
timbulnya penyakit yang masih laten. Mengingat virus ini juga meningkatkan
resiko terjadinya penyakit kanker serviks [kanker mulut rahim], maka jika
memang seseorang sudah positif terkena kondiloma akuminata sebaiknya dilakukan
test pap smear juga. Test ini juga dianjurkan bagi wanita paling tidak setiap 1
tahun setelah aktif secara seksual.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Herpes Genitali adalah infeksi akut, yang disebabkan
oleh Virus Herpes Simplex (terutama HSV=Herpes Simplex Virus type II), ditandai
dengan timbulnya vesikula pada permukaan
mukosa kulit (mukokutaneus), bergerombol di atas dasar kulit yang berwarna
kemerahan.
Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang
disebabkan oleh bakteri Troponema Pallidum. Penularan melalui kontak seksual,
melalui kontak langsung dan kongenital sifilis (melalui ibu ke anak dalam
uterus). Apabila infeksi pada kehamilan karena tidak melakukan pemeriksaan
antenatal yang adekuat akan mempunyai pengaruh buruk pada janin. Dapat
menyebabkan kematian janin, partus
immaturus, dan partus prematurus, dan dapat juga di dapatkan gejala-gejala
sifilis kongenital.
Kondiloma akuminata merupakan Penyakit Menular Seksual
disebabkan infeksi virus papiloma human (VPH) tipe 6 dan 11.Penyakit ini
ditandai dengan gejala terdapat papul atau tumor (benjolan), dapat soliter
(tunggal) atau multipel (banyak) dengan permukaan yang verukous atau mirip
jengger ayam.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono Prawirohardjo, 2007. Ilmu
Kebidanan, Jakarta. YBPS
Sarwono Prawirohardjo, 1999. Ilmu Kebidanan Edisi Kedua, Jakarta. YBPS
Prof. R. Suleman Sastrawinata, 1981. Obstetri Patologi Bagian Obstetri dan Ginekologi. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung.
Prof. R. Rusram Mochtar, MPH, Sinopsis Obtetri, Penerbit buku kedokteran, EGC
Sarwono Prawirohardjo, 1999. Ilmu Kebidanan Edisi Kedua, Jakarta. YBPS
Prof. R. Suleman Sastrawinata, 1981. Obstetri Patologi Bagian Obstetri dan Ginekologi. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung.
Prof. R. Rusram Mochtar, MPH, Sinopsis Obtetri, Penerbit buku kedokteran, EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar