Sabtu, 14 April 2012

asneo


   Miliariasis
 BAB I
PENDAHULUAN

Milliariasis atau biasa di sebut dengan biang keringat adalah jamur yang sering berkembang biak pada daerah yang lembab, misalnya saja pada daerah punggung yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.. Hal ini sering terjadi pada anak-anak dikarenakan aktifitas anak-anak yang aktif seperti berlari-lari. Atau bisa disebabkan karena:
·       Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
·       Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
·       Aktivitas yang berlebihan
·       Setelah menderita demam atau panas
·       Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema
·       akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum
Dimakalah ini akan dibahas bagaimana miliariasis itu terjadi, penyebab terjadinya miliariasasis, dan penatalaksanaan miliariasis.





BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Miliariasis
Ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang pengertian miliariasis. Berikut ini ada lima definisi dari miliariasis yang didapat dari berbagai sumber buku yang berbeda, yaitu:
Miliariasis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tertutupnya saluran kelenjar keringat. (Hassan, 1984). Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel milier. (Adhi Djuanda, 1987). Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retens keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. (Vivian, 2010)
Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa miliariasis adalah dermatosis yang timbul akibat penyumbatan kelenjar keringat dan porinya, yang lazim timbul dalam udara panas lembab seperti daerah tropis atau selama awal musim panas atau akhir musim hujan yang suhunya panas dan lembab. Karena sekresinya terhambat maka menimbulkan tekanan yang menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus kelenjar keringat. Keringat yang masuk ke jaringan sekelilingnya menimbulkan perubahan anatomi. Sumbatan disebabkan oleh bakteri yang menimbulkan peradangan dan oleh edema akibat keringat yang tak keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
Pendapat yang kelima yaitu Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung), serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga dikepala. Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil berair. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)
Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken tropikus,  atau pickle heat . ( Adhi Djuanda, 1987)

B. Faktor Penyebab Miliariasis
·       Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
·       Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
·       Aktivitas yang berlebihan
·       Setelah menderita demam atau panas
·       Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum
C.Klasifikasi Miliariasis
Tergantung dari letak kelainan, maka terdapat beberapa bentuk miliaria, diantaranya yaitu:
1. Miliaria kristalina
Pada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm  berisi cairan jernih tanpa disertai kulit kemerahan, terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas. Vesikel bergerombol tidak disertai tanda-tanda radang atau inflamasi pada bagian badan yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan subjektif dan sembuh dengan sisik yang halus. Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal. Pengobatan tidak diperlukan, cukup dengan menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat. (Adhi Djuanda, 1987)
Daerah predileksi lipat siku, lipat lutut, lipat payudara, lipat paha dan punggung, dahi, leher, dan dada. Vesikel terletak sangat superfisial, kecil dan tembus terang, tidak disertai tanda-tanda inflamasi dan mudah pecah. Biasanya tidak ada keluhan subjektif. (Hassan, 1984)
Ia timbul pada pasien dengan peningkatan keringat seperti pasien demam di ranjang. Lesinya berupa vesikel sangat superfisial, jernih, dan kecil tanpa reaksi peradangan, asimptomatik dan berlangsung singkat dan cenderung mudah pecah akibat trauma teringan pun. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
2. Miliaria rubra
Penyakit ini lebih berat daripada miliariasis kristalina. Terdapat pada badan dan tempat-tempat tekanan ataupun gesekan pakaian. Terlihat papul merah atau papul vesikular ekstrafolikular yang sangat gatal dan pedih. Milliaria jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik. Kelainan bentuknya dapat berupa gelembung merah kecil, 1-2 mm, dapat tersebar dan dapat berkelompok. (Adhi Djuanda, 1987)
 Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan primer, banyak keringat dan perubahan kualitatif, penyebabnya adanya sumbatan keratin pada muara kelenjar keringat dan perforasi sekunder pada bendungan keringat di epidermis. Pendapat kedua mengatakan bahwa primer kadar garam yang tinggi pada kulit menyebabkan spongiosis dan sekunder terjadi pada muara kelenjar keringat. Staphylococcus juga diduga memiliki peranan. Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis. (Adhi Djuanda, 1987)
Daerah predileksi sama seperti pada miliaria kristalina. Lesinya berupa papulo vesikula eritematosa yang sangat gatal dan diskrit, kemudian konfluens dengan dasar merah, sering terjadi maserasi karena terhalangnya penguapan kelembaban. Keringat keluar ke stratum spinosum. Bisa terjadi infeksi sekunder dengan impetigo dan furunkulosis, terutama pada anak-anak. Terutama timbul pada bagian tubuh yang tertutup pakaian seperti punggung dan dada. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
3. Miliaria profunda
Bentuk ini agak jarang terjadi kecuali didaerah tropis. Kelainan ini biasanya timbul setelah miliaria rubra.ditandai dengan papula putih, kecil, keras, berukuran 1-3 mm. Terutama terdapat di badan ataupun ekstremitas. Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel. Tidak gatal, dan tidak terdapat eritema. (Adhi Djuanda, 1987)
Pada gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang. Pengobatan dengan cara menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol. (Adhi Djuanda, 1987)
Daerah predileksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak, tangan, dan kaki. Lesi berupa vesikel yang berwarna merah daging, disertai gejala inflamasi maupun keluhan rasa gatal, disebabkan penyumbatan di bagian atas kutis. Kelenjar-kelenjar keringat tersebut sama sekali tidak berfungsi. Biasanya timbul setelah menderita milliaria rubra yang hebat. (Hassan, 1984)

4. Miliaria pustulosa
Pada umumnya didahului oleh dermatosis yang menyebabkan gangguan saluran kelenjar ekrin dan terjadi pustel superfisial. (Hassan, 1984). Lesinya berupa pustula steril yang gatal, tegas, superfisial dan tak berhubungan dengan folikel rambut. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
D. Pengobatan
Berikut ini merupakan beberapa pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengobati miliariasis, diantaranya yaitu:
1.    Prinsipnya asuhan adalah mengurangi produksi keringat dengan memindahkan pasien ke ruangan dengan alat pengatur udara, dianjurkan ke daerah berhawa sejuk dan kering, menggunakan kipas angin atau air conditioning. Disamping memberi kesempatan hilangnya sumbatan pori-pori yang sudah timbul dengan sendirinya.
2.    Jangan meminum alkohol serta makanan yang pedas dan panas. 
3.    Gunakan pakaian yang tipis dan longgar serta menyerap keringat dan tidak terlalu sempit serta bekerja diruangan yang ventilasi nya baik.
4.    Keringat harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.





BAB III
KESIMPULAN
Miliariasis atau di sebut juga dengan biang keringat merupakan jamur yang berkembang biak pada kulit manusia. Dan salah satu penyebabnya adalah aktifitas yang berlebihan juga di akibatkan tersumbatnya daerah pori-pori pada kelenjar keringat. Oleh karena itu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah Miliariasis, misalnya dengan dilakukannya.
·       Perawatan kulit yang benar
·       Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah mandi









DAFTAR PUSTAKA
-       (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)
-       Hatch EM. Psycholinguistic, 1 st.Ed. Newbury House Publisher, Rowley, 1983, p.200.
-       http://anb-milliariasis.blogspot.com/















Tidak ada komentar: