BAB I
PENDAHULUAN
Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak
berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Oleh karena itu
ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui lebih berhasil. Banyak alasan
yang dikemukakan oleh ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya anatara lain ibu
tidak memproduduksi cukup ASI atau bayinya tidak mau menghisap. Sesungguhnya
hal ini tidak disebabkan kerena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan
karena ibu kurang percaya diri bahwa Asi-nya cukup untuk bayinya. Disamping itu
cara-cara menyusui yang tidak baik dan tidak benar dapat menimbulkan gangguan
pada putting susu ibu.
BAB II
PROSES LAKTASI DAN
MENYUSUI
PENGERTIAN LAKTASI
Laktasi adalah keseluruhan proses
menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan
ASI.
A.
ANATOMI FISIOLOGI PAYUDARA
1. Anatomi dan Fisiologi Payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di
atas otot dada.
Fungsi dari payudara
adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.
Payudara disebut Glandulla Mammae, berkembang sejak usia
janin 6 minggu dan membesar karena pengaruh hormon ibu yang tinggi yaitu
estrogen dan progesteron. Estrogen meninggkatkan pertumbuhan duktus-duktus dan
saluran penampung. Prosesteron merangsang pertumbuhan tunas-tunas alveoli.
Hormon-hormon lain seperti prolaktin, growth hormon, adenokostikosteroid. dan
tiroid juga diperlukan dalam kelenjar air susu.
Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat,
dan jaringan lemak. Diameter payudara sekitar 10-12 cm. Pada wanita yang tidak
hamil berat rata-r4ata sekitar 200 gram, tergantung individu. Pada akhir
kehamilan beratnya berkisar 400-600 gram, sedangkan pada waktu menyusui
beratnya mencapai 600-800 gram.
Besarnya payudara setiap wanita berbeda, tidak menjadi
ukuran banyaknya ASI yang di produksi. Payudara terbagi 3 bagian:
a.
Korpus ( badan ) yaitu bagian yang
besar
b.
Areola yaitu bagian tengah yang
berwarna kehitaman
c.
Papilla ( putting ) yaitu bagian
yang menonjol di puncak payudara.
Struktur payudara terdiri dari 3 bagian yaitu :
a.
Kulit
b.
Jaringan subkutan ( jaringan di
bawah kulit )
c.
Corpus mammae terdiri dari :
·
Parenkin : duktus laktiferus
uktus), duktulus (duktuli), lobus,alveoli.
·
Stroma
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap duktus bercabang-cabang
menjadi 20-40 duktuli. Duktulus
bercabang-cabang menjadi 10-100 alveolus yang berfungsi sebagai satu kasatuan
kelenjar. Payudara merupakan kumpulan dari sejumlah kelenjar susu tunggal.
Masing-masing duktus akan membentuk lobus dan duktulus akan
membentuk lobulus. Duktulus dan duktus
berpusat kearah puting susu. Sebelum bermuara pada puting susu, masing-masing
duktus melebar membentuk ampulla atau sinus yang akan berfungsi sebagai gudang
air susu ibu. Sinus, duktus, dan alveolus dikelilingi oleh myoepitel yang dapat
berkontraksi untuk memompa ASI. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang
memberi zat-zat gizi pada sel-sel kelenjar air susu untuk proses pembentukan
atau sintesis air susu ibu.
Bagian stroma mdari payudara tersusun dari bagian-bagian
berikut:
a.
Jaringan ikat
b.
Jaringan lemak
c.
Pembuluh darah
d.
Syaraf
e.
Pembuluh limpa
Puting susu dan areola (daerah sekitar puting susu yang
berpigmentasi lebih) adalah gudang susu yang mempunyai pengaruh terhadap
keberhasilan menyusui. Pada puting susu dan areola terdapat ujung-ujung syaraf
peraba yang penting pada proses refleks saat menyusui. Puting susu mengandung
otot polos yang dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusu. Dengan
cekapan bibir bayiyang menyeluruh pada daerah tersebut, ASI akan keluar dengan
lancar.
Pada umumnya putting susu menonjol keluar. Meskipun
demikian, kadang dijumpai putting yang panjang, datar (flat nipples), atau masuk
ke dalam (inverted nipples). Namun, bentuk putting tidak selalu berpengaruh
pada proses laktasi. Hal terpenting adalah bahwa putting susu dan areola dapat
ditarik sehingga membentuk tonjolan seperti dot ke dalam mulut bayi.
Kadang-kadang terdapat pula putting yang tidak lentur, terutama pada bentuk
yang terbenam sehingga butuh penanganan khusus, ibu dengan kondisi seperti itu
perlu mendapatkan perawatan payudara sejak sebelum masa laktasi.
Pada ujung putting susu terdapat 15-25 muara lobus (duktus
laktiferus), sedangkan areola mengandung sejumlah kelenjar, misalnya Kelenjar
Montgory yang berfungsi sebagai kelenjar minyak yang mengeluarkan cairan agar putting tetap lunak dan lentur.
Gambar 2. Bentuk puting susu normal
Gambar 3. Bentuk puting susu pendek
Gambar 4. Bentuk puting susu panjang
Gambar 5. Bentuk puting susu terbenam/ terbalik
B.
DUKUNGAN
BIDAN DALAM PEMBERIAN ASI
1.
Yakinkan ibu
bahwa ibu dapat menyusui, dan ASI adalah yang terbaikuntuk bayinya serta ibu
dapat memproduksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi dan tidak tergantung pada
besar kecilnya payudara ibu.
2.
Memastikan bayi
mendapat ASI yang cukup
3.
Membantu ibu
mengembangkan keterampilan dalam menyusui.
4.
Ibu mengetahui setiap perubahan fisik yang
terjadi pada dirinya dan mengerti bahwa perubahan tersebut normal.
5.
Ibu mengetahui dan mengerti akan pertumbuhan
dan perilaku bayi dan bagaimana seharusnya menghadapi dan mengatasinya.
6.
Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia
mampu menyusui bayinya sendiri.
7.
Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah
dilahirkan selama beberapa jam pertama. Ini penting sekali untuk membina
hubungan/ikatan disamping bagi pemberian ASI. Bayi yang normal berada dalam
keadaan bangun dan sadar selama beberapa jam pertama sesudah lahir. Kemudian
mereka akan memasuki suatu masa tidur pulas. Penting untuk membuat bayi
menerima ASI pada waktu masih terbangun tersebut. Seharusnya dilakukan
perawatan mata bayi pada jam pertama sebelum atau sesudah bayi menyusui untuk
pertama kalinya. Buatlah bayi merasa hangat dengan membaringkannya dan menempel
pada kulit ibunya dan menyelimuti mereka. Jika mungkin dilakukan ini paling
sedikit 30 menit, karena pada saat itulah kebanyakan bayi siap menyusui.
8.
Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada
ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul. Ibu harus menjaga agar tangan dan
putting susunya selalu bersih untuk mencegah kotoran dan kuman masuk ke dalam
mulut bayi. Ini juga mencegah luka pada putting susu dan infeksi pada payudara.
Seorang ibu harus mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh putting
susunya dan sebelum menyusui bayinya. Ibu juga harus mencuci tangan sesudah
membuang air kecil atau air besar atau menyentuh sesuatu yang kotor. Ibu harus membersihkan payudaranya
dengan air bersih satu kali sehari, tidak boleh mengoleskan krim, minyak,
alkohol atau sabun pada putting susunya.
9.
Bantulah ibu waktu pertama kali memberi ASI.
Posisi menyusui yang benar disini
adalah penting.
·
Berbaring miring. Ini
posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu
merasa lelah atau merasa nyeri
·
Duduk. Penting untuk
memberikan topangan / sandaran pada punggung ibu dalam posisinya tegak lurus
(90’) terhadap pangkuannya.
Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada
payudara.
a)
Seluruh tubuhnya berdekatan dan
terarah pada ibu.
b)
Mulut dan dagunya berdekatan denga
payudara.
c)
Areola tidak akan bisa terlihat
denga jelas.
d)
Anda dapat melihat bayi melakukan
hisapan yang lamban dan dalam, dan
e)
Menelan ASI-nya.
f)
Bayi terlihat tenang dan senang.
g)
Ibu tidak merasakan adanya nyeri
pada putting susu.
10. Bayi
harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat gabung, rooming in).
Dengan demikian ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila lapar. Ibu harus
belajar mengenali tanda-tanda yang menunjukan bahwa bayinya lapar. Bila ibu
terpisah tempatnya dari bayi maka ibu akan lebih lama belajar mengenali
tanda-tanda tersebut.
11. Memberikan
ASI sesering mungkin.
Biasanya bayi baru lahir minum ASI
setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24 jam. Selama 2 hari pertama sesudah
lahir beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASI pada
bayi dengan cara membangunkannya selama siklus tidurnya setia 2-3 jam.
12. Memberikan
Kolostrum dan ASI saja
Makanan lain termasuk air dapat membuat
bayi sakit dan menurunkan persediaan ASI ibunya, karena ibu memproduksi ASI
tergantung pada seberapa banyak ASI dihisap oleh bayi. Makin banyak ASI yang
dihisap oleh bayi makin banyak produksi ASI ibu.
13. Hindari
susu botol dan dot empeng.
Susu botol dan dot empeng membuat bayi
bingung putting karena mekanisme menghisap botol dandot empeng berbeda dari
mekanisme menghisap putting susu pada ibunya.
14. Mendukung
suami dan keluarga yang mengerti bahwa ASI dan menyusui paling baik untuk bayi,
untuk memberikan dorongan yang baik bagi ibu agar lebih berhasil dalam menyusui
15. Peran
petugas kesehatan sangat penting dalam membantu ibu-ibu menyusui yang mengalami
hambatan dalam menyusui.
16. Imflikasi
kode WHO, yaitu antara lain : melarang promosi PASI, melarang pemberian sample
PASI, bidan tidak boleh menerima hadiah dari produsen PASI, mencantumkan
komposisi dan mencantumkan bahwa ASI adalah yang terbaik, petugas harus
mendukung pemberian ASI.
BAB III
PENUTUP
Menyusui merupakan
cara yang ideal bagi ibu untuk memberikan kasih sayang pada anaknya dan cara
terbaik memenuhi kebutuhan gizi bayi. Dengan menyusui, hubungan batin yang
hangat antara ibu dan bayi akan terjalin erat. Sewaktu menyusu dan berada dalam
dekapan ibu, bayi merasakan sentuhan kulit ibu yang lembut dan hangat serta
mendengan detak jantung ibu yang akan memberikan rasa aman dan tentram.
Kelekatan antara ibu dan bayinya sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan
pribadi bayi kelak. Jika ibu selalu ada jika dibutuhkan akan menimbulkanrasa
lekat. Ini akan membuat percaya pada orang lain dan menumbuhkan percaya diri.
Anak yang mendapat kasih sayang dari ibu juga akan memiliki potensi mengasihi
orang lain.
Afeksi yang tumbuh
pada diri anak melalui proses menyusui akan menjadi dasar perkembangan emosi
yang hangat pada diri anak terhadap dunia sekelilingnya. Dengan demikian,
proses menyusui merupakan stimulasi yang penting untuk perkembangan mental,
kecerdasan dan sosial emosi anak. Hal ini penting untuk pertumbuhan psikologis
yang sehat. Sealain itu juga ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal.
Dengan demikian
ibu perlu belajar berinteraksi dengan bayinya agar dapat sukses dalam
memberikan yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Asuhan Kebidanan
pada Ibu Post Partum, Pusdiknakes WHO, JHIPIEGO 2001
Perawatan Ibu
Paska Melahirkan, Mellyna Huliana Amd. Keb.
Manajemen Laktasi,
Depkes RI 1992
Modul Pelatihan
Tatalakasana Ibu Hamil, Bersalin dan BBL, PERINASIA Cab, Jawa Barat 2001.
Myles Texbook for
Midwifery, V. ruth Bennet & Linda 1999
http://www.asuhan-keperawatan-kebidanan.co.cc/
http://ayumarthasari.wordpress.com/2009/12/23/anatomi-dan-fisiologi-payudara/
http://endahpurnasari.blogspot.com/2010/07/proses-laktasi-dan-menyusui.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar