BAB I
Latar Belakang
Pelayanan
nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42
hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. masa nifas dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu lamanya. Dalam
masa nifas ini, bidan mempunyai peran dan tanggung jawab untuk mendeteksi
komplikasi pada ibu untuk melihat perlu atau tidaknya rujukan, memberikan
konseling kepada ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara
ibu dan bayinya, memulai dan mendorong pemberian ASI.
Bidan di
komunitas dapat memberikan asuhan keida selama masa nifas melalui kunjungan
rumah, yang dapat dilakukan pada hari ke tiga, minggu kedua dan minggu keenam
setelah persalinan, untuk membantu ibu dalam proses pemulihan ibu dan
memperhatikan kondisi bayi terutama penanganan tali pusat atau rujukan
komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan
mengenai masalah kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi,
perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
BAB II
PEMBAHASAN
A. JADWAL KUNJUNGAN RUMAH
Kunjungan rumah postpartum dilakukan sebagai suatu tindakan untuk
pemeriksaan postpartum lanjutan. Apa pun sumbernya, kunjungan rumah
direncanakan untuk bekerjasama dengan keluarga dan dijadwalkan berdasarkan
kebutuhan. Pada program yang terdahulu, kunjungan bisa dilakukan sejak 24 jam
setelah pulang. Jarang sekali suatu kunjungan rumah ditunda sampai hari ke tiga
setelah pulan kerumah. Kunjungan berikutnya direncanakan di sepanjang minggu
pertama jika diperlukan.
Semakin meningkatnya angka kematian ibu di Indonesia pada saat nifas
(sekitar 60%) mencetuskan pembuatan program dan kebijakan teknis yang lebih baru
mengenai jadwal kunjungan masa nifas. Paling sedikit empat kali dilakukan
kunjungan masa nifas untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, juga untuk
mencegah, mendeteksi, dan menangani ,masalah-masalah yang terjadi.
Jadwal Kunjungan Rumah
Kunjungan
dilakukan paling sedikit 4 kali selama ibu dalam masa nifas. Kegiatan yang
dilakukan selama kunjungan meliputi pencegahan, pendeteksian, dan penanganan
masalah yang terjadi pada masa nifas
Kunjungan ke I
·
Dilakukan pada 6 – 8 jam
setelah ibu melahirkan
·
Cegah dan deteksi adanya
perdarahan
·
Lakukan konseling untuk
mencegah perdarahan
·
Lakukan hubungan antara ibu
dan bayi, motivasi insiasi dini serta jaga bayi dari keadaan hipotermi
Kunjungan ke II
·
Kunjungan ke dua pada ibu
nifas dilakukan enam hari setelah persalinan
·
Bertujuan untuk memastikan
involusi berjalan normal, tanda-tanda infeksi dan perdarahan
·
Nutrisi dan istirahat adequate
·
ASI optimal dan konseling
mengenai asuhan bayi
Kunjungan ke III
·
Dilakukan dua minggu setelah
ibu melahirkan
·
Mengevaluasi perjalanan
postpartum, kesejahteraan ibu dan bayi
·
Mengevaluasi kemajuan
psikologi ibu terhadap peran baru dan pengalaman persalinan
·
Eratkan
hubungan saling percaya dan konseling sesuai kebutuhan
Kunjungan ke IV
·
Kuunjungan akhir pada ibu
nifas, dilakukan pada minggu ke enam setelah ibu melahirkan
·
Melakukan evaluasi normalitas
puerperium
·
Identifikasi kebutuhan ibu
terutama mengenai kontrasepsi
Jadwal kunjungan tersebut
adalah sebagai berikut.
Kunjungan
|
Waktu
|
Tujuan
|
1
|
6-8 jam setelah persalinan
|
a.
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b.
M’deteksi & merawat penyebab lain p’darahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut.
c.
Memberikan konseling pd ibu/ salah satu anggota klg bgmn mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian
ASI awal.
e.
Memberikan supervisi pd ibu bgmn teknik melakukan hubungan antara ibu dan
BBL.
f. Menjaga
bayi tetap sehat dengan cara menjaga hipotermia.
|
2
|
6 hari setelah persalinan
|
a.
Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
b. Menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c.
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
d.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tandapenyulit.
e.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari.
|
3
|
2 minggu setelah persalinan
|
Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan).
|
4
|
6 minggu setelah persalinan
|
a.
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami atau bayinya.
b.
Memberikan konseling KB secara dini.
c.
Menganjurkan atau mengajak ibu membawa bayinya ke posyandu atau puskesmas
untuk penimbangan dan imunisasi.
|
Suatu
kunjungan rumah akan mendapat lebih banyak kemajuan apabila direncanakan dan di
organisasi dengan baik. Bidan perlu meninjau kembali catatan kesehatan ibu,
rencana pengajaran, dan catatan lain yang bisa digunakan sebagai dasar
wawancara dan pemeriksaan serta pemberian perawatan lanjutan yang diberikan.
Setelah kunjungan tersebut direncanakan, bidan harus mengumpulkan semua
peralatan yang diperlukan, materi intruksi, dan keterangan yang dapat diberikan
kepada keluarga yang akan dikunjungi.
Keuntungan dan keterbatasan
Kunjungan
rumah postpartum memiliki keuntungan yang sangat jelas karena membuat bidan
dapat melihat dan berinteraksi dengan anggota keluarga di dalam lingkungan yang
alami dan aman. Bidan mampu mengkaji kecukupan sumber yang ada di rumah, demikian
pula keamanan di rumah dan di lingkungan sekitar. Kedua data tersebut
bermanfaat untuk merencanakan pengajaran atau konseling kesehatan. Kunjungan
rumah lebih mudah dilakukan untuk mengidentifikasi penyesuaian fisik dan
psikologis yang rumit.
Selain
keuntungan, kunjungan rumah postpartum juga memiliki keterbatasan yang masih
sering dijumpai, yaitu sebagai berikut.
·
Besarnya biaya untuk
mengunjungi pasien yang jaraknya jauh.
·
Terbatasnya jumlah bidan dalam
memberi pelayanan kebidanan.
·
Kekhawatiran tentang keamanan
untuk mendatangi pasien di daerah tertentu
B. ASUHAN LANJUT MASA NIFAS
DIRUMAH
1. Asuhan NIfas Selama 2-6 hari dan 2-6 minggu setelah kelahiran
Asuhan nifas dilakukan selama 2-6 hari setelah melahirkan dan 2-6 minggu
setelah melahirkan bertujuan untuk :
·
Memastikan bahwa ibu sedang
dalam proses penyembuhan yang aman.
·
Memastikan bahwa bayi sudah
bisa menyusu tanpa kesulitan dan bertambah berat badannya
·
Memastikan bahwa ikatan bayi
anatara ibu dan bayi sudah terbentuk
·
Memprakatsai penggunaan
kontrasepsi
·
Menganjurkan ibu membawa
bayinya untuk control (ke rumah sakit/ rumah bersalin atau posyandu)
Evaluasi dan asuhan pada ibu dalam masa nifas 2-6 hari dan 2-6 minggu
postpartum dapat dilakukan dengan pengambilan riwayat dan pemeriksaan fisik
pada ibu.
Adapun
komponen-komponen riwayat ibu yang perlu diketahui adalah menanyakan :
·
Bagaimana perasaan ibu,
termasuk mood (suasana hati) dan perasaannya menjadi orang tua
·
Keluhan atau masalah yang
dirasakan saat ini
·
Apakah ada keluhan saat buang
air kecil atau buang air besar
·
Perasaan ibu tentang
persalinan dan kelahiran bayinya
·
Atau memberi penjelasan
tentang kelahiran: adakah komplikasi, laserasi, episiotomy?
·
Suplemen zat besi: adakah ibu
makan tablet?
·
Pemberian ASI : apakah
berhasil, atau ada kesulitan?
Berikut
adalah langkah-langkah pengambilan riwayat pada hari ke 2-6 dan minggu ke 2-6
postpartum, adalah :
·
Sambut ibu dan perkenalkan
diri
·
Tanyakan apa yang dirasakan
ibu
·
Tanyakan tentang keluhan dan
hal yang ingin ibu ketahui
·
Tanyakan tentang kelahiran :
1)
Siapa yang memberi asuhan
2)
Dimana ibu melahirkan
3)
Komplikasi selama hamil,
bersalin dan setelah melahirkan
4)
Jenis persalinan apakah
spontan, vacuum, seksio
5)
Robekan atau episiotomy
·
Tanyakan apakah ibu
mengkonsumsi zat besi
·
Tanyakan apakah ibu
mengkonsumsi obat-obatan lain
·
Tanyakan apakah ibu mempunyai
kartu imunisasi TT
·
Tanyakan tentang diet ibu:
1)
Apa yang ibu makan?
2)
Berapa sering ibu makan?
3)
Apakah ibu mengkonsumsi
suplemen?
4)
Apakah ibu letih, mengantuk,
sakit kepala, kehilangan nafsu makan, mual dan muntah?
·
Tanyakan pada ibu mengenai
kelangsungan hidup ibu :
1)
Kenyamanan fisik
2)
Kenyamanan emosi
·
Tanyakan mengenai penggunaan
kontrasepsi
·
Tanyakan mengenai tanda-tanda
bahaya :
1)
Kelelahan, kesulitan tidur
2)
Demam
3)
Nyeri atau terasa panas waktu
buang air kecil
4)
Sembelit, hemoroid
5)
Sakit kepala terus menerus,
nyeri bengkak
6)
Nyeri abdomen
7)
Cairan vagina yang berbau
busuk
8)
Payudara sangat sakit saat
disentuh, pembengkakan, puting pecah-pecah
9)
Kesulitan dalam menyusui
10) Kesedihan
11) Merasa kurang mampu merawat bayi
12) Bagaimana penglihatan?
Pemeriksaan fisik
Komponen-komponen
pemeriksaan fisik pada masa nifas 2-6 hari dan 2-6 minggu yang perlu diketahui
adalah :
·
Kesehatan/ penampilan umum ibu
·
Tanda-tanda vital
·
Payudara: kekenyalan,
suhu,warna merah, nyeri puting atau pecah-pecah ujungnya
·
Abdomen : tinggi fundus,
kekokohan, kelembutannya
·
Lokia : warna, banyaknya,
bekuan, baunya
·
Perineum : edema, peradangan,
jahitan, nanah
·
Tungkai/ betis : tanda-tanda
Homan, gumpalan darah pada otot yang menyebabkan nyeri
Langkah-langkah
pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada hari ke 2-6 han minggu ke 2-6
postpartum, adalah sebagai berikut :
·
Amati penampilan umum dan
emosi ibu
·
Pemeriksaa tanda-tanda vital
(suhu, TD, nadi)
·
Jelaskan pada ibu tujuan
pemeriksaan
·
Lakukanpemeriksaan payudara:
1)
Minta ibu berbaring dengan
lengan kiri diatas kepala, selanjutnya palpasi payudara kiri secara sistematis
sampai aksila (ketiak), catat apakah ada massa, benjolan yang besar,
pembengkakan atau abses
2)
Ulangi prosedur tersebut untuk
lengan kanan dan palpasi payudara kanan sampai ke aksila.
·
Lakukan pemeriksaan abdomen :
1)
Periksa bekas luka, bila
operasi seksio caesaria
2)
Palpasi untuk mendeteksi ada
tidaknya uterus diatas pubis
3)
Palpasi untuk mendeteksi
massa, kelembekan
·
Lakukan pemeriksaan kaki :
1)
Periksa kaki
2)
Adanya vena varises
3)
Kemerahan pada betis
·
Adanya edema pada tulang
kering, pergelangan kaki, dan kaki (perhatikan tingkat piting edema, bila ada)
·
Kenakan kembali sarung tangan
bersih
·
Bantu ibu untuk posisi
litotomi. Lakukan pemeriksaan perineum dan jelaskan prosedurnya
·
periksa perineum untuk melihat
penyembuhan-penyenbuhan dari laserasi dan penjahitan episiotomy
·
Perhatikan warna, konsistensi
dan bau lokia
·
Beritahukan pada ibu tentang
temuan-temuannya
·
Lepaskan sarung tangan dan
taruh dalam cairan chlorine 0,5%
·
Tekuk kaki ibu. Lakukan
pemeriksaan tanda-tanda Homan/ nyeri betis
·
Cuci tangan
Adapun langkah-langkah pemeriksaan fisik postpartum dengan cara lainnya
dapat dilakukan sebagai berikut:
a.
Persiapan alat
1)
Spigmomanometer
2)
Stetoskop
3)
Thermometer
4)
Refeks hammer
5)
Satu pasang sarung tangan
6)
Kapas sublimat dalam tempatnya
7)
1 buah bengkok
8)
1 buah alat karet (bila perlu)
b.
langkah-langkah pemeriksaan
fisik
1)
Cuci tangan
2)
Tanyakan keluhan ibu: anjurkan
ibu untuk buang air kecil terlebih dahulu
3)
Periksa tanda-tanda vital
4)
Perhatikan keadaan umum ibu
5)
Pemeriksaan fisik head to toe:
a)
Daerah kepala termasuk wajah
b)
Leher
c)
Daerah dada:
I.
Auskultasi: cor-pulmonale
(jantung-paru)
II.
Inspeksi: kebersihan, letak
payudara, ada tidak pembengkakan, hiperpigmentasi, dan hipervaskularisasi,
integritas kulit, putting menonjol,/ rata/ masuk
III.
Palpasi: ada pembengkakan,
benjolan, tenderness pada payudara, ada pembengkakan atau tidak pada kelenjar
limfe di aksila
IV.
Stimulasi ASI: periksa apakah
ASI (+) dengan menekan daerah areola kea rah putting. Perhatikan jumlah dan
jenis ASI
d) Daerah
abdomen:
I.
Inspeksi: bentuk perut(buncit/
rata), integritas kulit, strial, kebersihan
II.
Auskultasi: bising usus
III.
Perkusi: ada tidak kembung
IV.
Palpasi: keadaan tonus otot,
uterus: tinggi fundus uterus(ukur dengan jari), posisi uterus, kontraksi,
kandung kemih: kosong/ penuh
e) Daerah
genitalia:
I.
Atur posisi ibu, minta ibu
membuka pakaian dalam
II.
Gunakan sarung tangan. Lakukan
vulva hygiene bila perlu dengan posisi litotomi
III.
Inspeksi daerah perineum: ada
tidaknya edema pada vulva, kebersihannya
IV.
Periksa pengeluaran lokia:
jenis, jumlah, konsistensi dan bau
V.
Validasi bentuk luka
episiotomy, periksa adanya REEDA(redness, echymosis, edema, discharge,
approximate) pada luka episiotomy
f) Bagian ekstremitas:
I.
Inspeksi: bentuk kaki,
kebersihan, integritas kulit, ada tidak varises
II.
Palpasi: ada tidak edema,
tanda Homan/ kelembaban betis dengan cara: ulurkan kaki, tahan lutut ibu dengan
tangan kiri bian/ perawat, tangan kanan pemeriksa melakukan gerakan dorsofleksi
kaki ibu, tanda Homan(+) bila terasa nyeri
6) Rapikan pakaian dan posisi ibu
7) Cuci tangan
8) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
9) Catat semua hasil pemeriksaan
10) Lakukan penyuluhan kesehatan yang relevan
dengan kondisi ibu
2. Asuhan Nifas Berikutnya, berdasarkan rumusan kunjungan 2 dan 3: 6 hari dan
2 minggu setelah persalinan
Program dan
kebijakan teknis yang disampaikan pada buku acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, 2006 menganjurkan bahwa pada kunjungan 2 dan 3 yaitu 6
hari setelah persalinan dan 2 minggu setelah persalinan petugas kesehatan
melakukan hal-hal berikut ini:
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
5) Memberikan konseling pada ibu menegenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3.
Asuhan Nifas pada Kunjungan
Terakhir Setelah Persalinan
Tujuan dari
kunjungan terakhir ini, pada dasarnya untuk:
1) Menanyakan pada ibu mengenai penyulit-penyulit yang ibu alami atau bayi
alami
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini serta memberikan metode yang
menjadi pilihannya.
C. PENYULUHAN MASA NIFAS
1.
Nutrisi Ibu Menyusui Harus :
a)
Mengonsumsi tambahan kalori,
500 kalori tiap hari
b)
Makan dengan diet seimbang
untuk mendapatkan protein, mineral,dan vitamin yang cukup
c)
Minum sedikitnya 3 liter setiap
hari
d)
Tablet zat besi harus diminum
untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.
e)
Minum kapsul vitamin A
(200.000 unit) untuk memberi asupan vitamin A juga kepada bayinya, yaitu dengan
melalui ASI-nya.
2.
Hygiene dan perawatan payudara
a)
Anjurkan kebersihan seluruh
tubuh
b)
Mengajarkan ibu cara
membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti
untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari arah depan ke
belakang kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan kepada ibu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai berkemih dan defekasi.
c)
Sarankan ibu untuk mengganti
pembalut atau kain pembalut(buatan sendiri) setidaknya dua kali sehari. Kain
dapat dipakai ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dijemur atau disetrika
d)
Sarankan ibu untukmencuci
tangan dengan air dan sabun sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e)
Jika ada luka episiotomy atau
laserasi, sarankan ibu agar jangan menyentuh daerah luka.
3.
Istirahat dan tidur
a)
Anjurkan ibu untuk istirahat
yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b)
Sarankan ibu untuk melakukan
kembali kegiatan rumah tangga secara bertahap, tidur siang atau segera
istirahat ketika bayi tidur.
c)
Kurang istirahat memengaruhi
ibu dalam beberapa hal (mengurangi produksi ASI, memperlambat proses involusio
uterus dan memperbanyak perdarahan, memperbanyak perdarahan, menyebabkan
depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri)
4.
Latihan/ Senam Nifas
a)
Diskusikan pentingnya
mengembalikan fungsi otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan
merasa lebih kuat dan otot perutnya menjadi kuat, sehingga mengurangi rasa
sakit pada punggung.
b)
Jelaskan bahwa latihan
tertentu selama beberapa menit setiap hari sangat membantu.
c)
Berdiri dengan tungkai
dirapatkan. Kencangkan otot bokong dan pinggul, tahan sampai 5 hitungan.
Relaksasi otot dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
d)
Mulai mengerjakan 5 kali
latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih
banyak. Pada minggu ke 6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap
gerakan sebanyak 30 kali.
5. Perawatan payudara
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering
b) Menggunakan bra/ BH yang menyokong payudara
c) Bila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Kegiatan menyusui tetap
dilakukan mulai dari putting susu yang tidak lecet
d) Bila lecet sangat berat, dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
e) Untuk menghilangkan nyeri, dapat minum paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
f) Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
1) Pengompresan payudara menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk
mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara, sehingga putting susu
menjadi lunak
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap, seluruh
ASI dikeluarkan dengan tangan.
5) Letakkan kaindingin pada payudara setelah menyusui
6) Payudara dikeringkan
6. Hubungan seksual
a) Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami-istri begitu darah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
Begitu darah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, inilah saat yang
aman untuk memulai melakukan hubungan suami-istri kapan saja ibu siap.
b) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai
masa waktu tertentu. Misalnya, setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan mulainya hubungan seksual bergantung pada pasangan yang
persangkutan.
7. Keluarga berencana
a) Idealnya, pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu
hamil kembali. Setiap pasangan menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka
ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun petugas kesehatan dapat membantu
merencanakan keluarganya dengan mengjarkan kepada mereka cara mencegah
kehamilan yang tidak di inginkan.
b) Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur atau ovulasi sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode amenore
laktasi dapat digunakan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya
kehamilan baru. Resiko cara ini adalah sebesar 2% terjadi kehamilan.
c) Terkait dengan metode KB, hal berikut sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu
kepada ibu.
1) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya
2) Kelebihan atau keuntungan
3) Kekurangan
4) Efek samping
5) Bagaimana menggunakan metode ini
6) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pascapersalinan yang
menyusui
d) Jika seorang ibu atau pasangan telah memilih
metode KB tertentu, sebaiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk
mengetahui apakah ada masalah bagi pasangan dan apakah metode tersebut bekerja
dengan baik.
8.
Tanda-tanda bahaya
Tanda-tanda bahaya yang perlu
diperhatikan pada masa nifas adalah:
1) Demam tinggi hingga melebihi 38°C
2) Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba betambah banyak (lebih
dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali
dalam setengah jam), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk.
3) Nyeri perut hebat/ rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung, serta
ulu hati.
4) Sakit kepala parah/ terus menerus dan pandangan nanar/ masalah penglihatan
5) Pembengkakan pada wajah, jari-jari atau tangan
6) Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis atau kaki
7) Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam
8) Putting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit untuk menyusui
9) Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan, merasa sangat letih atau nafas
terengah-engah
10) Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
11) Tidak bisa buang air besar selama tiga hari atau rasa sakit waktu buang air
kecil
12) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau diri-sendiri
DAFTAR PUSTAKA
http://lodging2010.com/asuhan-postnatal-di-komunitas/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar