Sabtu, 14 April 2012

asneo


 Hipotermia

BAB I
PENDAHULUAN
A.        LATAR BELAKANG
Di negara berkembang, termasuk Indonesia, tingginya morbilitas dan mortalitas bayi berat lahir rendah (BBLR) masih menjadi masalah utama. Penyebab utama morbiditas dan mortalitas BBLR di negara berkembang adalah asfiksia, sindrom gangguan napas, infeksi, serta komplikasi hipotermia. Hipotermia dapat menimbulkan penyulit infeksi, gagal ginjal, serangan apnu, dll yang mengakibatkan kematian.
Hipotermia pada neonatus adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh berbagai keadaan, terutama karena tingginya konsumsi oksigen dan penurunan suhu ruangan. Pengaturan suhu tubuh tergantung pada faktor penghasil panas dan pengeluarannya, sedang produksi panas sangat tergantung pada oksidasi biologis dan aktivitas metabolisme dari sel-sel tubuh waktu istirahat. Istilah hipotermia secara umum digambarkan sebagai suhu tubuh kurang dari 35°C. Suhu ruangan dan kelembaban yang lebih tinggi dari keadaan normal perlu dipertahankan, terutama pada bayi prematur. Suhu tubuh yang dipertahankan sebesar 36° - 36,2°C yang didapatkan dari mempertahankan suhu lingkungan antara 32° - 34°C pada bayi prematur, dapat mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Suhu normal pada neonatus adalah 36,5° – 37° C.
B.   TUJUAN
Adapun tujuan yang termuat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.  Memberi pengetahuan pada pembaca
2.  Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Hipotermi dan bagaimana cara mengatasinya pada bayi baru lahir.
BAB II
KAJIAN TEORI
C.        PENGERTIAN
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah 36°C (Dep.Kes. RI, 1994).
Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian  bayi baru lahir, terutama dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg. Akibat dari hipotermia adalah bayi akan mengalami stres dingin “cold stred”. Hipotermia terjadi apabila suhu < 36°C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin (Sarwono Prawirohardjo : 2002).
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5 - 37,5 °C. Suhu normal pada neonatus 36,5 - 37,5°C (suhu ketiak). Gejala awal hipotermi apabila suhu <36°C atau kedua kaki & tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36°C). Disebut hipotermi berat bila suhu <32°C, diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25°C.
Hipotermia menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya metoblis anerobik, meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia dan berlanjut dengan kematian (Saifudin, 2002).
(Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, 2001). Disamping sebagai suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.(Indarso, F, 2001).
Menurut Sandra M.T. (1997) bahwa hipotermi yaitu kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35°C.
Klasifikasi suhu tubuh bayi :
Suhu normal          : 36,5° - 37,5° C
Hipotermi ringan   : 36° - < 36,5° C
Hipotermi sedang  : 35° - 36° C
Hipotermu berat     : < 35° C
Bayi-bayi yang sangat rawan terhadap hipotermi yaitu :
a.  bayi kurang bulan / prematur
b.  bayi berat lahir rendah
c.    bayi sakit

D.        ETIOLOGI

1.  Terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
a.  Jaringan lemak subkutan tipis.
b.  Pertolongan dan perawatan yang tidak tepat segera setelah lahir, seperti:
1)  Terlalu cepat memandikan bayi (khususnya bayi resiko).
2)  Terlambat membungkus bayi.
3)  Dipisahkannya bayi dari ibu segera setelah lahir.
c.   Suhu kamar bersalin dan kamar bayi rendah.
d.  Bayi kurang bulan/ bayi baru lahir rendah.
e.  Asfiksia/hipoksia resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan pernafasan, hipoglikemia perdarahan intra kranial.(DepKes RI, 1992)
f.    Rujukan bayi yang tidak mempertahankan kehangatan bayi.
g.  Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
h.  Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
i.    BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan. (Indarso, F, 2001).
j.    Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi. ( Klaus, M.H et al, 1998).

2.  Faktor Pencetus
Faktor pencetus terjadinya hipotermia :
a.  Faktor lingkungan
b.  Syok
c.   Infeksi
d.  Gangguan endokrin metabolik
e.  Kurang gizi, energi protein (KKP)
f.    Obat – obatan
g.  Aneka cuaca (DepKes RI, 1992)

3.  Hipotermia dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, antara lain:
a.     Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan dingin, basah, atau bayi yang telanjang (cold linen) selama perjalanan dan beberapa keadaan seperti mandi, pengambilan sampel darah, pemberian infus, serta pembedahan. Juga peningkatan aliran udara dan penguapan.
b.     Ketidaksanggupan menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang relatif luas, kurang lemak, ketidaksanggupan mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar pada BBLR.

4.  Mekanisme Kehilangan Panas Pada Bayi Baru Lahir
Begitu proses kelahiran terjadi bayi pindah dari kehidupan intra uterin ke ektra uterin, bayi baru lahir yang basah akan kehilangan panas. Kehilangan suhu badan mengalami penurunan suhu tubuh sebanyak 2 - 4 panas badan terutama terjadi dalam 10 – 20 menit setelah lahir.
Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna, untuk itu diperlukan pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena bayi dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermia sangat beresiko tinggi mengalami kesakitan berat bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun didalam ruangan yang relative hangat.
Menurut buku Maternal and Neonatal Nursing, 1994, hilangnya panas pada bayi baru lahir melalui empat cara yaitu :
1.  Radiasi
Radiasi yaitu Kehilangan panas badan bayi melalui pemancaran/radiasi dari tubuh bayi ke lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin dan obyek yang tidak berhubungan langsung dengan bayi.
Contoh :
a.  Udara dingin pada dinding luar dan jendela
b.  Penyekat tempat tidur bayi yang dingin
2.  Evaporasi
Evaporasi yaitu Kehilangan panas badan melalui penguapan dari kulit tubuh yang basah ke udara, karena bayi baru lahir diselimuti oleh air/cairan ketuban/amnion. Proses evaporasi dapat dicegah apabila BBL segera dikeringkan setelah lahir.
Contoh :
a.    Bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari cairan ketuban.
b.    Selimut atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.


3.  Konduksi
Konduksi yaitu Kehilangan panas badan melalui kontak langsung antara kulit bayi dengan benda atau permukaan dimana bayi diletakkan dengan suhu yang lebih dingin
Pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin.
Contoh :
a.  Tangan perawat yang dingin
b.  Tempat tidur, selimut, stetoskop yang dingin
4.  Konveksi
Konveksi yaitu Hilangnya panas pada bayi yang terjadi karena aliran udara yang dingin menyentuk kulit bayi. Hal tersebut terjadi karena aliran udara sekeliling bayi yang dingin.
Contoh :
a.    Bayi diletakan didekat pintu atau jendela yang terbuka
b.    Aliran udara dari pipa AC.

E.        KLASIFIKASI

Berdasarkan kejadiannya Hipotermi dibagi menjadi 4 yaitu :

1.  Hipotermia sepintas
Yaitu penurunan suhu tubuh 1-2°C sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4--8 jam, bila suhu lingkungan diatur sebaik-baiknya.
Hipotermia sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia, resusitasi yang lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir), dan pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin.
2.  Hipotermia akut
Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6--12 jam. Terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin, inkubator yang tidak cukup panas, kelalaian dari dokter, bidan, dan perawat terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya ialah lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapinya ialah dengan segera memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.
3.  Hipoterroia sekunder
Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi tukar, penyakit jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan mengobati penyebabnya, misalnya dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya. Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat tranfusi tukar harus dilakukan beberapa kali karena hipotermia harus diketahui secepatnya. Bila suhu sekitar 32oC, tranfusi tukar harus dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh menjadi normal kembali.
4.  Cold injury
Yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin (lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin, oliguria, suhu berkisar antara 29,5--35pC, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis. Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan. Pengobatannya ialah dengan memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotik, pemberian larutan glukosa 10%, dan kortikosteroid.

F.        PATOFISIOLOGI
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur panas di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu mencapai brown fat memacu pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol dan asam lemak. Blood gliserol level meningkat, tetapi asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah brown fat menjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran darah. Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat. Methabolic thermogenesis yang efektif memerlukan integritas dari sistem syaraf sentral, kecukupan dari brown fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen.
G.        MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis tergantung pada keparahan dan pengaruh suhu terhadap tubuh. Transient respirasi distress bisa terlihat pada waktu di kamar bersalin. Stern (1980) memperlihatkan adanya peningkatan risiko Kern icterus pada bayi kecil yang preterm.
1.  Gejala hipotermia pada bayi baru lahir :
a.  Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
b.  Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
c.   Timbul sklerema
Kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan.
d.  Muka bayi berwarna merah terang
e.  Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.
f.    Bayi tidak mau minum / menetek
g.  Bayi tampak lesu atau mengantuk
h.  Tubuh bayi teraba dingin

2.  Tanda – tanda hipotermia sedang :
a.  Aktifitas berkurang, letargis
b.  Tangisan lemah
c.   Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata)
d.  Kemampuan menghisap lemah
e.  Kaki teraba dingin
f.    Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin

3.  Tanda – tanda hipotermia berat
a.  Aktifitas berkurang, letargis
b.  Bibir dan kuku kebiruan
c.   Pernafasan lambat
d.  Pernafasan tidak teratur
e.  Bunyi jantung lambat
f.    Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik
g.  Resiko untuk kematian bayi

4.  Tanda – tanda stadium lanjut hipotermia
a.  Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
b.  Bagian tubuh lainnya pucat
c.   Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema) (Saifudin, 2002)

H.        KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat hipotermi yaitu :
a.  hipoglikemia karena kekurangan cadangan glikogen.
b.  Asidosis metabolik disebabkan vasokonstriksi perifer dengan metabolisme anaerobik dan asidosis.
c.   Hipoksia dengan kebutuhan oksigen yang meningkat, gangguan pembekuan, dan perdarahan pulmonal dapat menyertai hipotermia berat.
d.  Schok dengan akibat penurunan tekanan arteri sistemik, penurunan volume plasma, dan penurunan cardiac output. Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
e.  Apnea.
f.    Perdarahan Intra Ventricular. (Indarso, F, 2001).
Pencegahan dan Penanganan Hipotermi Pemberian panas yang mendadak, berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada bayi < 1000 gram penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001).
Alat-alat Inkubator Untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya dapat tahan terhadap suhu lingkungan 30°C.
Radiant Warner Adalah alat yang digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non servo controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).



I.          PENANGANAN
Untuk mencegah komplikasi hipotermia, pemanasan terhadap bayi harus segera dilakukan. Pemanasan yang terlalu cepat harus dihindarkan, karena dapat menyebabkan apnea. Penyebab hilangnya panas harus segera dihentikan, suhu harus terus dimonitor, dan investigasi terhadap penyebab-penyebab patologi atau iatrogenik harus diperiksa. Jika hipotermianya ringan, dilakukan pemanasan yang perlahan-lahan. Panas yang diberikan lebih tinggi sedikit dari panas kulit dan perlahan-lahan dinaikkan hingga dicapai suhu yang kira-kira sama dengan suhu ruangan yang normal. Suhu kulit, aksila, dan ruangan harus diukur setiap 30 menit selama masa pemanasan.
Dianjurkan untuk menaikkan panas satu derajat tiap satu jam, kecuali jika berat badan bayi yang kurang dari 1200 gram, usia kehamilan kurang dari 28 minggu, atau suhunya kurang dari 32°C, dan bayi dapat dipanaskan lebih perlahan-lahan (rata-rata tidak lebih dari 0,6°C tiap jam).

Peralatan yang dipakai untuk mengatasi hipotermia:
a.  Closed incubator
Biasanya digunakan untuk bayi yang mempunyai berat kurang dari 1800 gram.
Kerugian pemakaian alat ini :
1.  sulit untuk mengamati dan melakukan tindakan terhadap bayi.
2.  Perubahan suhu yang berhubungan dengan sepsis bisa kabur karena alat ini.
3.  Bayi dikeluarkan dari inkubator bila suhu tubuh dapat bertahan pada suhu lingkungan lebih dari 30°C (biasanya sewaktu tubuh telah mencapai kira-kira 1800 gram).

4.  Inkubator ini biasanya memakai alat-alat berikut:
w    Pengatur suhu sendiri, yang ditaruh di atas perut bayi. Bila suhu tubuh bayi turun, panas akan dihasilkan sesuai target dan alat akan mati secara otomatis. Kerugiannya adalah bila sensornya lepas atau rusak dapat terjadi panas yang berlebihan.
w    Air temperatur control device.
b.  Radiant warmer
Khusus dipakai pada bayi yang tidak stabil atau yang sedang mengalami pemeriksaan. Temperatur dapat diatur dengan memakai skin probe atau manual mode.

Pengaturan panas terhadap bayi berat badan sangat rendah (<1000 gr)
1.  Radiant warmer
a.  Gunakan pengatur suhu sendiri dengan set temperatur kulit perut 37oC.
b.  Tutup kepala dengan cap.
c.   Pergunakan pelindung panas. Humidity level di bawah pelindung panas seharusnya 40--50%.
d.  Tempatkan pembungkus yang terbuat dari plastik di atas bayi.
e.  Pergunakan pembungkus kasur warna hitam untuk menyerap panas.
f.    Pertahankan suhu udara yang terhirup 34--35oC.
g.  Tempatkan matras pemanas (K-pad) di bawah bayi yang suhunya telah disesuaikan sekitar 35--38oC. Untuk mempertahankan proteksi, panas diatur sekitar 35--38oC. Jika bayi hipotermi, dapat dinaikkan menjadi 37--38oC. Jika bayi tidak dapat distabilkan, pidahkan bayi ke inkubator tertutup.
2.  Closed incubator
a.  Gunakan servokontrol dengan set suhu pada kulit perut 36,5oC.
b.  Pergunakan inkubator yang mempunyai dinding dua lapis jika mungkin.
c.   Tutup kepala dengan cap.
d.  Pertahankan humidity level pada 40--50% atau lebih tinggi.
e.  Pertahankan suhu ventilator pada 34--35oC atau lebih tinggi.
f.    Lapisi inkubator dengan alumunium bila diperlukan.
g.  Tempatkan matres pemanas (K-pad) di bawah bayi yang telah disesuaikan suhunya 35--36oC. Untuk proteksi, panas dapat diatur antara 35--36oC. Untuk bayi hipotermi, dapat dibuat 37--38oC.
h.  Letakkan pembungkus yang terbuat dari plastik di atas bayi.
i.    Jika suhu tubuh sulit dipertahankan, coba dengan meningkatkan humidity level.
Pada penanganan neonatal cold injury, di samping pemberian kehangatan yang bertahap juga koreksi gangguan metabolisme, terutama hipoglikemia.
Pengelolaan Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa pengelolaan bayi hipotermi :
1.  Pengelolaan Bayi cukup bulan yang normal (> 2500 gram):
w    Letakkan BBL pada Radiant Warner setelah lahir.
w    Keringkan seluruh tubuh untuk mencegah kehilangan panas  melalui evaporasi.
w    Tutup kepala dengan cap.
w    Bungkus tubuh bayi segera dengan selimut, masukkan dalam tempat tdur bayi.
w    Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin setelah lahir bayi dapat disusukan.
2.  Pengelolaan Bayi cukup bulan yang sakit :
w    Seperti prosedur di atas.
w    Tetap letakkan pada radiant warmer sampai stabil. Bayi kurang bulan (prematur)
w    Seperti prosedur di atas.
w    Masukkan ke inkubator dengan servo controle atau radiant warner dengan servo controle.

3.  Pengelolaan Bayi yang sangat kecil/ bayi prematur (1000-2500 gr):
w    Dengan radiant warner yang diatur dimana suhu kulit 36,5 °C.
w    Tutup kepala. ­Kelembaban 40-50%. ­Dapat diberi plastik pada radiant warner. ­Dengan servo controle suhu kulit abdomen 36, 5°C. ­Dengan dinding double.
w    Untuk berat bayi 1800-2500 gr
Tanpa masalah medis, digunakan tempat tidur bayi, cap, dan selimut biasanya sudah cukup. Juga dapat digunakan cara skin-to-skin (kangaroo).
w    Untuk bayi 1000-1800 gr
Untuk bayi yang sehat seharusnya ditempatkan di inkubator tertutup dengan pengatur suhu sendiri. Sedangkan untuk bayi yang sakit ditempatkan di bawah radiant warmer dengan pengatur suhu sendiri.
Menangani Hipotermi
1.  Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
2.  Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat.
3.  Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukan berulangkali sampai tubuh bayi hangat. Tidak boleh memakai buli-buli panas, bahaya luka bakar.
4.  Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi tidak dapat menghisap beri infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.
5.  Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan bayi dikarenakan :
a.  Pada bayi lahir sehat yaitu cukup bulan, berat < 2500 gram, langsung menangis kuat, memandikan bayi ditunda 24 jam setelah kelahiran. Pada saat memandikan bayi, gunakan air hangat.
b.  Pada bayi lahir dengan resiko, keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan berat lahir 2000 gram sebaiknya jangan dimandikan. Tunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.

Pencegahan Hipotermi
7 Rantai Hangat yaitu :
1.  Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat,kering,bersih dan penerangan cukup
2.  Mengeringkan tubuh bayi segera ssetelah lahir dengan handuk kering dan bersih.
3.  Menjaga bayi tetap hangat dengan mendekap bayi di dada
ibunya dan keduanya di selimuti.
4.  Memberi ASI sedini mungkin (30 menit setelah melahirkan)
5.  Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan.
6.  Memberi perawatan bayia baru lahir secara memadai.
7.  Melatih semua orang yang terlibatdalam pertolongan persalinan dan perawatan bayi baru lahir.




J.         PENATALAKSANAAN NEONATUS RESIKO TINGGI
Mempertahankan Suhu Tubuh Untuk Mencegah Hipotermi Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dalam mencegah hipotermi adalah :
1.  Mengeringkan bayi segera setelah lahir Cara ini merupakan salah satu dari 7 rantai hangat.
2.  Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih.
3.  Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah lahir dengan handuk yang kering dan bersih.
4.  Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan keduanya diselimuti (Metode Kangguru)
5.  Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang pooting reflex dan bayi memperoleh kalori dengan : -Menyusui bayi. -Pada bayi kurang bulan yang belum bisa menetek ASI diberikan dengan sendok atau pipet. -Selama memberikan ASI bayi dalam dekapan ibu agar tetap hangat.
6.  Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu rujukan.
7.  Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri.
8.  Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. Menunda memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh normal
Tindakan Pada Hipotermia
Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti inkubaator gunakan sesuai ketentuan. Apabila tidak tersedia inkubator cara ilmiah adalah menggunakan metode kanguru cara lainnya adalah dengan penyinaran lampu.
1.  Hipotermia Sedang
a.  Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dapat hangat
b.  Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan bayi berada dalam satu selimut atau kain hangaat yang diserterika terlebih dahulu. Bila selimut atau kain mulai mendingin, segera ganti dengan selimut / kain yang hangat.
c.   Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan selimut / kain yang hangat.

Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara :
a)      Memberi tutup kepala / topi bayi
b) Mengganti kain / popok bayi yang basah dengan yang kering dan hangat

2.  Hipotermi Berat
a.  Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dan hangat
b.  Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru, bila perlu ibu dan bayi berada dalam satu selimut atau kain hangat
c.   Bila selimut atau kain mulai mendingin. Segera ganti dengan selimut atau lainnya hangat ulangi sampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi
d.  Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara :
1)  Memberi tutup kepala / topi kepala
2)  Mengganti kain / pakaian / popok yang basah dengan yang kering atau hangat
e.  Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia. Karena itu ASI sedini mungkin dapat lebih sering selama bayi menginginkan. Bila terlalu lemah hingga tidak dapat atau tidak kuat menghisap ASI. Beri ASI dengan menggunakan NGT. Bila tidak tersedia alat NGT. Beri infus dextrose 10% sebanyak 60 –80 ml/kg/liter
f.    Segera rujuk di RS terdekat
(Dep.Kes. RI, 1994).
BAB III
PENUTUP

A.        KESIMPULAN

Mengingat hipotermia pada neonatus dapat mengancam kelangsungan hidup, terutama pada bayi-bayi BBLR, maka sedini mungkin harus diperhatikan semua hal-hal yang dapat menyebabkan hipotermia dan gejala-gejala dini yang timbul. Penanganan dapat dilakukan dari yang paling sederhana (membalut dengan kain) sampai dengan peralatan yang lebih sempurna
Cara terbaik mencegah hipotermi adalah mempertahankan tubuh bayi tetap hangat melalui metode ”kanguru” dan memenuhi kebutuhan kalorinya dengan memberi ASI sedini mungkin (30 menit setelah bayi lahir).
Pencegahan hipotermi sangat mudah dan dapat dikerjakan dimana saja, kapan saja, oleh siapa saja yang terlibat dalam persalinan dan perawatan bayi.
Penanganan hipotermi lebih sulit dibandingkan pencagahannya karena bila bayi mengalami hipotermi berarti keadaannya sangat berbahaya dengan risiko sakit dan mati meningkat.

B.   SARAN

1.  Mengeringkan bayi segera mungkin dan menutup bayi dengan selimut atau topi biar hangat.
2.  Meletakkan bayi didekat ibu.
3.  Memastikan ruang bayi yang terbaring cukup hangat.



DAFTAR PUSTAKA

http://endah-satriani.blogspot.com/2011/07/hipotermi-pada-neonatus.html
Sumber : koleksi Mediague.wordpress.com
dikumpulkan oleh RW.Hapsari

Tidak ada komentar: