BAB I
PENDAHULUAN
Investasi
fisiologi yang terjadi pada wanita, termasuk semua organisme
betina dalam mencapai kehamilan, merupakan kejadian yang luar biasa
menakjubkan. Kehamilan terjadi bersamaan dengan ovulasi pada masa remaja
dini; dan setelah kelahiran, anovulasi dan amenorrhoe menetap selama laktasi,
dan menyusui dilanjutkan sampai dengan 2-3 tahun. Kemudian kehamilan
terjadi lagi dan begitu seterusnya. Ketika sudah 10 atau 11 episode
kehamilan-laktasi tersebut selesai, fungsi ovarium dan ovulasi berhenti yaitu
menopause. Sebuah analisis yang merangsang pemikiran tentang ”evolution of
human reproduction”telah disajikan oleh Roger Short (1976).
Menstruasi dipandang dalam arti fisiologi, sebagai hasil akhir dari
kegagalan fertilitas. Tidak diragukan lagi bahwa animus fisiologi siklus
ovarium, dan akomodasi-akomodasi saluran reproduktif morfologis yang
menyertainya adalah ovulasi, fertilisasi, dan implantasi. Ada sistem gagalaman
yang bekerja kalau ada kegagalan fertilisasi ovum atau kegagalan
implantasi blastokista, dan peristiwa ini berpuncak pada menstruasi.
Fertilisasi merupakan suatu proses awal terbentuknya suatu kehamilan.
Proses ini berlanjut dengan pembelahan sampai terjadinya implantasi.
Sesorang dapat dinyatakan hamil apabila hasil konsepsi tertanam di dalam
rahim ibu, yang biasa disebut dengan kehamilan intra uterin. Jika hasil
konsepsi tertanam di luar rahim, hal itu disebut kehamilan ekstra uterin.
Apabila fertilisasi, proses pembelahan dan implantasi tidak berlangsung baik,
hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya abortus ataupun kelainan pada
bayi. Sehingga fertilisasi merupakan tonggak awal penciptaan seorang
manusia.
betina dalam mencapai kehamilan, merupakan kejadian yang luar biasa
menakjubkan. Kehamilan terjadi bersamaan dengan ovulasi pada masa remaja
dini; dan setelah kelahiran, anovulasi dan amenorrhoe menetap selama laktasi,
dan menyusui dilanjutkan sampai dengan 2-3 tahun. Kemudian kehamilan
terjadi lagi dan begitu seterusnya. Ketika sudah 10 atau 11 episode
kehamilan-laktasi tersebut selesai, fungsi ovarium dan ovulasi berhenti yaitu
menopause. Sebuah analisis yang merangsang pemikiran tentang ”evolution of
human reproduction”telah disajikan oleh Roger Short (1976).
Menstruasi dipandang dalam arti fisiologi, sebagai hasil akhir dari
kegagalan fertilitas. Tidak diragukan lagi bahwa animus fisiologi siklus
ovarium, dan akomodasi-akomodasi saluran reproduktif morfologis yang
menyertainya adalah ovulasi, fertilisasi, dan implantasi. Ada sistem gagalaman
yang bekerja kalau ada kegagalan fertilisasi ovum atau kegagalan
implantasi blastokista, dan peristiwa ini berpuncak pada menstruasi.
Fertilisasi merupakan suatu proses awal terbentuknya suatu kehamilan.
Proses ini berlanjut dengan pembelahan sampai terjadinya implantasi.
Sesorang dapat dinyatakan hamil apabila hasil konsepsi tertanam di dalam
rahim ibu, yang biasa disebut dengan kehamilan intra uterin. Jika hasil
konsepsi tertanam di luar rahim, hal itu disebut kehamilan ekstra uterin.
Apabila fertilisasi, proses pembelahan dan implantasi tidak berlangsung baik,
hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya abortus ataupun kelainan pada
bayi. Sehingga fertilisasi merupakan tonggak awal penciptaan seorang
manusia.
BAB II
KAJIAN TEORI
KONSEPSI OVUM DAN SPERMA
SERTA FERTILISASI IMPLANTASI
Setiap bulan
wanita melepaskan satu sampai dua sel telur dari indung telur (ovulasi) yang
ditangkap oleh umbai – umbai (fimbrai) dan masuk ke dalam sel telur. Waktu
parsetubuhan, cairan semen tumpah ke dalam vagina dan berjuta – juta sel mani
(sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke sel telur. Pembuahan sel
telur oleh sperma biasa terjadi dibagian yang mengembang dari tuba fallopi.
Sekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi untuk
mencairkan zat – yang melindungi ovum kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki,
masuklah satu sel mani dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini
disebut pembuahan ( konsepsi = fertilisasi ). Ovum yang telah dibuahi
ini segera membelah diri sambil bergerak oleh rambut getar tuba menuju ruang
rahim kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarung di ruang
rahim. Peristiwa ini disebut nidasi (implantasi) Dari pembuahan sampai nidasi
diperlukan waktu kira – kira enam sampai tujuh hari. Untuk menyuplai darah dan
zat – zat makanan bagi mudigah dan janin, dipersiapkan uri (plasenta). Jadi
dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum (sel telur),
spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi = fertilisasi), nidasi dan
plasenta. (Rustam Mochtar, 1998 : 17)
1.
Sel telur (ovum)
Pertumbuhan
embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi digenital ridge.
Menurut
umur wanita, jumlah oogonium adalah :
a.
BBL = 750.000
b.
Umur 6 – 15 =
439.000
c.
Umur 16 – 25
tahun = 159.000
d.
Umur 26 – 35
tahun = 59.000
e.
Umur 35 – 45 tahun = 39.000
f.
Masa menopause
= semua hilang
Urutan pertumbuhan ovum (oogenesis) :
a.
Oogonia
b.
Oosit pertama (primary oocyte)
c.
Primary ovarian follicle
d.
Liquar folliculi
e.
Pematangan pertama ovum
f.
Pematangan kedua ovum pada waktu
sperma membuahi ovum
2. Sel
mani (spermatozoa)
Sperma
bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala berbentuk lonjong agak gepeng
berisi inti (nucleus) leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan
ekor yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat. Panjang
ekor kira – kira sepuluh kali bagian kepala.
Secara
embrional, spermatogonium berasal dari sel – sel primitif tubulas testis.
Setelah bayi laki – laki lahir, jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami
perubahan sampai masa akil baliq. Pada masa pubertas dibawah pengaruh sel – sel
interstial leyding. Sel – sel spermatogonium ini mulai aktif mengadakan mitosis
dan terjadilah spermatogenesis.
Urutan
pertumbuhan sperma (spermatogenesis) :
a.
Spermatogonium (membelah dua)
b.
Spermatosit pertama (membelah dua)
c.
Spermatosit kedua (membelah dua)
d.
Spermatid, kemudian tumbuh menjadi
e.
Spermatozoa (sperma)
3. Pembuahan (konsepsi =fertilisasi)
Pembuahan
adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur di tuba
fallopi, umumnya terjadi di ampula tuba, pada hari ke sebelas sampai empat
belas dalam siklus menstruasi. Wanita mengalami ovulasi (peristiwa matangnya
sel telur) sehingga siap untuk dibuahi, bila saat ini dilakukan coitus, sperma
yang mengandung kurang lebih seratus sepuluh sampai seratus dua puluh juta sel
sperma dipancarkan ke bagian atas dinding vagina terus naik ke serviks dan
melintas uterus menuju tuba fallopi disinilah ovum dibuahi.
Hanya
satu sperma yang telah mengalami proses kapitasi yang dapat melintasi zona
pelusida dan masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelisuda mengalami
perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma lain. Proses ini diikuti
oleh penyatuan ke dua pronuklei yang disebut zigot, yang terdiri atas acuan
genetic dari wanita dan pria. Pembuahan mungkin akan menghasilkan xx zigot
menurunkan bayi perempuan dan xy zigot menurunkan bayi laki – laki.
Dalam
beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zigot selama tiga hari
sampai stadium morula. Hasil konsepsi ini tetap digerakkan kearah rongga rahim
oleh arus dan getaran rambut getar (silia) serta kontraksi tuba. Hasil konsepsi tuba dalam kavum uteri pada tingkat
blastula. (Rustam Mochtar, 1998 : 18-19)
Untuk menentukan masa subur,
dipakai 3 patokan, yaitu :
1.
Ovulasi terjadi 14 ± 2 hari sebelum
haid yang akan datan
2.
Sperma dapat hidup & membuahi
dalam 2-3 hari setelah ejakulasi
3.
Ovum dapat hidup 24 jam setelah
ovulasi
Pertemuan / penyatuan sel sperma dengan sel telur inilah
yang disebut
sebagai pembuahan atau fertilisasi.
sebagai pembuahan atau fertilisasi.
Dalam keadaan normal in
vivo, pembuahan terjadi di daerah tuba falopii
umumnya di daerah ampula / infundibulum.
umumnya di daerah ampula / infundibulum.
Perkembangan teknologi
kini memungkinkan penatalaksanaan kasus
infertilitas (tidak bisa mempunyai anak ) dengan cara mengambil oosit wanita
dan dibuahi dengan sperma pria di luar tubuh, kemudian setelah terbentuk
embrio, embrio tersebut dimasukkan kembali ke dalam rahim untuk
pertumbuhan selanjutnya. Teknik ini disebut sebagai pembuahan in vitro (in
vitro fertilization – IVF) – dalam istilah awam” bayi tabung”.
infertilitas (tidak bisa mempunyai anak ) dengan cara mengambil oosit wanita
dan dibuahi dengan sperma pria di luar tubuh, kemudian setelah terbentuk
embrio, embrio tersebut dimasukkan kembali ke dalam rahim untuk
pertumbuhan selanjutnya. Teknik ini disebut sebagai pembuahan in vitro (in
vitro fertilization – IVF) – dalam istilah awam” bayi tabung”.
PROSES FERTILISASI
Spermatozoa bergerak
cepat dari vagina ke dalam rahim, masuk ke
dalam tuba. Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontaksi
miometrium dan dinding tuba yang juga terjadi saat sanggama.
Ovum yang dikeluarkan oleh ovarium, ditangkap oleh fimbrae dengan
umbai pada ujung proksimalnya dan dibawa ke dalam tuba falopii. Ovum yang
dikelilingi oleh perivitelina, diselubungi oleh bahan opak setebal 5–10 μm, yang
disebut zona pelusida. Sekali ovum sudah dikeluarkan, folikel akan mengempis
dan berubah menjadi kuning, membentuk korpus luteum. Sekarang ovum siap
dibuahi apabila sperma mencapainya.
dalam tuba. Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontaksi
miometrium dan dinding tuba yang juga terjadi saat sanggama.
Ovum yang dikeluarkan oleh ovarium, ditangkap oleh fimbrae dengan
umbai pada ujung proksimalnya dan dibawa ke dalam tuba falopii. Ovum yang
dikelilingi oleh perivitelina, diselubungi oleh bahan opak setebal 5–10 μm, yang
disebut zona pelusida. Sekali ovum sudah dikeluarkan, folikel akan mengempis
dan berubah menjadi kuning, membentuk korpus luteum. Sekarang ovum siap
dibuahi apabila sperma mencapainya.
Dari 60 – 100 juta
sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina pada
saat ovulasi, beberapa juta berhasil menerobos saluran heliks di dalam mukus
serviks dan mencapai rongga uterus beberapa ratus sperma dapat melewati
pintu masuk tuba falopii yang sempit dan beberapa diantaranya dapat
bertahan hidup sampai mencapai ovum di ujung fimbrae tuba fallopii. Hal ini
disebabkan karena selama beberapa jam, protein plasma dan likoprotein yang
berada dalam cairan mani diluruhkan. Reaksi ini disebut reaksi kapasitasi.
Setelah reaksi kapasitasi, sperma mengalami reaksi akrosom, terjadi setelah
sperma dekat dengan oosit. Sel sperma yang telah menjalani kapasitasi akan
terpengaruh oleh zat – zat dari korona radiata ovum, sehingga isi akrosom
dari daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontak dengan lapisan
korona radiata. Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang dapat melarutkan
korona radiata, trypsine – like agent dan lysine – zone yang dapat melarutkan
dan membantu sperma melewati zona pelusida untuk mencapai ovum. Hanya
satu sperma yang memiliki kemampuan untuk membuahi, karena sperma
tersebut memiliki konsentrasi DNA yang tinggi di nukleusnya, dan kaputnya
lebih mudah menembus karena diduga dapat melepaskan hialuronidase. Sekali
sebuah spermatozoa menyentuh zona pelusida, terjadi perlekatan yang kuat
dan penembusan yang sangat cepat. Setelah itu terjadi reaksi khusus di zona
pelusida (zone reaction) yang bertujuan mencegah terjadinya penembusan
lagi oleh sperma lainnya. Dengan demikian, sangat jarang sekali terjadi
penembusan zona oleh lebih dari satu sperma.
saat ovulasi, beberapa juta berhasil menerobos saluran heliks di dalam mukus
serviks dan mencapai rongga uterus beberapa ratus sperma dapat melewati
pintu masuk tuba falopii yang sempit dan beberapa diantaranya dapat
bertahan hidup sampai mencapai ovum di ujung fimbrae tuba fallopii. Hal ini
disebabkan karena selama beberapa jam, protein plasma dan likoprotein yang
berada dalam cairan mani diluruhkan. Reaksi ini disebut reaksi kapasitasi.
Setelah reaksi kapasitasi, sperma mengalami reaksi akrosom, terjadi setelah
sperma dekat dengan oosit. Sel sperma yang telah menjalani kapasitasi akan
terpengaruh oleh zat – zat dari korona radiata ovum, sehingga isi akrosom
dari daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontak dengan lapisan
korona radiata. Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang dapat melarutkan
korona radiata, trypsine – like agent dan lysine – zone yang dapat melarutkan
dan membantu sperma melewati zona pelusida untuk mencapai ovum. Hanya
satu sperma yang memiliki kemampuan untuk membuahi, karena sperma
tersebut memiliki konsentrasi DNA yang tinggi di nukleusnya, dan kaputnya
lebih mudah menembus karena diduga dapat melepaskan hialuronidase. Sekali
sebuah spermatozoa menyentuh zona pelusida, terjadi perlekatan yang kuat
dan penembusan yang sangat cepat. Setelah itu terjadi reaksi khusus di zona
pelusida (zone reaction) yang bertujuan mencegah terjadinya penembusan
lagi oleh sperma lainnya. Dengan demikian, sangat jarang sekali terjadi
penembusan zona oleh lebih dari satu sperma.
GAMBAR FERTILISASI
Sumber : Miracle of man’s creation
Pada saat sperma mencapai oosit, terjadi :
1.
Reaksi zona / reaksi kortikal pada
selaput zona pelusida
2.
Oosit menyelesaikan pembelahan
miosis keduanya, menghasilkan oosit definitif yang kemudian menjadi pronukleus
wanita
3.
Inti sperma membesar membentuk
pronukleus pria.
4.
Ekor sel sperma terlepas dan
berdegenerasi.
5.
Pronukleus pria dan wanita. Masing –
masing haploid, bersatu dan membentuk
zygot yang memiliki jumlah DNA genap / diploid.
GAMBAR
PEMBUAHAN OVUM
Sumber : Dasar – Dasar Obstetri dan Ginekologi
(2002)
Keterangan :
A, B, C dan D : Ovum dengan korona radiata
E: Ovum dimasuki spermatozoa
F dan G : Pembentukan benda kutub kedua dan akan
bersatunya kedua
pronukleus yang haploid untuk menjadi zigot
Hasil utama pembuahan :
1.
Penggenapan kembali jumlah kromosom
dari penggabungan dua paruh haploid dari ayah dan dari ibu menjadi suatu bakal
baru dengan jumlah kromosom diploid.
2.
Penentuan jenis kelamin bakal
individu baru, tergantung dari kromosom X atau Y yang dikandung sperma yang
membuahi ovum tersebut.
3.
Permulaan pembelahan dan stadium –
stadium pembentukan dan perkembangan embrio (embriogenesis)
4. Nidasi
atau Implantasi
Nidasi
adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. Blastula
diselubungi oleh sutu sampai disebut trofoblas, yang mampu menghancurkan dan
mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai rongga
rahim, jaringan endometrium berada dalam masa sekresi. Jaringan endometrium ini
banyak mengandung sel – sel desidua yaitu sel – sel besar yang mengandung
banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Blastula dengan bagian
yang berisi massa sel dalam (inner cell mass) akan mudah masuk kedalam
desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi.
Itulah sebabnya kadang – kadang pada saat nidasi
terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua (tanda Hartman). Umumnya nidasi
terjadi pada depan atau belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri. Bila nidasi
telah terjadi , dimulailah diferensiasi sel – sel blastula. Sel lebih kecil
yang terletak dekat ruang exocoeloma membentuk entoderm dan yolk sac sedangkan
sel – sel yang tumbuh besar menjadi entoderm dan membentuk ruang amnion. Maka
terbentuklah suatu lempeng embrional (embrional plate) diantara amnion dan yolk
sac.
Sel – sel trofoblas mesodermal yang tumbuh disekitar
mudigah (embrio) akan melapisi bagian dalam trofoblas. Maka terbentuklah sekat
korionik (chorionik membrane) yang kelak menjadi korion. Sel- sel trofoblas
tumbuh menjadi dua lapisan yaitu sitotrofoblas (sebelah dalam) dan sinsitio
trofoblas (sebelah luar)
Villi koriales yang berhubungan dengan desidua basalis
tumbuh bercabang – cabang dan disebut korion krondosum sedangkan yang
berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan sehingga akhirnya
menghilang disebut chorion leave.
Dalam peringkat nidasi trofoblas dihasilkan hormon –
hormon chorionic gonadotropin (HCG). (Rustam Mochtar, 1998 : 19-21)
GAMBAR
PERKEMBANGAN DAN PERJALANAN OVUM
Keterangan
:
A :
Oosit tidak bersegmen
B :
Fertilisasi
C :
Terbentuk pro-nuklei
D :
Pembelahan kumparan pertama
E :
Stadium 2 sel
F :
Stadium 4 sel
G :
Stadium 8 sel
H :
Morula
I & J : Pembentukan blastokista
K: Zona pelusida menghilang, implantasi terjadi
I & J : Pembentukan blastokista
K: Zona pelusida menghilang, implantasi terjadi
5. Plasentasi
Pertumbuhan
dan perkembangan desidua sejak terjadi konsepsi karena pengaruh hormon terus
tumbuh sehingga makin lama menjadi tebal. Desidua adalah mukosa rahim pada
kehamilan yang terbagi atas :
a.
Desidua basalis
Terletak diantara hasil konsepsi dan dinding rahim,
disini plasentater bentuk.
b.
Desidua kapsularis
Meliputi
hasil konsepsi ke arah rongga rahim yang lama kelamaan bersatu dengan desidua
vera kosena obliterasi .
c.
Desidua vera (parietalis)
Meliputi lapisan dalam dinding
rahim lainnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Fertilisasi
adalah suatu proses penyatuan antara sel mani / sperma dengan sel telur di tuba falopii.
Fertilisasi
dapat terjadi pada rentang masa subur dari seorang wanita. Proses fertilisasi
dimulai dengan masuknya sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina. Sperma
tersebut bergerak masuk ke dalam kavum uteri dan tuba sampai akhirnya bertemu
dengan ovum di ampula / infundibulum tuba. Selama perjalanan menuju ovum,
sperma mengalami reaksi kapasitasi dan reaksi akrosom.
Pada
saat sperma mencapai oosit, terjadi:
1.
Reaksi zona / reaksi kortikal
2.
Oosit menjadi pronukleus wanita
3.
Inti sperma membentuk pronukleus
pria.
4.
Ekor sel sperma terlepas dan
berdegenerasi.
5.
Pronukleus pria dan wanita bersatu
dan membentuk zygot yang memiliki jumlah DNA genap / diploid.
Hasil
utama pembuahan :
1.
Penggenapan kembali jumlah kromosom
2.
Penentuan jenis kelamin
3.
Permulaan embriogenesis
Zygot mengalami proses pembelahan
mitosis beberapa kali, sampai terbentuk 16 sel yang akan menjadi morula pada
hari ke 3 – 4 setelah fertilisasi dan berlanjut terus sampai terbentuk
trofoblast. Kira – kira pada hari ke 5 sampai ke 6, terjadi implantasi zigot
dalam cavum uteri.
DAFTAR PUSTAKA
2.
Cunningham, et all, Obstetri
William, Edisi 18, Jakarta, EGC, hal 99 – 100.
3.
Llewellyn, 2002, Dasar – Dasar
Obstetri Ginekologi, Jakarta, Hipokrates, hal 17 – 20.
4.
Mochtar, R, 1998, Sinopsis Obstetri,
Jakarta, EGC, , hal 18–20.
5.
Prawirohadjo, S, 1999, Ilmu
Kebidanan. Jakarta, Yayasan Balai Pustaka
6.
Sarwono Prawirohadjo, hal 57 – 60.
7.
Harun Yahya, Miracle of Man’s
Creation, The Indonesian Institute of Science
and Society.
8.
Benyumov,Zorn, 2002, The Ultimate
Guide To Pregnancy, Discovery Health Chanel-31
9.
http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklob6.html
10.
Bobak, Lowdermik, dan Jensen<
alih bahasa: Maria A,Wijayarini, Peter I. Anugerah; Editor bahasa Indonesia
Renata Komalasari.
11.
Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta, EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar