BAB II
TINJAUAN TEORI
1.
PENGERTIAN
Kala I adalah Pembukaan Servik – 10
cm (lengkap), Kala II adalah Pengeluaran janin Kala III adalah Pengeluaran
& pelepasan plasenta, Kala IVdari lahirnya uri selama 1 – 2 jam. Dan yang
dimaksud dengan kala IV adalah 1-2 jam setelah pengeluaran uri atau plasenta
atau bisa juga disebut dengan Fase 1-2 jam post partum unuk memantau keadaan
ibu.
2.
ETIOLOGI
Sebab –sebab mulainya persalinan
belum diketahui secara pasti. Banyak faktor yang memegang peranan dan
bekerjasama sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori yang dikemukakan
sebagai penyebab persalinan ialah :
a.
Penurunan kadar progesterone. Progesterone menimbulkan
relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerenggangan otot
rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan
estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun
sehingga timbul his.
b.
Teori oxytocin. Pada akhir kehamilan kadar oxytocin
bertambah oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
c.
Ketegangan otot-otot. Seperti halnya dengan kandung kencing
dan lambung, bila dindingnya terenggang oleh karena isinya.
d.
Pengaruh janin / fetal cortisol. Hypofise dan kelenjar
suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan, oleh karena itu pada
anenchepalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
e.
Teori prostaglandin. Prostaglandin yang dihasilkan oleh
desidua, disangka menjadi salah satu penyebab permulaan persalinan. Hasil dari
percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena,
intra dan ekstra amnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur
kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi
baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum
melahirkan atau selama persalinan.
3.
PATOFISIOLOGI
Asuhan Kala IV:
a.
Fisiologi Kala IV
Kala IV adalah terjadi sejak
plasenta lahir 1-2 jam sesudahnya,hal-hal ini yang perlu diperhatikan adalah
kontraksi uterus sampai uterus kembali kebentuk normal.Hal itu dapat dilakukan
dengan melakukan rangsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus
berkontraksi baik dan kuat.perlu juga diperhatikan bahwa plasenta telah lahir
lengkap dan tidak ada yang tersisa sedikitpun dalam uterus serta benar-benar
dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut.
Plasenta Lahir dan 1-2 jam
sesudahnya
b.
Evaluasi
Uterus
Perlu diperhatikan bahwa kontraksi
uterus mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan dan pengembalian
uterus kebentuk normal. Kontraksi uterus yang tidak kuat dan terus-menerus
dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri yang dapat mengganggu keselamatan
ibu.Untuk itu evaluasi terhadap uterus pasca pengeluaran plasenta sangat
penting untuk diperhatikan.
Untuk membantu membantu uterus
berkontraksi dapat dilakukan dengan dengan masase agar uterus tidak menjadi
lembek dan mampu berkontraksi dengan kuat. Setelah kelahiran plasenta, periksa
kelengkapan dari plasenta dan selaput ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan
selaput ketuban yang tertinggal dalam uterus akan mengganggu kontraksi uterus
sehingga menyebabkan perdarahan.
Jika dalam waktu 15 menit uterus
tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena
itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (massase) fundus uteri dan bila
perlu dilakukan Kompresi Bimanual. Dapat diberikan obat oksitosin dan harus
diawasi sekurang-kurangnya selama satu jam sambil mengamati terjadinya
perdarahan post partum.
c.
Pemeriksaan
Servik, Vagina dan Perineum
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya
robekan jalan lahir, maka periksa daerah perineum, vagina dan vulva. Setelah
bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan edema dan lecet.
Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva bisa
berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet.
Segera setelah kelahiran bayi,
serviks dan vagina harus diperiksa secara menyeluruh untuk mencari ada tidaknya
laserasi dan dilakukan perbaikan lewat pembedahan kalau diperlukan. Servik,
vagina dan perineum dapat diperiksa lebih mudah sebelum pelepasan plasenta karena
tidak ada perdarahan rahim yang mengaburkan pandangan ketika itu.
Pelepasan plasenta biasanya terjadi
dalam waktu 5-10 menit pada akhir kala II. Memijat fundus seperti memeras untuk
mempercepat pelepasan plasenta tidak anjurkan karena dapat meningkatkan kemungkinan
masuknya sel janin ke dalam sirkulasi ibu. Setelah kelahiran plasenta,
perhatian harus ditujukan pada setiap perdarahan rahim yang dapat berasal dari
tempat implantasi plasenta
Kontraksi uterus yang meengurangi
perdarahan ini dapat dilakukan dengan pijat uterus dan penggunaan oksitosin.
Kalau pasien menghadapi perdarahan nifas ( misalnya karena anemia, pemanjangan
masa augmentasi oksitosin pada persalinan, kehamilan kembar, atau hidramnion)
dapat diperlukan pembuangan plasenta secara manual.
Untuk mengetahui ada tidaknya trauma
atau hemoroid yang keluar, maka periksa anus dengan rectal toucher.
Laserasi dapat dikategorikan dalam :
Laserasi dapat dikategorikan dalam :
1)
Derajat pertama: laserasi mengenai
mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
2)
Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa
vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu dijahit).
3)
Derajat ketiga: laserasi mengenai
mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani.
4)
Derajat empat: laserasi mengenai
mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke
rektum. Rujuk segera
Prinsip
Penjahitan Luka Episiotomi/ Laserasi Perineum
Indikasi
Episiotomi
1)
Gawat janin
2)
Persalinan per vaginam dengan
penyulit (sungsang, tindakan vakum ataupun forsep).
3)
Jaringan parut (perineum dan vagina)
yang menghalangi kemajuan persalinan.
Tujuan Penjahitan
1)
Untuk menyatukan kembali jaringan
yang luka.
2)
Mencegah kehilangan darah.
Keuntungan
Teknik Jelujur
1)
Mudah dipelajari.
2)
Tidak nyeri.
3)
Sedikit jahitan.
Hal Yang Perlu Diperhatikan dalam
melakukan penjahitan perlu diperhatikan tentang :
1)
Laserasi derajat satu yang tidak
mengalami perdarahan, tidak perlu dilakukan penjahitan.
2)
Menggunakan sedikit jahitan.
3)
Menggunakan selalu teknik aseptik.
4)
Menggunakan anestesi lokal, untuk
memberikan kenyamanan ibu.
Penggunaan Anestesi
Lokal
1)
Ibu lebih merasa nyaman (sayang
ibu).
2)
Bidan lebih leluasa dalam
penjahitan.
3)
Lebih cepat dalam menjahit
perlukaannya (mengurangi kehilangan darah).
4)
Trauma pada jaringan lebih sedikit
(mengurangi infeksi).
5)
Cairan yang digunakan: Lidocain 1 %.
Tidak
Dianjurkan Penggunaan Lidocain 2 % (konsentrasinya terlalu tinggi dan
menimbulkan nekrosis jaringan). Lidocain dengan epinephrine (memperlambat
penyerapan lidocain dan memperpanjang efek kerjanya).
Nasehat Untuk Ibu
Setelah
dilakukan penjahitan, bidan hendaklah memberikan nasehat kepada ibu. Hal ini
berguna agar ibu selalu menjaga dan merawat luka jahitannya. Adapun nasehat
yang diberikan diantaranya :
1)
Menjaga perineum ibu selalu dalam
keadaan kering dan bersih.
2)
Menghindari penggunaan obat-obat tradisional
pada lukanya.
3)
Mencuci perineum dengan air sabun
dan air bersih sesering mungkin
4)
Menyarankan ibu mengkonsumsi makanan
dengan gizi yang tinggi.
5)
Menganjurkan banyak minum.
6)
Kunjungan ulang dilakukan 1 minggu
setelah melahirkan untuk memeriksa luka jahitan.
Pemantauan Kala IV
Saat yang
paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum.
Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan.
Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini
disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV,
pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua
setelah persalinan.
Setelah plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa :
Setelah plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa :
1.
Rangsangan taktil (massase) uterus
untuk merangsang kontraksi uterus.
2.
Evaluasi tinggi fundus uteri –
Caranya : letakkan jari tangan Anda secara melintang antara pusat dan fundus
uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau dibawah pusat.
3.
Perkirakan darah yang hilang secara
keseluruhan.
4.
Pemeriksaan perineum dari perdarahan
aktif (apakah dari laserasi atau luka episiotomi).
5.
Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.
6.
Pendokumentasian.
Penilaian Klinik Kala IV
No
|
Penilaian
|
|
1
|
Fundus dan kontraksi uterus
|
Rangsangan taktil uterus dilakukan untuk merangsang
terjadinya kontraksi uterus yang baik. Dalam hal ini sangat penting
diperhatikan tingginya fundus uteri dan kontraksi uterus.
|
2
|
Pengeluaran pervaginam
|
Pendarahan: Untuk mengetahui apakah jumlah pendarahan
yang terjadi normal atau tidak. Batas normal pendarahan adalah 100-300 ml.
|
Lokhea: Jika kontraksi uterus kuat, maka lokea tidak
lebih dari saat haid
|
||
3
|
Plasenta dan selaput ketuban
|
Periksa kelengkapannya untuk memastikan ada tidaknya
bagian yang tersisa dalam uterus.
|
4
|
Kandung kencing
|
Yakinkan bahwa kandung kencing kosong. Hal ini untuk
membantu involusio uteri
|
5
|
Perineum
|
Periksa ada tidaknya luka / robekan pada perineum
dan vagina.
|
6
|
Kondisi ibu
|
Periksa vital sign, asupan makan dan minum.
|
7
|
Kondisi bayi baru lahir
|
Apakah bernafas dengan baik?
|
Apakah bayi merasa hangat?
|
||
Bagaimana pemberian ASI?
|
Diagnosis
|
||
No
|
Kategori
|
Keterangan
|
1
|
Involusi normal
|
Tonus – uterus tetap berkontraksi.
|
Posisi – TFU sejajar atau dibawah pusat.
|
||
Perdarahan – dalam batas normal (100-300ml).
|
||
Cairan – tidak berbau.
|
||
2
|
Kala IV dengan penyulit
|
Sub involusi – kontraksi uterus lemah, TFU diatas
pusat.
|
Perdarahan – atonia, laserasi, sisa plasenta /
selaput ketuban.
|
Bentuk Tindakan Dalam Kala IV
Tindakan Baik:
1.
Mengikat tali pusat
2.
Memeriksa tinggi fundus uteri
3.
Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi
dan hidrasi
4.
Membersihkan ibu dari kotoran
5.
Memberikan cukup istirahat
6.
Menyusui segera
7.
Membantu ibu ke kamar mandi
8.
Mengajari ibu dan keluarga tentang
pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi.
Tindakan Yang Tidak Bermanfaat:
1.
Tampon vagina – menyebabkan sumber
infeksi.
2.
Pemakaian gurita – menyulitkan
memeriksa kontraksi.
3.
Memisahkan ibu dan bayi.
4.
Menduduki sesuatu yang panas – menyebabkan
vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, menambah perdarahan dan menyebabkan
dehidrasi.
Pemantauan Lanjut Kala IV
Hal yang harus diperhatikan dalam
pemantauan lanjut selama kala IV adalah :
1.
Vital sign – Tekanan darah normal
< 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60 mmHg, N > 100 x/ menit (terjadi
masalah); Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau perdarahan.
2.
Suhu – S > 380 C (identifikasi
masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun infeksi.
3.
Nadi
4.
Pernafasan
5.
Tonus uterus dan tinggi fundus uteri
– Kontraksi tidak baik maka uterus teraba lembek; TFU normal, sejajar dengan
pusat atau dibawah pusat; Uterus lembek (lakukan massase uterus, bila perlu
berikan injeksi oksitosin atau methergin).
6.
Perdarahan – Perdarahan normal
selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau seperti darah haid yang banyak.
Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari jalan lahir, kontraksi atau
kandung kencing).
7.
Kandung kencing – Bila kandung
kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik.
Tanda Bahaya
Kala IV
Selama kala IV, bidan harus
memberitahu ibu dan keluarga tentang tanda bahaya :
1.
Demam.
2.
Perdarahan aktif.
3.
Bekuan darah banyak.
4.
Bau busuk dari vagina.
5.
Pusing.
6.
Lemas luar biasa.
7.
Kesulitan dalam menyusui.
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran
hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau
tanpa bantuan (Mochtar, 2002).
Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus melalui vagina ke
dunia luar. Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir
dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa
serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang
dari 24 jam (Wiknjosastro, 2002). Jadi persalinan adalah proses pengeluaran
konsepsi yang telah cukup bulan melalui jalan lahir atau jalan lainnya, dengan
bantuan atau tanpa bantuan. Macam-macam persalinan, yaitu :
- Persalinan spontan : Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan sendiri dan melalui jalan lahir
- Persalinan buatan : Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar misalnya forcep
- Persalinan anjuran : Persalinan yang tidak dimulai sendiri, tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocyn / prostaglandin.
Persalinan kala IV dimulai setelah
lahirnya plasenta sampai 1-2 jam setelah itu. Pemantauan pada kala IV:
kelengkapan plasenta dan selaput ketuban perkiraan pengeluaran darah,
laserasi atau luka episiotomi pada perineum dengan perdarahan aktif. Keadaan
umum dan tanda-tanda vital ibu.Untuk mencegah perdarahan lebih lanjut.
2.
Rumusan Masalah
·
Asuhan Kala IV ?
·
Pemantauan Kala IV ?
·
Tanda Bahaya Kala IV ?
3.
Tujuan
·
Tujuan Umum
Mampu memahami secara menyeluruh
tentang fisiologi kala IV dalam persalinan dan asuhan kebidanan yang diberikan
pada Kala IV persalinan.
·
Tujuan Khusus
a.
Dapat mengetahui batasan fisiologi Kala IV.
b.
Dapat menjelaskan penyebab terjadinya Kala IV.
c.
Dapat mengetahui yang dapat dilakukan pada pemantauan
persalinan Kala IV.
d.
Dapat mengetahui tanda bahaya Kala IV
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Kala IV adalah dimulai sejak
plasenta lahir 1-2 jam sesudahnya,hal-hal ini yang perlu diperhatikan adalah
kontraksi uterus sampai uterus kembali kebentuk normal.Hal itu dapat dilakukan
dengan melakukan rangsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus
berkontraksi baik dan kuat.perlu juga diperhatikan bahwa plasenta telah lahir
lengkap dan tidak ada yang tersisa sedikitpun dalam uterus serta benar-benar
dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut. Perkiraan pengeluaran darah, laserasi
atau luka episiotomi serta pemantauan dan evaluasi lanjut juga perlu
diperhatikan.
2.
Saran
a.
Masyarakat
Bagi suami maupun keluarga
diharapkan agar lebih aktif, turut serta dalam menjaga kesehatan ibu. Dan dapat
memberikan secara psikis maupun moril terhadap ibu yang mengalami masa post
partum.Mendukung kinerja pemerintah dalam menurunkan AKI.
Saran yang dapat diberikan pada ibu
yang mengalami penjahitan pada daerah perinium, yaitu :
1)
Menjaga perineum ibu selalu dalam keadaan kering dan bersih.
2)
Menghindari penggunaan obat-obat tradisional pada lukanya.
3)
Mencuci perineum dengan air sabun dan air bersih sesering
mungkin.
4)
Menyarankan ibu mengkonsumsi makanan dengan gizi yang
tinggi.
5)
Menganjurkan banyak minum.
6)
Kunjungan ulang dilakukan 1 minggu setelah melahirkan untuk
memeriksa luka jahitan.
b.
Pemerintah
Bagi pemerintah diharapkan agar
berupaya meningkatkan pemberdayaan tenaga kesehatan khususnya Bidan, agar
persalinan dapat ditangani oleh tenaga ahli secara komprehensip untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi agar terlaksana dengan baik.
c.
Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan, khususnya
bidan diharapakan agar meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan asuhan kebidanan,
serta lebih peka untuk mengidentifikasi tanda bahaya dalam persalinan agar
dapat dengan segera ditangani.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : koleksi
Mediague.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar