Sheborhea
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit manusia merupakan organ tubuh
terluar yang berfungsi sebagai barrier atau pertahanan tubuh terhadap pengaruh
lingkungan luar .Di dalam struktur kulit manusia terdapat berbagai organ-organ
termasuk kelenjar kulit,salah satunya adalah kelenjar minyak atau
sebasea.Kelenjar ini menghasilkan sebum atau minyak yang mempunyai banyak
peranan antara lain melindungi permukaan kulit terhadap kekeringan. Kelenjar
ini hampir terdapat di seluruh permukaan bagian tubuh termasuk kulit kepala
kecuali telapak tangan dan kaki.Namun aktifitas yang berlebihan dari kelenjar
ini berhubungan dengan berbagai kondisi gangguan ataupun penyakit.
Kulit kepala merupakan bagian dari kulit tubuh yang rentan terhadap infeksi salah satunya yaitu dermatitis seboroik.Dermatitis seboroik adalah dermatosis papuloskuamosa kronik yang biasanya mudah ditemukan pada tempat-tempat seboroik. Penyakit ini dapat menyerang anak-anak paling sering pada usia di bawah 6 bulan maupun dewasa. DS dikaitkan dengan peningkatan produksi sebum pada kulit kepala dan folikel sebasea terutama pada daerah wajah dan badan.
Kulit kepala merupakan bagian dari kulit tubuh yang rentan terhadap infeksi salah satunya yaitu dermatitis seboroik.Dermatitis seboroik adalah dermatosis papuloskuamosa kronik yang biasanya mudah ditemukan pada tempat-tempat seboroik. Penyakit ini dapat menyerang anak-anak paling sering pada usia di bawah 6 bulan maupun dewasa. DS dikaitkan dengan peningkatan produksi sebum pada kulit kepala dan folikel sebasea terutama pada daerah wajah dan badan.
B. Tujuan
1.
Umum
Diharapkan bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang seborrhea.
Diharapkan bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang seborrhea.
2. Khusus
a. Diharapkan bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
tentang definisi seborrhea
b. Diharapkan bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
epidemiologi seborrhea
c. Diharapkan bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
tentang pathogenesis seborrhea
d. Diharapkan bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
tentang gejala klinis seborrhea
e. Diharapkan bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
tentang pemeriksaan penunjang
seborrhea
f. Diharapkan bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
tentang diagnosis seborrhea
g. Diharapkan bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
tentang pengobatan dan prognosis
seborrhea
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit .Bentuk khusus dari dermatitis adalah ekzema. Adapun dermatitis seboroik adalah infeksi jamur superfisial pada kulit, menyerang daerah kulit yang banyak terdapat kelenjar sebasea dan merupakan salah satu penyakit kulit akibat respon imunitas peradangan yang abnormal terhadap jamur malassezia.(Ismail,1991)
Atau dapat juga di artikan bahwa dermatitis seboroik adalah segolongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi dan bertempat predileksidi tempat-tempat seboroik.Penyakit ini dapat menyerang bayi sampai dewasa .Paling banyak di derita bayi pada usia 3 bulan dan dewasa pada usia30 sampai 60 tahun. Bentuk dan kondisi yang lebih buruk sering kali di derita pada bayi dan orang orang dengan daya tahan tubuh yang rendah / imunodefesiensi.
B. EPIDEMIOLOGI
Dermatitis seboroik dapat menyerang bayi pada tiga bulan pertama kehidupan dan pada dewasa pada umur 30 hingga 60 tahun. Insiden memuncak pada umur 18–40 tahun.DS lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.perempuan. Prevalensi semakin berkurang pada setahun berikutnya dan sedikit menurun apabila umur lebih (Djuanda,2002).
C. PATOGENESIS
Patogenesis
yang sebenarnya belum diketahui secara pasti berdasarkan tempat prediksi.
Kelainan ini diduga akibat disfungsi kelenjar sebasea .Selain itu erat
kaitannya dengan pengaruh hormone sisa kehamilan ibuknya .Karena itu dermatitis
seboroik bias sembuh dalam waktu 8-12 bulan yaitu saat jumlah hormone tersebut
berkurang.Kelainan ini biasanya akan berulang pada dewasa muda.
Beberapa
faktor (misalnya tingkat hormon, infeksi jamur, defisit nutrisi, dan faktor
neurogenik) berhubungan dengan keadaan ini.Adanya masalah hormonal mungkin
dapat menjelaskan mengapa keadaan ini muncul pada bayi, hilang secara spontan,
dan muncul kembali setelah puberitas. Pada bayi dijumpai hormon transplasenta
meninggi beberapa bulan setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila kadar
hormon ini menurun. Juga didapati bahwa perbandingan komposisi lipid di kulit
berubah. Jumlah kolesterol, trigliserida, parafin meningkat dan kadar sequelen,
asam lemak bebas dan wax ester menurun.
Keadaan
ini diperparah dengan peningkatan keringat.Stres emosional memberikan pengaruh
yang jelek pada masa pengobatan.Obat–obat neuroleptik seperti haloperidol dapat
mencetuskan dermatitis seboroik serta faktor iklim.Lesi seperti DS dapat nampak
pada pasien defesiensi nutrisi, contohnya defesiensi besi, defesiensi niasin,
dan pada penyakit Parkinson. DS juga terjadi pada defesiensi pyridoxine .
Penelitian–penelitian
melaporkan adanya suatu jamur lipofilik, pleomorfik, Malasssezia ovalis
(Pityrosporum ovale), pada beberapa pasien dengan lesi pada kulit kepala. P.
ovale dapat didapatkan pada kulit kepala yang normal.(Siregar,2002).
D. GEJALA KLINIS
Dermatitis seboroik adalah suatu penyakit dengan gambaran berbagai variasi klinis.Secara garis besar gejala klinis DS bisa terjadi pada bayi dan orang dewasa.Pada bayi ada 3 bentuk, yaitu cradle cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk) dan generalisata (penyakit Leiner) yang terbagi menjadi familial dan non-familial. Sedangkan pada orang dewasa, berdasarkan daerah lesinya DS terjadi pada kulit kepala (pitiriasis sika dan inflamasi), wajah (blefaritis marginal, konjungtivitis, pada daerah lipatan nasolabial, area jenggot, dahi, alis), daerah fleksura (aksilla, infra mamma, umbilicus, intergluteal, paha), badan (petaloid, pitiriasiform) dan generalisata (eritroderma, eritroderma eksoliatif). Distribusinya biasanya bilateral dan simetris berupa bercak ataupun plakat dengan batas yang tidak jelas, eritema ringan dan sedang, skuama berminyak dan kekuningan.(Ismail ,1991).
1. Pada bayi, ada tiga bentuk khas yang terjadi, yaitu :.
a. Secara klinis, cradle cap muncul pada minggu ketiga sampai
minggu keempat dua gambarannya berupa eritema dengan skuama seperti lilin pada
kulit kepala. Bagian frontal dan parietal berminyak dan sering menjadi krusta
yang menebal tanpa eritema.Skuama dengan mudah dapat dihilangkan dengan sering
menggunakan sampo yang mengandung sulfur, asam salisil, atau keduanya (misalnya
sampo Sebulex atau sampo T-gel).
b. Dermatitis seboroik pada bayi dapat meluas ke wajah, badan.
c. Bentuk generalisata yang dikenal dengan nama penyakit Leiner
atau eritroderma desquativum. Penyakit ini ada dua bentuk, familial dan non-familial,ini
jarang terjadi.
2. Dermatitis seboroik pada orang dewasa juga memberikan
gambaran yang berminyak dengan eritema, krusta, dan skuama, dan meliputi kulit
kepala, wajah, aurikularis, daerah fleksura, dan badan.
a. Pada kulit kepala, merupakan tempat tersering dijumpai
skuama yang berminyak dengan warna kekuningan sehingga rambut saling lengket
dan kadang–kadang dijumpai krusta (Pityriasis steatoides), dandruff/ Pitiriasis
sika (skuama kering dan berlapis–lapis dan sering lepas sendiri) adalah
manifestasi awal DS pada umumnya. Diawali dengan noda kecil dan secara cepat
menyerang kulit kepala.Tahap berikutnya eritema perifolikuler dan skuama yang meluas
menjadi bercak yang berbatas tegas dan diskret atau meliputi sebagian besar
kulit kepala dan di luar batas tumbuh rambut pada bagian frontal kepala
(disebut korona seboroik).Jenis seboroik ini menyebabkan rambut rontok,
sehingga terjadi alopesia dan rasa gatal.
b. Pada daerah wajah, skuama berlapis dapat dilihat bercak
skuama yang kuning. Kelopak mata eritema dan granular (blefaritis marginal)
yang sering dijumpai pada wanita dan kadang–kadang injeksi konjungtiva.Kelopak
mata daerah kekuningan, skuama halus, batasnya tidak jelas, dan kadang–kadang
disertai rasa gatal.Jika menyerang glabella, terdapat kulit yang pecah dan
bagian tengahnya mengerut disertai skuama halus dengan dasar yang eritema.Pada
lipatan nasolabial dan alae nasi terdapat skuama kekuningan dan kadang–kadang
disertai fissure.Pada laki–laki, folikulitis dapat terjadi pada kelopak mata
bagian atas.Hal ini sering dijumpai pada laki–laki yang sering mencukur janggut
dan kumisnya.Seboroik muka di daerah jenggot disebut sikosis barbe.
c. Pada daerah badan yang mengenai daerah preseternal,
interskapula, ketiak, inframamma, umbilicus, krural (lipatan paha, perineum,
dan nates) beberapa bentuk DS dapat terjadi, yang paling sering adalah bentuk
petaloid dan sering terlihat pada dada bagian depan dan daerah interskapular.
Lesi awal kecil, papul folikular yang berwarna merah kecoklatan ditutupi dengan
skuama yang berminyak, tapi lesi yang lebih sering adalah papul folikular dan
bercak multipel dengan skuama halus di tengah dan skuama berminyak serta papul
merah gelap di bagian pinggir.Pada badan, bentuk lainnya adalah pitiriasiform
yang terdiri dari papulosquamous oval, disertai pitiriasis rosea.
d. Bentuk yang terakhir adalah generalisata, yaitu eritroderma
dan eritroderma eksfoliatif.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik adalah pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya kadang juga ditemukan pada penyakit lain, seperti pada dermatitis atopik atau psoriasis. Gambaran histopatologi tergantung dari stadium penyakit.Pada bagian epidermis.Dijumpai parakeratosis dan akantosis.Pada korium, dijumpai pembuluh darah melebar dan sebukan perivaskuler. Pada DS akut dan subakut, epidermisnya ekonthoik, terdapat infiltrat limfosit dan histiosit dalam jumlah sedikit pada perivaskuler superfisial, spongiosis ringan hingga sedang, hiperplasia psoriasiform ringan, ortokeratosis dan parakeratosis yang menyumbat folikuler, serta adanya skuama dan krusta yang mengandung netrofil pada ostium folikuler. Gambaran ini merupakan gambaran yang khas.Pada dermis bagian atas, dijumpai sebukan ringan limfohistiosit perivaskular. Pada DS kronik, terjadi dilatasi kapiler dan vena pada pleksus superfisial selain dari gambaran yang telah disebutkan di atas yang hamper sama dengan gambaran psoriasis. (Siregar,2002).
F. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Pada berbagai gejala dari gambaran klinis yang ditemukan pada dermatitis seboroik juga dapat dijumpai pada dermatitis atopik atau psoriasis, sehingga diagnosis sangat sulit untuk ditegakkan oleh karena baik gambaran klinis maupun gambaran histologi dapat serupa. Oleh sebab itu, perlu ketelitian untuk membedakan DS dengan penyakit lain sebagai diferensial diagnosis. Psoriasis misalnya yang juga dapat ditemukan pada kulit kepala, kadang disamakan dengan DS, yang membedakan ialah adanya plak yang mengalami penebalan pada liken simpleks.(Ismail,1991).
G. DIAGNOSIS BANDING
1.
Psoriasis Vulgaris ini berbeda
dengan DS karena terdapat skuama yang tebal, kasar, dan berlapis-lapis,
disertai tanda tetesan lilin, Kobner dan Auspitz.Tempat predileksinya juga
berbeda, psoriasis sering terdapat di ekstremitas bagian ekstensor terutama
siku, lutut, kuku dan daerah lumbosakral.Jika psoriasis mengenai scalp, maka
sukar dibedakan dengan DS.Perbedaannya ialah skuamanya lebih tebal dan putih,
seperti mika.
2.
Pitiriasis rosea ialah penyakit
kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan lesi inisial berbentuk
eritema dan skuama halus. Lesi awal berupa herald patch, umumnya di badan,
soliter, bentuk oval dan terdiri atas eritema serta skuama halus dan tidak
berminyak di pinggir. Lesi berikutnya lebih khas yang dapat dibedakan dengan
DS, yaitu lesi yang menyerupai pohon cemara terbalik.Tempat predileksinya juga
berbeda, lebih sering pada badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas,
jarang pada kulit kepala. Gambaran Pitiriasis Rosea.
3.
Tinea kapitis adalah kelainan pada
kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies dermatofit dan biasanya
menyerang anak–anak.Kelainan pada tinea kapitis dapat ditandai dengan lesi
bersisik, kemerahan, alopesia dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang
lebih berat, yaitu kerion.Bercak-bercak seboroik pada kulit kepala yang
berambut kadang-kadang membingungkan.Biasanya lesi DS pada kulit kepala lebih
merata dan mempunyai lesi kulit yang simetris distribusinya.Pada tinea kapitis
dan tinea kruris, eritema lebih menonjol di pinggir dan pinggirannya lebih
aktif dibandingkan di tengahnya.Pada pemeriksaan didapatkan KOH positif dimana
terlihat hifa yang bersekat, bercabang, serta spora.
4.
Liken simpleks kronikus adalah
peradangan kulit kronis yang gatal, sirkumskrip ditandai dengan kulit tebal dan
garis kulit tampak lebih menonjol (likenfikasi). Tidak biasa terjadi pada anak
tetapi pada usia ke atas, berbeda dengan DS yang sering juga terjadi pada bayi
dan anak-anak. Timbul sebagai lesi tunggal pada daerah kulit kepala bagian
posterior atau sekitar telinga.Tempat predileksi di kulit kepala dan tengkuk,
sehingga kadang sukar dibedakan dengan DS.Yang membedakannya ialah adanya likensifikasi
pada penyakit ini.
5.
Dermatitis Atopik adalah keadaan
peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal. Biasanya terjadi pada bayi
atau anak-anak.Skuama kering dan difus, berbeda dengan DS yang skuamanya
berminyak dan kekuningan.Selain itu, pada dermatitis atopik dapat terjadi
likenfikasi.
6.
SLE adalah penyakit yang basanya
bersifat akut, multisistemik dan menyerang jaringan konektif dan vaskular. SLE
sulit dibedakan dengan DS, oleh karena pada SLE juga dapat dijumpai skuama.Yang
dapat membedakan ialah lesi SLE berbentuk seperti kupu-kupu, tersering di area
molar dan nasal dengan sedikit edema, eritema dan atrofi.Terdapat gejala demam,
malaise, serta tes antibodi-antinuklear.
7.
Rosasea adalah penyakit kulit kronis
pada derah sentral wajah (yang menonjol/ cembung). Gambaran histopatologi
terdapat daerah ektasia vaskular, edema dermis dan diorganisasi jaringan
konektif dermis.Ditandai dengan kemerahan pada kulit dan talangiektasis,
disertai episode peradangan yang memunculkan erupsi, papul, pustul dan edema.
8.
Kandidosis adalah penyakit jamur
yang di sebabkan oleh spesies candida, biasanya candida albicans.Kadang sulit
dibedakan dengan DS jika mengenai lipatan paha dan perianal. Lesi dapat berupa
bercak yang berbatas tegas, bersisik dan basah.Perbedaannya ialah pada
kandidiasis terdapat eritema berwarna merah cerah berbatas tegas dengan
satelit-satelit di sekitarnya.Predileksinya juga bukan pada daerah-daerah yang
berminyak, tetapi lebih sering pada daerah yang lembab.Selain itu, pada
pemeriksaan dengan larutan KOH 10 %, terlihat sel ragi, blastospora atau hifa
semu.
H. PENGOBATAN
Secara umum, terapi bertujuan untuk menghilangkan sisik dengan keratolitik dan sampo, menghambat pertumbuhan jamur dengan pengobatan anti jamur, mengendalikan infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal dengan steroid topikal. Pasien harus diberitahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan sering kambuh.Harus dihindari faktor pencetus, seperti stres emosional, makanan berlemak, dan sebagainya.
1. Pengobatan topikal ini dapat mengontrol dermatitis seboroik
dan dandruff kronik pada stadium awal.Terapi yang dapat digunakan, contohnya
fluocinolone, topikal steroid solution. Pada orang dewasa dengan DS dalam
keadaan tertentu menggunakan steroid topikal satu atau dua kali seminggu, di
samping penggunaan sampo yang mengandung sulfur atau asam salisil dan selenium
sulfide 2%, 2 – 3 kali seminggu selama 5 – 10 menit. Atau dapat diberikan sampo
yang mengandung sulfur, asam salisil, zing pirition 1 – 2 %. Steroid topikal
potensi rendah dapat efektif mengobati DS pada bayi dan dewasa pada daerah
fleksura maupun DS recalcitrant persistent pada dewasa.Topikal golongan azol
dapat dikombinasikan dengan regimen desonide (satu dosis per hari selama dua
minggu) untuk terapi pada wajah. Dapat juga diberikan salap yang mengandung
asam salisil 2%, sulfur 4% dan ter 2%. Pada bayi dapat diberikan asam salisil 3%
- 5% dalam minyak mineral.
2. Sistemik
Dapat diberikan anti histamin ataupun sedatif.Pemberian dosis rendah dari terapi oral bromida dapat membantu penyembuhan.Terapi oral yang menggunakan dosis rendah dari preparat hemopoetik yang mengandung potasium bromida, sodium bromida, nikel sulfat dan sodium klorida dapat memberikan perubahan yang berarti dalam penyembuhan DS dan dandruff setelah penggunaan setelah 10 minggu.Pada keadaan yang berat dapat diberikan kortikosteroid sistemik, dosis prednisolon 20 – 30 mg sehari, jika ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan.Kalau ada infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik.
Dapat diberikan anti histamin ataupun sedatif.Pemberian dosis rendah dari terapi oral bromida dapat membantu penyembuhan.Terapi oral yang menggunakan dosis rendah dari preparat hemopoetik yang mengandung potasium bromida, sodium bromida, nikel sulfat dan sodium klorida dapat memberikan perubahan yang berarti dalam penyembuhan DS dan dandruff setelah penggunaan setelah 10 minggu.Pada keadaan yang berat dapat diberikan kortikosteroid sistemik, dosis prednisolon 20 – 30 mg sehari, jika ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan.Kalau ada infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik.
3. Obat Alternatif
Terapi
alami saat ini menjadi semakin populer.Tea tree oil (Melaleuca oil) adalah
minyak esensial yang berasal dari Australia.Terapi ini dapat efektif bila
digunakan setip hari dalam bentuk sampo 5 %
I. PROGNOSIS
Dermatitis seboroik dapat sembuh sendiri dan merespon pengobatan topikal dengan baik. Namun pada sebagian kasus yang mempunyai faktor konstitusi, penyakit ini agak sukar untuk disembuhkan, meskipun terkontrol.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dermatitis
seboroik adalah dermatosis papuloskuamosa kronik yang bisanya mudah
ditemukan.Penyakit ini dapat menyerang anak-anak maupun dewasa.Secara garis
besar, gejala klinis DS bisa terjadi pada bayi dan orang dewasa.Pada bayi ada
tiga bentuk, yaitu cradle cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk) dan
generalisata (penyakit Leiner).Sedangkan pada orang dewasa berdasarkan daerah
lesinya DS terjadi pada kulit kepala, wajah, daerah fleksura, badan dan
generalisata.
Diagnosis
sulit ditegakkan karena banyaknya penyakit lain yang gambaran klinis dan
histopatologisnya serupa. Secara umum terapi bertujuan untuk menghilangkan
sisik dengan keratolitik dan sampo, menghambat pertumbuhan jamur dengan
pengobatan anti jamur, mengendalikan infeksi sekunder dan mengurangi eritema
dan gatal dengan steroid topikal.Pasien harus diberitahu bahwa penyakit ini
berlangsung kronik dan sering kambuh, harus dihindari faktor pencetus, seperti
stress emosional, makanan berlemak, dan sebagainya.
B. Saran
Jadi kulit manusia merupakan organ tubuh terluar yang berfungsi sebagai barrier atau pertahanan tubuh terhadap pengaruh lingkungan luar. Di dalamnya terdapat berbagai organ-organ termasuk kelenjar kulit,salah satunya kelenjar minyak atau sebasea.Kelenjar ini menghasilkan sebum atau minyak yang berlebihan dari kelenjar ini berhubungan dengan berbagai kondisi gangguan ataupun penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda Adhi, dkk.2002.“Dermatitis
Seboroik” dan “Tinea Kapitis”, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran
Universitas Balai Penerbit (FKUI): Jakarta.
Ismail Sofyan,dkk.1991.Ilmu Kesehatan Anak .Fakultas Kedokteran UI:Jakarta.
Siregar, R., S.,2002. “Dermatitis Seboroika”, dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Balai Penerbit EGC:Jakarta.
Suparlan, A., G., dkk, 1994“Kandidiasis”, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi, LAB/ UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin:Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar