Miliariasis
BAB
I
PENDAHULUAN
Milliariasis atau biasa di sebut dengan biang keringat adalah jamur yang
sering berkembang biak pada daerah yang lembab, misalnya saja pada daerah
punggung yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung),
tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.. Hal ini
sering terjadi pada anak-anak dikarenakan aktifitas anak-anak yang aktif
seperti berlari-lari. Atau bisa disebabkan karena:
·
Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara
yang kurang
·
Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap
keringat
·
Aktivitas yang berlebihan
·
Setelah menderita demam atau panas
·
Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang
menimbulkan radang dan edema
·
akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di
absorbsi oleh stratum korneum
Dimakalah ini akan
dibahas bagaimana miliariasis itu terjadi, penyebab terjadinya miliariasasis,
dan penatalaksanaan miliariasis.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian
Miliariasis
Ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang pengertian miliariasis.
Berikut ini ada lima definisi dari miliariasis yang didapat dari berbagai
sumber buku yang berbeda, yaitu:
Miliariasis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tertutupnya
saluran kelenjar keringat. (Hassan, 1984). Miliariasis adalah kelainan kulit
akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel milier. (Adhi Djuanda,
1987). Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retens keringat
akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. (Vivian, 2010)
Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa miliariasis adalah dermatosis
yang timbul akibat penyumbatan kelenjar keringat dan porinya, yang lazim timbul
dalam udara panas lembab seperti daerah tropis atau selama awal musim panas
atau akhir musim hujan yang suhunya panas dan lembab. Karena sekresinya
terhambat maka menimbulkan tekanan yang menyebabkan pecahnya kelenjar atau
duktus kelenjar keringat. Keringat yang masuk ke jaringan sekelilingnya
menimbulkan perubahan anatomi. Sumbatan disebabkan oleh bakteri yang
menimbulkan peradangan dan oleh edema akibat keringat yang tak keluar
(E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
Pendapat yang kelima yaitu Miliariasis atau biang keringat adalah
kelainan kulit yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran
kelenjar keringat, yaitu di dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup
pakaian (dada dan punggung), serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan
pakaian dan dapat juga dikepala. Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi
keringat yang berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit
menjadi kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil berair. (Arjatmo
Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)
Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet,
liken tropikus, atau pickle heat . ( Adhi Djuanda, 1987)
B. Faktor Penyebab Miliariasis
· Udara
panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
· Pakaian
yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
· Aktivitas
yang berlebihan
· Setelah
menderita demam atau panas
· Penyumbatan
dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat
perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum
C.Klasifikasi Miliariasis
Tergantung dari letak kelainan, maka terdapat beberapa bentuk miliaria,
diantaranya yaitu:
1. Miliaria
kristalina
Pada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm berisi cairan
jernih tanpa disertai kulit kemerahan, terutama pada badan setelah banyak
berkeringat, misalnya karena hawa panas. Vesikel bergerombol tidak disertai
tanda-tanda radang atau inflamasi pada bagian badan yang tertutup pakaian.
Umumnya tidak memberi keluhan subjektif dan sembuh dengan sisik yang halus.
Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal. Pengobatan
tidak diperlukan, cukup dengan menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan
ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat. (Adhi Djuanda, 1987)
Daerah predileksi lipat siku, lipat lutut, lipat payudara, lipat paha dan
punggung, dahi, leher, dan dada. Vesikel terletak sangat superfisial, kecil dan
tembus terang, tidak disertai tanda-tanda inflamasi dan mudah pecah. Biasanya
tidak ada keluhan subjektif. (Hassan, 1984)
Ia timbul pada pasien dengan peningkatan keringat seperti pasien demam di
ranjang. Lesinya berupa vesikel sangat superfisial, jernih, dan kecil tanpa
reaksi peradangan, asimptomatik dan berlangsung singkat dan cenderung mudah
pecah akibat trauma teringan pun. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
2. Miliaria
rubra
Penyakit ini lebih berat daripada miliariasis kristalina. Terdapat pada
badan dan tempat-tempat tekanan ataupun gesekan pakaian. Terlihat papul merah
atau papul vesikular ekstrafolikular yang sangat gatal dan pedih. Milliaria
jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik. Kelainan
bentuknya dapat berupa gelembung merah kecil, 1-2 mm, dapat tersebar dan dapat
berkelompok. (Adhi Djuanda, 1987)
Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat dua pendapat.
Pendapat pertama mengatakan primer, banyak keringat dan perubahan kualitatif,
penyebabnya adanya sumbatan keratin pada muara kelenjar keringat dan perforasi
sekunder pada bendungan keringat di epidermis. Pendapat kedua mengatakan bahwa
primer kadar garam yang tinggi pada kulit menyebabkan spongiosis dan sekunder
terjadi pada muara kelenjar keringat. Staphylococcus juga diduga memiliki
peranan. Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum
sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis.
(Adhi Djuanda, 1987)
Daerah predileksi sama seperti pada miliaria kristalina. Lesinya berupa
papulo vesikula eritematosa yang sangat gatal dan diskrit, kemudian konfluens
dengan dasar merah, sering terjadi maserasi karena terhalangnya penguapan
kelembaban. Keringat keluar ke stratum spinosum. Bisa terjadi infeksi sekunder
dengan impetigo dan furunkulosis, terutama pada anak-anak. Terutama timbul pada
bagian tubuh yang tertutup pakaian seperti punggung dan dada. (E.Sukardi dan
Petrus Andrianto, 1988)
3. Miliaria
profunda
Bentuk ini agak jarang terjadi kecuali didaerah tropis. Kelainan ini
biasanya timbul setelah miliaria rubra.ditandai dengan papula putih, kecil,
keras, berukuran 1-3 mm. Terutama terdapat di badan ataupun ekstremitas. Karena
letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa
papula daripada vesikel. Tidak gatal, dan tidak terdapat eritema. (Adhi
Djuanda, 1987)
Pada gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah
pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang. Pengobatan dengan
cara menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan, mengusahakan regulasi
suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan
atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol. (Adhi Djuanda,
1987)
Daerah predileksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak, tangan, dan
kaki. Lesi berupa vesikel yang berwarna merah daging, disertai gejala inflamasi
maupun keluhan rasa gatal, disebabkan penyumbatan di bagian atas kutis.
Kelenjar-kelenjar keringat tersebut sama sekali tidak berfungsi. Biasanya
timbul setelah menderita milliaria rubra yang hebat. (Hassan, 1984)
4. Miliaria
pustulosa
Pada umumnya didahului oleh dermatosis yang menyebabkan gangguan saluran
kelenjar ekrin dan terjadi pustel superfisial. (Hassan, 1984). Lesinya berupa
pustula steril yang gatal, tegas, superfisial dan tak berhubungan dengan
folikel rambut. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
D. Pengobatan
Berikut ini merupakan beberapa pengobatan yang dapat
dilakukan untuk mengobati miliariasis, diantaranya yaitu:
1.
Prinsipnya asuhan adalah mengurangi produksi keringat
dengan memindahkan pasien ke ruangan dengan alat pengatur udara, dianjurkan ke
daerah berhawa sejuk dan kering, menggunakan kipas angin atau air conditioning.
Disamping memberi kesempatan hilangnya sumbatan pori-pori yang sudah timbul
dengan sendirinya.
2.
Jangan meminum alkohol serta makanan yang pedas dan
panas.
3.
Gunakan pakaian yang tipis dan longgar serta menyerap
keringat dan tidak terlalu sempit serta bekerja diruangan yang ventilasi nya
baik.
4.
Keringat harus segera dikeringkan dan sering mandi.
Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
BAB III
KESIMPULAN
Miliariasis atau di
sebut juga dengan biang keringat merupakan jamur yang berkembang biak pada kulit
manusia. Dan salah satu penyebabnya adalah aktifitas yang berlebihan juga di
akibatkan tersumbatnya daerah pori-pori pada kelenjar keringat. Oleh karena
itu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah Miliariasis,
misalnya dengan dilakukannya.
·
Perawatan kulit yang benar
·
Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering
diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah mandi
DAFTAR PUSTAKA
-
(Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)
-
Hatch EM. Psycholinguistic, 1 st.Ed.
Newbury House Publisher, Rowley, 1983, p.200.
-
http://anb-milliariasis.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar