Sabtu, 14 April 2012

asneo


Sheborhea
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Kulit manusia merupakan organ tubuh terluar yang berfungsi sebagai barrier atau pertahanan tubuh terhadap pengaruh lingkungan luar .Di dalam struktur kulit manusia terdapat berbagai organ-organ termasuk kelenjar kulit,salah satunya adalah kelenjar minyak atau sebasea.Kelenjar ini menghasilkan sebum atau minyak yang mempunyai banyak peranan antara lain melindungi permukaan kulit terhadap kekeringan. Kelenjar ini hampir terdapat di seluruh permukaan bagian tubuh termasuk kulit kepala kecuali telapak tangan dan kaki.Namun aktifitas yang berlebihan dari kelenjar ini berhubungan dengan berbagai kondisi gangguan ataupun penyakit.
     Kulit kepala merupakan bagian dari kulit tubuh yang rentan terhadap infeksi salah satunya yaitu dermatitis seboroik.Dermatitis seboroik adalah dermatosis papuloskuamosa kronik yang biasanya mudah ditemukan pada tempat-tempat seboroik. Penyakit ini dapat menyerang anak-anak paling sering pada usia di bawah 6 bulan maupun dewasa. DS dikaitkan dengan peningkatan produksi sebum pada kulit kepala dan folikel sebasea terutama pada daerah wajah dan badan.


B. Tujuan
1.    Umum
 Diharapkan bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang seborrhea.
2.    Khusus
a.    Diharapkan bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang definisi seborrhea
b.    Diharapkan bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami epidemiologi seborrhea
c.    Diharapkan bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang pathogenesis seborrhea
d.    Diharapkan bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang gejala klinis seborrhea
e.    Diharapkan bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang pemeriksaan       penunjang seborrhea
f.     Diharapkan bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang diagnosis seborrhea
g.    Diharapkan bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang pengobatan dan  prognosis seborrhea
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. D
EFINISI

     Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit .Bentuk khusus dari dermatitis adalah ekzema. Adapun dermatitis seboroik adalah infeksi jamur superfisial pada kulit, menyerang daerah kulit yang banyak terdapat kelenjar sebasea dan merupakan salah satu penyakit kulit akibat respon imunitas peradangan yang abnormal terhadap jamur malassezia.(Ismail,1991)
     Atau dapat juga di artikan bahwa dermatitis seboroik adalah segolongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi dan bertempat predileksidi tempat-tempat seboroik.Penyakit ini dapat menyerang bayi sampai dewasa .Paling banyak di derita bayi pada usia 3 bulan dan dewasa pada usia30 sampai 60 tahun. Bentuk dan kondisi yang lebih buruk sering kali di derita pada bayi dan orang orang dengan daya tahan tubuh yang rendah / imunodefesiensi.

B. EPIDEMIOLOGI

     Dermatitis seboroik dapat menyerang bayi pada tiga bulan pertama kehidupan dan pada dewasa pada umur 30 hingga 60 tahun. Insiden memuncak pada umur 18–40 tahun.DS lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.perempuan. Prevalensi semakin berkurang pada setahun berikutnya dan sedikit menurun apabila umur lebih (Djuanda,2002).

C. PATOGENESIS
Patogenesis yang sebenarnya belum diketahui secara pasti berdasarkan tempat prediksi. Kelainan ini diduga akibat disfungsi kelenjar sebasea .Selain itu erat kaitannya dengan pengaruh hormone sisa kehamilan ibuknya .Karena itu dermatitis seboroik bias sembuh dalam waktu 8-12 bulan yaitu saat jumlah hormone tersebut berkurang.Kelainan ini biasanya akan berulang pada dewasa muda.
Beberapa faktor (misalnya tingkat hormon, infeksi jamur, defisit nutrisi, dan faktor neurogenik) berhubungan dengan keadaan ini.Adanya masalah hormonal mungkin dapat menjelaskan mengapa keadaan ini muncul pada bayi, hilang secara spontan, dan muncul kembali setelah puberitas. Pada bayi dijumpai hormon transplasenta meninggi beberapa bulan setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini menurun. Juga didapati bahwa perbandingan komposisi lipid di kulit berubah. Jumlah kolesterol, trigliserida, parafin meningkat dan kadar sequelen, asam lemak bebas dan wax ester menurun.
Keadaan ini diperparah dengan peningkatan keringat.Stres emosional memberikan pengaruh yang jelek pada masa pengobatan.Obat–obat neuroleptik seperti haloperidol dapat mencetuskan dermatitis seboroik serta faktor iklim.Lesi seperti DS dapat nampak pada pasien defesiensi nutrisi, contohnya defesiensi besi, defesiensi niasin, dan pada penyakit Parkinson. DS juga terjadi pada defesiensi pyridoxine .
Penelitian–penelitian melaporkan adanya suatu jamur lipofilik, pleomorfik, Malasssezia ovalis (Pityrosporum ovale), pada beberapa pasien dengan lesi pada kulit kepala. P. ovale dapat didapatkan pada kulit kepala yang normal.(Siregar,2002).

D. GEJALA KLINIS

     Dermatitis seboroik adalah suatu penyakit dengan gambaran berbagai variasi klinis.Secara garis besar gejala klinis DS bisa terjadi pada bayi dan orang dewasa.Pada bayi ada 3 bentuk, yaitu cradle cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk) dan generalisata (penyakit Leiner) yang terbagi menjadi familial dan non-familial. Sedangkan pada orang dewasa, berdasarkan daerah lesinya DS terjadi pada kulit kepala (pitiriasis sika dan inflamasi), wajah (blefaritis marginal, konjungtivitis, pada daerah lipatan nasolabial, area jenggot, dahi, alis), daerah fleksura (aksilla, infra mamma, umbilicus, intergluteal, paha), badan (petaloid, pitiriasiform) dan generalisata (eritroderma, eritroderma eksoliatif). Distribusinya biasanya bilateral dan simetris berupa bercak ataupun plakat dengan batas yang tidak jelas, eritema ringan dan sedang, skuama berminyak dan kekuningan.(Ismail ,1991).
1. Pada bayi, ada tiga bentuk khas yang terjadi, yaitu :.
a.  Secara klinis, cradle cap muncul pada minggu ketiga sampai minggu keempat dua gambarannya berupa eritema dengan skuama seperti lilin pada kulit kepala. Bagian frontal dan parietal berminyak dan sering menjadi krusta yang menebal tanpa eritema.Skuama dengan mudah dapat dihilangkan dengan sering menggunakan sampo yang mengandung sulfur, asam salisil, atau keduanya (misalnya sampo Sebulex atau sampo T-gel).
b.  Dermatitis seboroik pada bayi dapat meluas ke wajah, badan.
c.   Bentuk generalisata yang dikenal dengan nama penyakit Leiner atau eritroderma desquativum. Penyakit ini ada dua bentuk, familial dan non-familial,ini jarang terjadi.
2.  Dermatitis seboroik pada orang dewasa juga memberikan gambaran yang berminyak dengan eritema, krusta, dan skuama, dan meliputi kulit kepala, wajah, aurikularis, daerah fleksura, dan badan.
a.    Pada kulit kepala, merupakan tempat tersering dijumpai skuama yang berminyak dengan warna kekuningan sehingga rambut saling lengket dan kadang–kadang dijumpai krusta (Pityriasis steatoides), dandruff/ Pitiriasis sika (skuama kering dan berlapis–lapis dan sering lepas sendiri) adalah manifestasi awal DS pada umumnya. Diawali dengan noda kecil dan secara cepat menyerang kulit kepala.Tahap berikutnya eritema perifolikuler dan skuama yang meluas menjadi bercak yang berbatas tegas dan diskret atau meliputi sebagian besar kulit kepala dan di luar batas tumbuh rambut pada bagian frontal kepala (disebut korona seboroik).Jenis seboroik ini menyebabkan rambut rontok, sehingga terjadi alopesia dan rasa gatal.
b.    Pada daerah wajah, skuama berlapis dapat dilihat bercak skuama yang kuning. Kelopak mata eritema dan granular (blefaritis marginal) yang sering dijumpai pada wanita dan kadang–kadang injeksi konjungtiva.Kelopak mata daerah kekuningan, skuama halus, batasnya tidak jelas, dan kadang–kadang disertai rasa gatal.Jika menyerang glabella, terdapat kulit yang pecah dan bagian tengahnya mengerut disertai skuama halus dengan dasar yang eritema.Pada lipatan nasolabial dan alae nasi terdapat skuama kekuningan dan kadang–kadang disertai fissure.Pada laki–laki, folikulitis dapat terjadi pada kelopak mata bagian atas.Hal ini sering dijumpai pada laki–laki yang sering mencukur janggut dan kumisnya.Seboroik muka di daerah jenggot disebut sikosis barbe.
c.    Pada daerah badan yang mengenai daerah preseternal, interskapula, ketiak, inframamma, umbilicus, krural (lipatan paha, perineum, dan nates) beberapa bentuk DS dapat terjadi, yang paling sering adalah bentuk petaloid dan sering terlihat pada dada bagian depan dan daerah interskapular. Lesi awal kecil, papul folikular yang berwarna merah kecoklatan ditutupi dengan skuama yang berminyak, tapi lesi yang lebih sering adalah papul folikular dan bercak multipel dengan skuama halus di tengah dan skuama berminyak serta papul merah gelap di bagian pinggir.Pada badan, bentuk lainnya adalah pitiriasiform yang terdiri dari papulosquamous oval, disertai pitiriasis rosea.
d.    Bentuk yang terakhir adalah generalisata, yaitu eritroderma dan eritroderma eksfoliatif.


E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

     Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik adalah pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya kadang juga ditemukan pada penyakit lain, seperti pada dermatitis atopik atau psoriasis. Gambaran histopatologi tergantung dari stadium penyakit.Pada bagian epidermis.Dijumpai parakeratosis dan akantosis.Pada korium, dijumpai pembuluh darah melebar dan sebukan perivaskuler. Pada DS akut dan subakut, epidermisnya ekonthoik, terdapat infiltrat limfosit dan histiosit dalam jumlah sedikit pada perivaskuler superfisial, spongiosis ringan hingga sedang, hiperplasia psoriasiform ringan, ortokeratosis dan parakeratosis yang menyumbat folikuler, serta adanya skuama dan krusta yang mengandung netrofil pada ostium folikuler. Gambaran ini merupakan gambaran yang khas.Pada dermis bagian atas, dijumpai sebukan ringan limfohistiosit perivaskular. Pada DS kronik, terjadi dilatasi kapiler dan vena pada pleksus superfisial selain dari gambaran yang telah disebutkan di atas yang hamper sama dengan gambaran psoriasis. (Siregar,2002).

F. DIAGNOSIS

     Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Pada berbagai gejala dari gambaran klinis yang ditemukan pada dermatitis seboroik juga dapat dijumpai pada dermatitis atopik atau psoriasis, sehingga diagnosis sangat sulit untuk ditegakkan oleh karena baik gambaran klinis maupun gambaran histologi dapat serupa. Oleh sebab itu, perlu ketelitian untuk membedakan DS dengan penyakit lain sebagai diferensial diagnosis. Psoriasis misalnya yang juga dapat ditemukan pada kulit kepala, kadang disamakan dengan DS, yang membedakan ialah adanya plak yang mengalami penebalan pada liken simpleks.(Ismail,1991).

G. DIAGNOSIS BANDING
1.    Psoriasis Vulgaris ini berbeda dengan DS karena terdapat skuama yang tebal, kasar, dan berlapis-lapis, disertai tanda tetesan lilin, Kobner dan Auspitz.Tempat predileksinya juga berbeda, psoriasis sering terdapat di ekstremitas bagian ekstensor terutama siku, lutut, kuku dan daerah lumbosakral.Jika psoriasis mengenai scalp, maka sukar dibedakan dengan DS.Perbedaannya ialah skuamanya lebih tebal dan putih, seperti mika.
2.    Pitiriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Lesi awal berupa herald patch, umumnya di badan, soliter, bentuk oval dan terdiri atas eritema serta skuama halus dan tidak berminyak di pinggir. Lesi berikutnya lebih khas yang dapat dibedakan dengan DS, yaitu lesi yang menyerupai pohon cemara terbalik.Tempat predileksinya juga berbeda, lebih sering pada badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas, jarang pada kulit kepala. Gambaran Pitiriasis Rosea.
3.    Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies dermatofit dan biasanya menyerang anak–anak.Kelainan pada tinea kapitis dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat, yaitu kerion.Bercak-bercak seboroik pada kulit kepala yang berambut kadang-kadang membingungkan.Biasanya lesi DS pada kulit kepala lebih merata dan mempunyai lesi kulit yang simetris distribusinya.Pada tinea kapitis dan tinea kruris, eritema lebih menonjol di pinggir dan pinggirannya lebih aktif dibandingkan di tengahnya.Pada pemeriksaan didapatkan KOH positif dimana terlihat hifa yang bersekat, bercabang, serta spora.
4.    Liken simpleks kronikus adalah peradangan kulit kronis yang gatal, sirkumskrip ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenfikasi). Tidak biasa terjadi pada anak tetapi pada usia ke atas, berbeda dengan DS yang sering juga terjadi pada bayi dan anak-anak. Timbul sebagai lesi tunggal pada daerah kulit kepala bagian posterior atau sekitar telinga.Tempat predileksi di kulit kepala dan tengkuk, sehingga kadang sukar dibedakan dengan DS.Yang membedakannya ialah adanya likensifikasi pada penyakit ini.
5.    Dermatitis Atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal. Biasanya terjadi pada bayi atau anak-anak.Skuama kering dan difus, berbeda dengan DS yang skuamanya berminyak dan kekuningan.Selain itu, pada dermatitis atopik dapat terjadi likenfikasi.
6.    SLE adalah penyakit yang basanya bersifat akut, multisistemik dan menyerang jaringan konektif dan vaskular. SLE sulit dibedakan dengan DS, oleh karena pada SLE juga dapat dijumpai skuama.Yang dapat membedakan ialah lesi SLE berbentuk seperti kupu-kupu, tersering di area molar dan nasal dengan sedikit edema, eritema dan atrofi.Terdapat gejala demam, malaise, serta tes antibodi-antinuklear.
7.    Rosasea adalah penyakit kulit kronis pada derah sentral wajah (yang menonjol/ cembung). Gambaran histopatologi terdapat daerah ektasia vaskular, edema dermis dan diorganisasi jaringan konektif dermis.Ditandai dengan kemerahan pada kulit dan talangiektasis, disertai episode peradangan yang memunculkan erupsi, papul, pustul dan edema.
8.    Kandidosis adalah penyakit jamur yang di sebabkan oleh spesies candida, biasanya candida albicans.Kadang sulit dibedakan dengan DS jika mengenai lipatan paha dan perianal. Lesi dapat berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik dan basah.Perbedaannya ialah pada kandidiasis terdapat eritema berwarna merah cerah berbatas tegas dengan satelit-satelit di sekitarnya.Predileksinya juga bukan pada daerah-daerah yang berminyak, tetapi lebih sering pada daerah yang lembab.Selain itu, pada pemeriksaan dengan larutan KOH 10 %, terlihat sel ragi, blastospora atau hifa semu.





H. PENGOBATAN
 
     Secara umum, terapi bertujuan untuk menghilangkan sisik dengan keratolitik dan sampo, menghambat pertumbuhan jamur dengan pengobatan anti jamur, mengendalikan infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal dengan steroid topikal. Pasien harus diberitahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan sering kambuh.Harus dihindari faktor pencetus, seperti stres emosional, makanan berlemak, dan sebagainya.
1.  Pengobatan topikal ini dapat mengontrol dermatitis seboroik dan dandruff kronik pada stadium awal.Terapi yang dapat digunakan, contohnya fluocinolone, topikal steroid solution. Pada orang dewasa dengan DS dalam keadaan tertentu menggunakan steroid topikal satu atau dua kali seminggu, di samping penggunaan sampo yang mengandung sulfur atau asam salisil dan selenium sulfide 2%, 2 – 3 kali seminggu selama 5 – 10 menit. Atau dapat diberikan sampo yang mengandung sulfur, asam salisil, zing pirition 1 – 2 %. Steroid topikal potensi rendah dapat efektif mengobati DS pada bayi dan dewasa pada daerah fleksura maupun DS recalcitrant persistent pada dewasa.Topikal golongan azol dapat dikombinasikan dengan regimen desonide (satu dosis per hari selama dua minggu) untuk terapi pada wajah. Dapat juga diberikan salap yang mengandung asam salisil 2%, sulfur 4% dan ter 2%. Pada bayi dapat diberikan asam salisil 3% - 5% dalam minyak mineral.
2.  Sistemik
Dapat diberikan anti histamin ataupun sedatif.Pemberian dosis rendah dari terapi oral bromida dapat membantu penyembuhan.Terapi oral yang menggunakan dosis rendah dari preparat hemopoetik yang mengandung potasium bromida, sodium bromida, nikel sulfat dan sodium klorida dapat memberikan perubahan yang berarti dalam penyembuhan DS dan dandruff setelah penggunaan setelah 10 minggu.Pada keadaan yang berat dapat diberikan kortikosteroid sistemik, dosis prednisolon 20 – 30 mg sehari, jika ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan.Kalau ada infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik.
3.  Obat Alternatif
Terapi alami saat ini menjadi semakin populer.Tea tree oil (Melaleuca oil) adalah minyak esensial yang berasal dari Australia.Terapi ini dapat efektif bila digunakan setip hari dalam bentuk sampo 5 %

I. PROGNOSIS

     Dermatitis seboroik dapat sembuh sendiri dan merespon pengobatan topikal dengan baik. Namun pada sebagian kasus yang mempunyai faktor konstitusi, penyakit ini agak sukar untuk disembuhkan, meskipun terkontrol.

BAB III
PENUTUP



A. Kesimpulan
Dermatitis seboroik adalah dermatosis papuloskuamosa kronik yang bisanya mudah ditemukan.Penyakit ini dapat menyerang anak-anak maupun dewasa.Secara garis besar, gejala klinis DS bisa terjadi pada bayi dan orang dewasa.Pada bayi ada tiga bentuk, yaitu cradle cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk) dan generalisata (penyakit Leiner).Sedangkan pada orang dewasa berdasarkan daerah lesinya DS terjadi pada kulit kepala, wajah, daerah fleksura, badan dan generalisata.
Diagnosis sulit ditegakkan karena banyaknya penyakit lain yang gambaran klinis dan histopatologisnya serupa. Secara umum terapi bertujuan untuk menghilangkan sisik dengan keratolitik dan sampo, menghambat pertumbuhan jamur dengan pengobatan anti jamur, mengendalikan infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal dengan steroid topikal.Pasien harus diberitahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan sering kambuh, harus dihindari faktor pencetus, seperti stress emosional, makanan berlemak, dan sebagainya.

B. Saran

     Jadi kulit manusia merupakan organ tubuh terluar yang berfungsi sebagai barrier atau pertahanan tubuh terhadap pengaruh lingkungan luar. Di dalamnya terdapat berbagai organ-organ termasuk kelenjar kulit,salah satunya kelenjar minyak atau sebasea.Kelenjar ini menghasilkan sebum atau minyak yang berlebihan dari kelenjar ini berhubungan dengan berbagai kondisi gangguan ataupun penyakit.














DAFTAR PUSTAKA


Djuanda Adhi, dkk.2002.“Dermatitis Seboroik” dan “Tinea Kapitis”, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Balai Penerbit (FKUI): Jakarta.

Ismail Sofyan,dkk.1991.Ilmu Kesehatan Anak .Fakultas Kedokteran UI:Jakarta.

Siregar, R., S.,2002. “Dermatitis Seboroika”, dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Balai Penerbit EGC:Jakarta.

Suparlan, A., G., dkk, 1994“Kandidiasis”, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi, LAB/ UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin:Surabaya

http://ekaakbidbup.blogspot.com/2009/10/seborrhea-pada-neonatus-dan-bayi.html

Tidak ada komentar: