Hipotermia
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Di negara berkembang, termasuk Indonesia, tingginya
morbilitas dan mortalitas bayi berat lahir rendah (BBLR) masih menjadi masalah
utama. Penyebab utama morbiditas dan mortalitas BBLR di negara berkembang
adalah asfiksia, sindrom gangguan napas, infeksi, serta komplikasi hipotermia.
Hipotermia dapat menimbulkan penyulit infeksi, gagal ginjal, serangan apnu, dll
yang mengakibatkan kematian.
Hipotermia pada neonatus adalah suatu keadaan dimana
terjadi penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh berbagai keadaan, terutama
karena tingginya konsumsi oksigen dan penurunan suhu ruangan. Pengaturan suhu
tubuh tergantung pada faktor penghasil panas dan pengeluarannya, sedang
produksi panas sangat tergantung pada oksidasi biologis dan aktivitas
metabolisme dari sel-sel tubuh waktu istirahat. Istilah hipotermia secara umum
digambarkan sebagai suhu tubuh kurang dari 35°C. Suhu ruangan dan kelembaban
yang lebih tinggi dari keadaan normal perlu dipertahankan, terutama pada bayi
prematur. Suhu tubuh yang dipertahankan sebesar 36° - 36,2°C yang didapatkan
dari mempertahankan suhu lingkungan antara 32° - 34°C pada bayi prematur, dapat
mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Suhu normal pada neonatus adalah 36,5°
– 37° C.
B. TUJUAN
Adapun
tujuan yang termuat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memberi
pengetahuan pada pembaca
2. Menjelaskan
apa yang dimaksud dengan Hipotermi dan bagaimana cara mengatasinya pada bayi
baru lahir.
BAB II
KAJIAN TEORI
C.
PENGERTIAN
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh
di bawah 36°C (Dep.Kes. RI, 1994).
Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari
kematian bayi baru lahir, terutama
dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg. Akibat dari hipotermia adalah bayi akan
mengalami stres dingin “cold stred”. Hipotermia terjadi apabila suhu < 36°C
atau kedua kaki dan tangan teraba dingin (Sarwono Prawirohardjo : 2002).
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah
normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5 - 37,5 °C. Suhu normal pada
neonatus 36,5 - 37,5°C (suhu ketiak). Gejala awal hipotermi apabila suhu
<36°C atau kedua kaki & tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi
terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36°C).
Disebut hipotermi berat bila suhu <32°C, diperlukan termometer ukuran rendah
(low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25°C.
Hipotermia menyebabkan terjadinya
penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya metoblis anerobik,
meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia dan berlanjut dengan
kematian (Saifudin, 2002).
(Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, 2001).
Disamping sebagai suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit yang berakhir
dengan kematian.(Indarso, F, 2001).
Menurut Sandra M.T. (1997) bahwa hipotermi yaitu
kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35°C.
Klasifikasi
suhu tubuh bayi :
Suhu
normal : 36,5° -
37,5° C
Hipotermi
ringan : 36°
- < 36,5° C
Hipotermi
sedang : 35° -
36° C
Hipotermu
berat : < 35°
C
Bayi-bayi
yang sangat rawan terhadap hipotermi yaitu :
a. bayi kurang
bulan / prematur
b. bayi berat
lahir rendah
c. bayi sakit
D.
ETIOLOGI
1. Terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
a. Jaringan
lemak subkutan tipis.
b. Pertolongan
dan perawatan yang tidak tepat segera setelah lahir, seperti:
1) Terlalu
cepat memandikan bayi (khususnya bayi resiko).
2) Terlambat
membungkus bayi.
3) Dipisahkannya
bayi dari ibu segera setelah lahir.
c. Suhu kamar
bersalin dan kamar bayi rendah.
d. Bayi kurang
bulan/ bayi baru lahir rendah.
e. Asfiksia/hipoksia
resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan pernafasan, hipoglikemia
perdarahan intra kranial.(DepKes RI, 1992)
f. Rujukan bayi
yang tidak mempertahankan kehangatan bayi.
g. Perbandingan
luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
h. Cadangan
glikogen dan brown fat sedikit.
i. BBL (Bayi
Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi
kedinginan. (Indarso, F, 2001).
j. Kurangnya
pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami
hipotermi. ( Klaus, M.H et al, 1998).
2. Faktor
Pencetus
Faktor pencetus terjadinya hipotermia :
a. Faktor
lingkungan
b. Syok
c. Infeksi
d. Gangguan
endokrin metabolik
e. Kurang gizi,
energi protein (KKP)
f. Obat –
obatan
g. Aneka cuaca
(DepKes RI, 1992)
3. Hipotermia dapat disebabkan oleh beberapa keadaan,
antara lain:
a. Keadaan yang
menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan dingin, basah,
atau bayi yang telanjang (cold linen) selama perjalanan dan beberapa
keadaan seperti mandi, pengambilan sampel darah, pemberian infus, serta
pembedahan. Juga peningkatan aliran udara dan penguapan.
b. Ketidaksanggupan
menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang relatif luas, kurang lemak,
ketidaksanggupan mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh
dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar
pada BBLR.
4. Mekanisme
Kehilangan Panas Pada Bayi Baru Lahir
Begitu proses kelahiran terjadi bayi pindah dari
kehidupan intra uterin ke ektra uterin, bayi baru lahir yang basah akan
kehilangan panas. Kehilangan
suhu badan mengalami penurunan suhu tubuh sebanyak 2 - 4 panas badan terutama
terjadi dalam 10 – 20 menit setelah lahir.
Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada bayi baru
lahir belum berfungsi sempurna, untuk itu diperlukan pencegahan kehilangan
panas pada tubuh bayi karena bayi dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan
hipotermia sangat beresiko tinggi mengalami kesakitan berat bahkan kematian.
Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak
segera dikeringkan dan diselimuti walaupun didalam ruangan yang relative hangat.
Menurut buku Maternal and Neonatal Nursing, 1994,
hilangnya panas pada bayi baru lahir melalui empat cara yaitu :
1. Radiasi
Radiasi
yaitu Kehilangan panas badan bayi melalui pemancaran/radiasi dari tubuh bayi ke
lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin dan obyek yang tidak berhubungan
langsung dengan bayi.
Contoh :
a. Udara dingin
pada dinding luar dan jendela
b. Penyekat
tempat tidur bayi yang dingin
2. Evaporasi
Evaporasi
yaitu Kehilangan panas badan melalui penguapan dari kulit tubuh yang basah ke
udara, karena bayi baru lahir diselimuti oleh air/cairan ketuban/amnion. Proses
evaporasi dapat dicegah apabila BBL segera dikeringkan setelah lahir.
Contoh :
a. Bayi lahir
tidak langsung dikeringkan dari cairan ketuban.
b. Selimut atau
popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.
3. Konduksi
Konduksi
yaitu Kehilangan panas badan melalui kontak langsung antara kulit bayi dengan
benda atau permukaan dimana bayi diletakkan dengan suhu yang lebih dingin
Pernyataan
tersebut dapat dijelaskan bahwa pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi
langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin.
Contoh :
a. Tangan
perawat yang dingin
b. Tempat
tidur, selimut, stetoskop yang dingin
4. Konveksi
Konveksi
yaitu Hilangnya panas pada bayi yang terjadi karena aliran udara yang dingin
menyentuk kulit bayi. Hal tersebut terjadi karena aliran udara sekeliling bayi yang
dingin.
Contoh :
a.
Bayi diletakan didekat pintu atau jendela yang terbuka
b.
Aliran udara dari pipa AC.
E.
KLASIFIKASI
Berdasarkan kejadiannya Hipotermi dibagi menjadi 4
yaitu :
1. Hipotermia sepintas
Yaitu penurunan suhu tubuh 1-2°C sesudah lahir. Suhu
tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4--8 jam, bila suhu lingkungan
diatur sebaik-baiknya.
Hipotermia sepintas ini terdapat pada bayi dengan
BBLR, hipoksia, resusitasi yang lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bila
bayi tidak segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat dimandikan (kurang
dari 4 jam sesudah lahir), dan pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin.
2. Hipotermia
akut
Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin
selama 6--12 jam. Terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang
dingin, inkubator yang tidak cukup panas, kelalaian dari dokter, bidan, dan
perawat terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi
ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya ialah lemah, gelisah, pernapasan dan
bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapinya ialah dengan segera
memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut kebutuhan
bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.
3. Hipoterroia
sekunder
Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu
lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan
pernapasan dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi
tukar, penyakit jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan BBLR serta
hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan mengobati penyebabnya, misalnya dengan
pemberian antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya. Pemeriksaan
suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat tranfusi tukar harus dilakukan
beberapa kali karena hipotermia harus diketahui secepatnya. Bila suhu sekitar
32oC, tranfusi tukar harus dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh
menjadi normal kembali.
4. Cold injury
Yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam
ruangan dingin (lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum,
badan dingin, oliguria, suhu berkisar antara 29,5--35pC, tak banyak bergerak,
edema, serta kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam
keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis. Bayi seperti ini sering mengalami
komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan. Pengobatannya ialah dengan
memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotik, pemberian larutan glukosa 10%, dan
kortikosteroid.
F.
PATOFISIOLOGI
Sewaktu
kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur
panas di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu mencapai brown
fat memacu pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi
menjadi gliserol dan asam lemak. Blood gliserol level meningkat, tetapi
asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah brown
fat menjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh
melalui aliran darah. Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen
tambahan dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap
hangat. Methabolic thermogenesis yang efektif memerlukan integritas dari
sistem syaraf sentral, kecukupan dari brown fat, dan tersedianya glukosa
serta oksigen.
G.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi
klinis tergantung pada keparahan dan pengaruh suhu terhadap tubuh. Transient respirasi distress bisa
terlihat pada waktu di kamar bersalin. Stern (1980) memperlihatkan adanya
peningkatan risiko Kern icterus pada bayi kecil yang preterm.
1. Gejala
hipotermia pada bayi baru lahir :
a. Sejalan
dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus,
tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
b. Pernapasan
megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
c. Timbul
sklerema
Kulit
mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan.
d. Muka bayi
berwarna merah terang
e. Hipotermia
menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan
kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan
kematian.
f. Bayi tidak
mau minum / menetek
g. Bayi tampak
lesu atau mengantuk
h. Tubuh bayi
teraba dingin
2. Tanda –
tanda hipotermia sedang :
a. Aktifitas
berkurang, letargis
b. Tangisan
lemah
c. Kulit
berwarna tidak rata (cutis malviorata)
d. Kemampuan
menghisap lemah
e. Kaki teraba
dingin
f. Jika
hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin
3. Tanda –
tanda hipotermia berat
a. Aktifitas
berkurang, letargis
b. Bibir dan
kuku kebiruan
c. Pernafasan
lambat
d. Pernafasan
tidak teratur
e. Bunyi
jantung lambat
f. Selanjutnya
mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik
g. Resiko untuk
kematian bayi
4. Tanda –
tanda stadium lanjut hipotermia
a. Muka, ujung
kaki dan tangan berwarna merah terang
b. Bagian tubuh
lainnya pucat
c. Kulit
mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan
(sklerema) (Saifudin, 2002)
H.
KOMPLIKASI
Beberapa
komplikasi yang dapat timbul akibat hipotermi yaitu :
a. hipoglikemia
karena kekurangan cadangan glikogen.
b. Asidosis
metabolik disebabkan vasokonstriksi perifer dengan metabolisme anaerobik dan
asidosis.
c. Hipoksia
dengan kebutuhan oksigen yang meningkat, gangguan pembekuan, dan perdarahan
pulmonal dapat menyertai hipotermia berat.
d. Schok dengan
akibat penurunan tekanan arteri sistemik, penurunan volume plasma, dan
penurunan cardiac output. Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan
terganggu.
e. Apnea.
f. Perdarahan
Intra Ventricular. (Indarso, F, 2001).
Pencegahan dan Penanganan Hipotermi Pemberian panas
yang mendadak, berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga direkomendasikan
penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada bayi < 1000 gram penghangatan maksimal
0,6 °C). (Indarso, F, 2001).
Alat-alat Inkubator Untuk bayi < 1000 gram,
sebaiknya diletakkan dalam inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari
inkubator apabila tubuhnya dapat tahan terhadap suhu lingkungan 30°C.
Radiant Warner Adalah alat yang digunakan untuk bayi
yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat menggunakan servo
controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non servo controle (dengan
mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).
I.
PENANGANAN
Untuk mencegah komplikasi hipotermia, pemanasan
terhadap bayi harus segera dilakukan. Pemanasan yang terlalu cepat harus
dihindarkan, karena dapat menyebabkan apnea. Penyebab hilangnya panas harus
segera dihentikan, suhu harus terus dimonitor, dan investigasi terhadap
penyebab-penyebab patologi atau iatrogenik harus diperiksa. Jika hipotermianya
ringan, dilakukan pemanasan yang perlahan-lahan. Panas yang diberikan lebih
tinggi sedikit dari panas kulit dan perlahan-lahan dinaikkan hingga dicapai
suhu yang kira-kira sama dengan suhu ruangan yang normal. Suhu kulit, aksila,
dan ruangan harus diukur setiap 30 menit selama masa pemanasan.
Dianjurkan untuk menaikkan panas satu derajat tiap
satu jam, kecuali jika berat badan bayi yang kurang dari 1200 gram, usia kehamilan
kurang dari 28 minggu, atau suhunya kurang dari 32°C, dan bayi dapat dipanaskan
lebih perlahan-lahan (rata-rata tidak lebih dari 0,6°C tiap jam).
Peralatan yang dipakai untuk mengatasi hipotermia:
a. Closed incubator
Biasanya
digunakan untuk bayi yang mempunyai berat kurang dari 1800 gram.
Kerugian
pemakaian alat ini :
1. sulit untuk
mengamati dan melakukan tindakan terhadap bayi.
2. Perubahan
suhu yang berhubungan dengan sepsis bisa kabur karena alat ini.
3. Bayi
dikeluarkan dari inkubator bila suhu tubuh dapat bertahan pada suhu lingkungan
lebih dari 30°C (biasanya sewaktu tubuh telah mencapai kira-kira 1800 gram).
4. Inkubator
ini biasanya memakai alat-alat berikut:
w
Pengatur suhu sendiri, yang ditaruh di atas perut
bayi. Bila suhu tubuh bayi turun, panas akan dihasilkan sesuai target dan alat
akan mati secara otomatis. Kerugiannya adalah bila sensornya lepas atau rusak
dapat terjadi panas yang berlebihan.
w
Air temperatur control device.
b. Radiant warmer
Khusus dipakai pada bayi yang tidak stabil atau yang
sedang mengalami pemeriksaan. Temperatur dapat diatur dengan memakai skin
probe atau manual mode.
Pengaturan panas terhadap bayi berat badan sangat
rendah (<1000 gr)
1. Radiant warmer
a. Gunakan
pengatur suhu sendiri dengan set temperatur kulit perut 37oC.
b. Tutup kepala
dengan cap.
c. Pergunakan
pelindung panas. Humidity level di bawah pelindung panas seharusnya
40--50%.
d. Tempatkan
pembungkus yang terbuat dari plastik di atas bayi.
e. Pergunakan
pembungkus kasur warna hitam untuk menyerap panas.
f. Pertahankan
suhu udara yang terhirup 34--35oC.
g. Tempatkan
matras pemanas (K-pad) di bawah bayi yang suhunya telah disesuaikan sekitar
35--38oC. Untuk mempertahankan proteksi, panas diatur sekitar 35--38oC. Jika
bayi hipotermi, dapat dinaikkan menjadi 37--38oC. Jika bayi tidak dapat
distabilkan, pidahkan bayi ke inkubator tertutup.
2. Closed incubator
a. Gunakan
servokontrol dengan set suhu pada kulit perut 36,5oC.
b. Pergunakan
inkubator yang mempunyai dinding dua lapis jika mungkin.
c. Tutup kepala
dengan cap.
d. Pertahankan humidity
level pada 40--50% atau lebih tinggi.
e. Pertahankan
suhu ventilator pada 34--35oC atau lebih tinggi.
f. Lapisi
inkubator dengan alumunium bila diperlukan.
g. Tempatkan
matres pemanas (K-pad) di bawah bayi yang telah disesuaikan suhunya 35--36oC.
Untuk proteksi, panas dapat diatur antara 35--36oC. Untuk bayi hipotermi, dapat
dibuat 37--38oC.
h. Letakkan
pembungkus yang terbuat dari plastik di atas bayi.
i. Jika suhu
tubuh sulit dipertahankan, coba dengan meningkatkan humidity level.
Pada
penanganan neonatal cold injury, di samping pemberian kehangatan yang
bertahap juga koreksi gangguan metabolisme, terutama hipoglikemia.
Pengelolaan Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa
pengelolaan bayi hipotermi :
1. Pengelolaan
Bayi cukup bulan yang normal (> 2500 gram):
w
Letakkan BBL pada Radiant Warner setelah lahir.
w
Keringkan seluruh tubuh untuk mencegah kehilangan
panas melalui evaporasi.
w
Tutup kepala dengan cap.
w
Bungkus tubuh bayi segera dengan selimut, masukkan
dalam tempat tdur bayi.
w
Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin
setelah lahir bayi dapat disusukan.
2. Pengelolaan
Bayi cukup bulan yang sakit :
w
Seperti prosedur di atas.
w
Tetap letakkan pada radiant warmer sampai stabil. Bayi
kurang bulan (prematur)
w
Seperti prosedur di atas.
w
Masukkan ke inkubator dengan servo controle atau
radiant warner dengan servo controle.
3. Pengelolaan
Bayi yang sangat kecil/ bayi prematur (1000-2500 gr):
w
Dengan radiant warner yang diatur dimana suhu kulit
36,5 °C.
w
Tutup kepala. Kelembaban 40-50%. Dapat diberi
plastik pada radiant warner. Dengan servo controle suhu kulit abdomen 36, 5°C.
Dengan dinding double.
w
Untuk berat bayi 1800-2500 gr
Tanpa
masalah medis, digunakan tempat tidur bayi, cap, dan selimut biasanya sudah
cukup. Juga dapat digunakan cara skin-to-skin (kangaroo).
w
Untuk bayi 1000-1800 gr
Untuk bayi
yang sehat seharusnya ditempatkan di inkubator tertutup dengan pengatur suhu
sendiri. Sedangkan untuk bayi yang sakit ditempatkan di bawah radiant warmer
dengan pengatur suhu sendiri.
Menangani
Hipotermi
1. Bayi yang
mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus
dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui
penyinaran lampu.
2. Cara lain
yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekap,
yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti
agar bayi senantiasa hangat.
3. Bila tubuh
bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih
dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukan berulangkali
sampai tubuh bayi hangat. Tidak boleh memakai buli-buli panas, bahaya luka
bakar.
4. Biasanya
bayi hipotermi menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI
sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi tidak dapat menghisap beri
infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.
5. Untuk
mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong persalinan harus
menunda memandikan bayi dikarenakan :
a. Pada bayi
lahir sehat yaitu cukup bulan, berat < 2500 gram, langsung menangis kuat,
memandikan bayi ditunda 24 jam setelah kelahiran. Pada saat memandikan bayi,
gunakan air hangat.
b. Pada bayi
lahir dengan resiko, keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan berat lahir 2000
gram sebaiknya jangan dimandikan. Tunda beberapa hari sampai keadaan umum
membaik yaitu bila suhu tubuh stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap
ASI dengan baik.
Pencegahan Hipotermi
7
Rantai Hangat yaitu :
1. Menyiapkan
tempat melahirkan yang hangat,kering,bersih dan penerangan cukup
2. Mengeringkan
tubuh bayi segera ssetelah lahir dengan handuk kering dan bersih.
3. Menjaga
bayi tetap hangat dengan mendekap bayi di dada
ibunya dan keduanya di selimuti.
ibunya dan keduanya di selimuti.
4. Memberi
ASI sedini mungkin (30 menit setelah melahirkan)
5. Mempertahankan
bayi tetap hangat selama dalam perjalanan.
6. Memberi
perawatan bayia baru lahir secara memadai.
7. Melatih
semua orang yang terlibatdalam pertolongan persalinan dan perawatan bayi baru
lahir.
J.
PENATALAKSANAAN
NEONATUS RESIKO TINGGI
Mempertahankan
Suhu Tubuh Untuk Mencegah Hipotermi Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa
untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dalam mencegah hipotermi adalah :
1. Mengeringkan
bayi segera setelah lahir Cara ini merupakan salah satu dari 7 rantai hangat.
2. Menyiapkan
tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih.
3. Mengeringkan
tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah lahir dengan handuk yang
kering dan bersih.
4. Menjaga bayi
hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan keduanya diselimuti (Metode
Kangguru)
5. Memberi ASI
sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang pooting reflex
dan bayi memperoleh kalori dengan : -Menyusui bayi. -Pada bayi kurang bulan
yang belum bisa menetek ASI diberikan dengan sendok atau pipet. -Selama
memberikan ASI bayi dalam dekapan ibu agar tetap hangat.
6. Mempertahankan
bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu rujukan.
7. Memberikan
penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri.
8. Melatih
semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. Menunda memandikan bayi
lahir sampai suhu tubuh normal
Tindakan
Pada Hipotermia
Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang
canggih seperti inkubaator gunakan sesuai ketentuan. Apabila tidak tersedia
inkubator cara ilmiah adalah menggunakan metode kanguru cara lainnya adalah
dengan penyinaran lampu.
1. Hipotermia
Sedang
a. Keringkan
tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dapat hangat
b. Segera
hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan bayi berada dalam satu
selimut atau kain hangaat yang diserterika terlebih dahulu. Bila selimut atau
kain mulai mendingin, segera ganti dengan selimut / kain yang hangat.
c. Ulangi
sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan selimut / kain yang
hangat.
Mencegah bayi kehilangan panas
dengan cara :
a) Memberi tutup kepala / topi bayi
b) Mengganti
kain / popok bayi yang basah dengan yang kering dan hangat
2. Hipotermi
Berat
a. Keringkan
tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dan hangat
b. Segera
hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru, bila perlu ibu dan bayi berada
dalam satu selimut atau kain hangat
c. Bila selimut
atau kain mulai mendingin. Segera ganti dengan selimut atau lainnya hangat
ulangi sampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi
d. Mencegah
bayi kehilangan panas dengan cara :
1) Memberi
tutup kepala / topi kepala
2) Mengganti
kain / pakaian / popok yang basah dengan yang kering atau hangat
e. Biasanya
bayi hipotermi menderita hipoglikemia. Karena itu ASI sedini mungkin dapat
lebih sering selama bayi menginginkan. Bila terlalu lemah hingga tidak dapat
atau tidak kuat menghisap ASI. Beri ASI dengan menggunakan NGT. Bila tidak
tersedia alat NGT. Beri infus dextrose 10% sebanyak 60 –80 ml/kg/liter
f. Segera rujuk
di RS terdekat
(Dep.Kes. RI, 1994).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Mengingat
hipotermia pada neonatus dapat mengancam kelangsungan hidup, terutama pada
bayi-bayi BBLR, maka sedini mungkin harus diperhatikan semua hal-hal yang dapat
menyebabkan hipotermia dan gejala-gejala dini yang timbul. Penanganan dapat
dilakukan dari yang paling sederhana (membalut dengan kain) sampai dengan
peralatan yang lebih sempurna
Cara terbaik
mencegah hipotermi adalah mempertahankan tubuh bayi tetap hangat melalui metode
”kanguru” dan memenuhi kebutuhan kalorinya dengan memberi ASI sedini mungkin
(30 menit setelah bayi lahir).
Pencegahan
hipotermi sangat mudah dan dapat dikerjakan dimana saja, kapan saja, oleh siapa
saja yang terlibat dalam persalinan dan perawatan bayi.
Penanganan
hipotermi lebih sulit dibandingkan pencagahannya karena bila bayi mengalami
hipotermi berarti keadaannya sangat berbahaya dengan risiko sakit dan mati
meningkat.
B. SARAN
1. Mengeringkan bayi segera mungkin dan menutup
bayi dengan selimut atau topi biar hangat.
2. Meletakkan bayi didekat ibu.
3. Memastikan ruang bayi yang terbaring cukup
hangat.
DAFTAR PUSTAKA
http://endah-satriani.blogspot.com/2011/07/hipotermi-pada-neonatus.html
Sumber : koleksi Mediague.wordpress.com
dikumpulkan oleh RW.Hapsari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar